Sabtu, 06 Maret 2010

DIARY BIDAN MENCARI CINTA (1)

bid febrina OK

“Hari ini aku mutusin diko...” mulai maya, wajahnya tersenyum penuh kemenangan melihat seluruh sahabatnya itu sampai lupa mengatupkan bibirnya mendengar kabar itu.

“Kenapa may...” tanya puja heran, matanya menyipit menyiratkan tanda tanya. Tidak beda dengan kandita yang mengucek kedua telinganya, berusaha meyakinkan normalnya fungsi pendengarannya.

“Apa nggak salah denger nih...” Kandita malah mencubit kulit tangannya seakan ingin memastikan bahwa dirinya masih di alam kesadaran penuh atau malah di alam tidak nyata.

“Bosen tau.....” jawab maya enteng. Maya tampak bangga dengan julukan wanita penakluk pria yang sering ditujukan padanya.

Anne geleng-geleng kepala, bulan ini saja maya sudah membuat patah hati tiga lelaki. Tetapi wajah maya yang cantik, seakan membius para lelaki untuk berlomba-lomba menarik perhatiannya. Ditambah lagi bibir maya berbisa dan senang merayu....membuat banyak pria tidak berkutik. Pastinya bukan berbisa yang sebenarnya tapi hanya kiasan untuk menunjukkan keahlian maya menarik lawan jenisnya melalui kata-kata.

“Kasian diko...!” anne melenguh panjang. Diko pria yang baik menurut anne, kuliah di jurusan hukum di sebuah universitas negeri yang bergengsi. Wajah diko juga lumayan, anne menjadi saksi sejarah resminya pacaran mereka. Pertemuan di awali di pameran pendidikan yang diadakan fakultas hukum sebuah universitas tempat diko bernaung. Kebetulan maya dan anne rajin mengunjungi berbagai acara yang diadakan di luar kampus mereka, selain mencari ilmu...tentu saja mencari para pria, paling tidak untuk dijadikan teman, selanjutnya kalau cocok dijadikan pacar.

“Kalau kamu suka ambil saja.....” maya berpaling pada anne seakan bisa menebak isi hatinya. Tangan maya asyik memainkan ujung rambutnya. Berkali-kali dirapikannya rambut yang baru saja 1 minggu yang lalu diluruskan. Anne mengalihkan matanya ke arah puja yang sedang memandangnya pula. Puja tau anne pernah menyimpan hati buat diko, berkali-kali anne memuji keramahan serta perhatian diko yang ditujukan pada anne, diko rutin mengajak anne bertemu membicarakan tentang perkembangan ilmu masing-masing, anne sering memuji diko adalah cowok yang pintar seperti pria yang selama ini didambakannya, sebelum akhirnya anne tahu bahwa kedok ini digunakan diko untuk mendekati maya. Anne kecewa...semua ditumpahkannya pada puja.

“Jadi kamu mau cari yang gimana lagi may....” tanya kandita, sebenarnya kabar seperti ini sudah sering didengarnya. Tapi berita yang satu ini sangat mengejutkan, belum genap 2 hari yang lalu kandita masih mendengar dengan jelas ocehan maya tentang kemesraan antara mereka.

“Aku baru ketemu cowok, lebih keren dan lebih kaya dari diko, tapi masih tahap penjajakan...ntar pasti dikabarin dech...” senyum maya kembali mengembang lebar...
Maya, puja, anne, dan kandita adalah empat sekawan yang sangat dikenal dan akrab sejak kuliah di sebuah akademi kebidanan. Mereka selalu punya waktu dan tempat khusus untuk membicarakan makhluk penting yang bernama cowok....!!!

“Hati-hati kena HIV AIDS lho, keseringan gonta-ganti pasangan...” seloroh puja. Senyum cerianya meluas mempengaruhi kedua teman lainnya yang ikut tersenyum.

“Jangan sembarangan bicara!!...kamu pikir aku cewek apaan mau gitu-gituan....” sambar maya cepat, keisengan puja ditanggapi serius oleh maya. Matanya menatap puja sinis...

“Hey...aku cuma bercanda may...” bantah puja..

“Tapi jangan gitu dong kata-katanya...” maya berteriak. Maya termasuk sosok yang temperamental dan mudah sakit hati, meski dia tidak menyadari bahwa candanya juga sering menyakiti orang lain.

“Kalau kamu nggak merasa kenapa harus marah...”puja menjawab pertanyaan maya masih dengan senyuman. Maya terlihat emosi, wajahnya merah, matanya menyala...

“Sudah...sudah....” teriak anne. Salah satu tangannya mengapit lengan puja erat. Anne adalah sosok yang paling damai diantara mereka, tampilannya agamis, tidak suka membicarakan kejelekan orang lain..dan yang paling pintar di antara mereka ber-empat. Puja ditarik jauh dari maya....

“Udah deh...nggak perlu pake berantem segala...” kandita mengunyah cemilan yang sengaja dibawa untuk meramaikan acara gossip mereka. Puja duduk di sudut ruangan kelas yang di jadikan basecamp mereka. Diambilnya buku ilmu kebidanan, dibuka lembar-perlembar tapi tidak ada yang masuk ke otaknya. Suasana seketika sunyi dan kaku...Puja punya sifat paling unik, dia sangat periang, bahkan sering menjadi olokan teman-teman yang lain. Tapi puja is puja, tidak pernah memasukkan semua cemoohan menjadi sesuatu yang berujung pada pertengkaran.

“Ok....sekarang giliranku..!” kata-kata kandita mencairkan suasana. Kandita terkenal dengan kecuekannya..

“Ada cowok manis yang menjadi targetku, anak co ass di rs......!” urai kandita. Memancing reaksi puja dan anne, terlihat maya yang antusias tapi sengaja tidak memperlihatkannya.

“Trus...gimana ceritanya...” puja mendekatkan kursi tepat di depan kandita, sekali-kali tangannya merogoh dalam keripik kentang yang sudah hampir habis.

“Kami dinas di satu ruangan.....” cerita kandita. Saat dinas di rumah sakit, perkenalan dengan dokter muda merupakan hal yang sangat dinantikan. Cerita akan menjadi panjang dan biasanya ditambah bumbu-bumbu penyedap bila berkaitan dengan para co-as pria tentunya, meski yang terjadi hanya cerita biasa. Selama ini berita pria yang banyak beredar di kampus kalau tidak seputar dokter, polisi, tentara, dan mahasiswa...Apakah cinta dilandasi ketulusan atau cinta dilandasi profesi......

“truss....!” suara puja dan anne berbarengan.

“Yah, dia senyum padaku....”

“trus.....!” kali ini maya yang tidak mau ketinggalan berita.

Kandita tersenyum lebar..

Bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar