bid f. ok
“Sial banget nasib lu dita...” maya tertawa senang. Disambut tawa dua orang rekan lainnya.
“Trus nasib dora gimana...??” tanya puja.
“Yachhhhhhhh, nasib dora yang menentukan Tuhan bukan urusanku.....” jawab kandita seenaknya.
“Serius dong, dora kamu apain dita...” desak si lembut anne.
“udah aku kempesin badannya......” tawa kandita meledak. Maya, puja dan anne saling berpandangan....tidak mengerti maksud kandita.
“yach tapi ceritaku ini nggak separah puja kan....????”
Mereka memandang puja sambil mendelik......sementara yang dilihat hanya meringis..
Lain pengalaman kandita, lain pula yang dialami puja. Wanita periang dengan wajah nya yang sedikit diatas rata-rata, tapi hanya sedikit saja tidak lebih. Kalau dinilai dengan angka bisa mendapat nilai diatas enam dibawah tujuh, tapi kepercayaandirinya yang menganggap wajahnya paling cantik se dunia melemahkan semuanya. Puja sangat menggemari artis-artis korea dengan wajah oriental. Apalagi cowok-cowok bermata minimalis, sangat menarik perhatiannya. Wajahnya memang sedikit oriental, tapi kalau mendengar namanya “Puja kajola”, pasti orang menyangka dia produk dari bolliwood. Seakan tanpa bosan puja menjelaskan historis namanya yang terinspirasi oleh film-film dari negeri amithabachan itu.
“Sewaktu ibuku hamil, dia suka nonton film india.....jadi nama puja itu diambil dari salah satu film..bla..bla.....” urai puja selalu. Teman-teman sekampusnya hampir 100 kali mendengar kisah yang sama diputar berulang-ulang kali, sampai-sampai kalau ada yang bertanya perihal nama puja, kandita mampu memberikan penjelasan se detai-detailnya..
Hari minggu adalah jadwal pesiar alias mahasiswa boleh keluar asrama dari jam 8 pagi sampai 5 sore. Ingin rasanya puja mengajak anne jalan-jalan...paling tidak mencari udara segar di luar sana, tapi kesibukan anne di perkumpulan remaja mesjid kampus membatasi langkahnya. Maya sudah pasti sibuk dengan pacar-pacarnya. Sedangkan Kandita katanya pulang ke rumah orang tuanya yang kebetulan tidak terlalu jauh dari kampus, ada acara keluarga. Tinggallah puja sendiri tanpa ke tiga sohib kentalnya.
Melihat beberapa peralatan mandinya yang sudah habis, puja melangkahkan kakinya ke mall yang letaknya di pusat kota. Tidak terlalu jauh dari kampus hanya mengeluarkan ongkos angkutan 3000 perak saja. Puja bisa jalan sekalian windows shopping alias cuci mata meski yang dibeli hanya sabun mandi dan sikat gigi. Puja berjalan menyusuri salah satu butik pakaian yang berada di sudut mall, letaknya di lantai 2. Terlihat banyak wanita sebayanya yang mengunjungi butik itu. Biasa di negara kita, kebiasaan latah masih melekat, melihat kerumunan orang disana memaksa langkah puja untuk mencari tau ada apakah gerangan....
Butiknya unik, tidak seperti toko kebanyakan. Konsepnya glamour dan jelas sekali menunjukkan kelasnya. Ada beberapa merek baju terkenal dengan model terbaru, pastinya belum ada temannya di asrama terlihat menggunakan baju yang sama. Puja mengambil salah satu dress pink muda yang terpajang di rak tengah, selanjutnya mencocokkan badannya di cermin dengan baju yang dipegangnya. Kelihatan manis, bibirnya mengembang. Di ambilnya lagi baju berbahan kaos yang berada tepat disebelah baju sebelumnya kali ini berwarna biru. Kedua baju yang ada di tangannya memenuhi kaca, tapi mata puja tidak bisa berpindah ke lain hati, dress anggun berwarna pink muda sangat menarik perhatiannya. Puja iseng mencari label harganya, ..tapi tidak kelihatan.
“Ada yang bisa saya bantu....!” tiba-tiba seorang SPG mendekati puja, mungkin sedari tadi dia sudah memperhatikan tingkah laku puja.
“eh...ini saya mencari harganya....”puja kikuk.
“Coba saya lihat....” Wanita seksi dengan dandanan menor itu memeriksa di balik baju itu, tampaknya dia mulai mencari di antara lipatan. Puja mulai gelisah, sebenarnya dia hanya iseng mau lihat-lihat saja, dan tidak pernah terpikir untuk membeli kecuali dijual dengan harga diskon 100%.
“Harganya 250 rb, ini model terbaru mbak, baru saja dipajang....”
Puja tersenyum manis, duitnya pasti tidak cukup buat beli baju...Uang jajannya saja tidak sampai 200 rb per minggu.
“Coba saja dulu...” bujuk wanita seksi plus berdandan menor itu, puja merasa tersudut. Harga dirinya seakan dipertaruhkan. Meski tidak punya duit, tapi dia tetap berhak untuk melhat-lihat, bathin puja. Wanita bertubuh langsing itu membawa dress pink itu ke ruang ganti dan mulai mencocokkannya. Manis sekali, warnanya, modelnya sesuai keinginan puja...tapi bila melihat harganya, puja jadi hilang selera.
Perlahan wanita berambut sebahu itu meletakkan kembali baju itu di tempatnya semula, kebetulan si mbak tidak ada di tempat. Saatnya menghilang dari kenyataan ini, pikir puja.
jantung nya hampir copot saat kembali mendengar suara wanita itu.
“Bagaimana mbak....” tanya reni, puja membaca barisan nama di dada kirinya. Reni menampilkan senyumannya yang kaku. Senyum penuh curiga...
“Terlalu kecil.....”jawab puja sekenanya.
“Ada ukuran kok...”
Puja semakin terjebak dengan sandiwara yang dibuatnya sendiri.
“Modelnya sebenarnya kurang sesuai dengan selera saya.....” jawab puja akhirnya sebelum meninggalkan wanita itu sendiri, masih sempat puja melihat omelan sinis wanita itu yang mulai menyebarkan virusnya ke rekannya yang lain.
Salah sendiri....., bathin puja.
Setelah puas melihat-lihat, akhirnya puja sampai juga di supermarket, tujuan utamanya membeli sebuah sabun mandi merk terkenal dengan harga miring dan sebuah sikat gigi kalau duitnya lebih ditambah coklat toblerone. Simpel bukan, meski di warung samping kampus juga banyak, tapi pengalamannya pasti beda.
Puja terkesiap...., di ujung pandangan matanya yang jaraknya 10 meter..ada sesosok pria putih tinggi sedang melihat-lihat sebuah majalah. Sosok pria idaman puja, tinggi sekitar 180 cm...wajah oriental...mirip artis-artis korea, penampilannya juga keren. Dia memakai kaos oblong berwarna hitam...puja menebak usianya masih 20-an.
Pria itu beralih ke barisan alat tulis, puja masih mengamati pria itu dengan sudut matanya. Mencoba mendekat dengan melihat-lihat majalah yang tadi di pegangnya. Jarak mereka hanya terpaut 1 meter, tapi terpisahkan oleh sebuah rak. Puja memperhatikan pria itu dari samping, hidung mancungnya sangat menarik, seperti cowok-cowok di film four before flowers asal korea. Merasa diintai gerak-geriknya, pria itu berpindah ke tempat yang lebih jauh dari tempat tadi. Kali ini dia mengarah ke barisan peralatan elektronik...langkahnya terhenti di depan TV 32 inch. Puja mengendap-endap mengikuti langkahnya, rasa penasarannya memenuhi benak puja. Puja berpura-pura melihat barisan kompor gas saat pria itu melirik ke arahnya.
Tapi, ups....pria itu melangkah panjang, puja mengikutinya dari jarak yang tidak terlalu jauh, tapi langkahnya keluar supermarket......dengan hampir berlari puja mengejar langkah pria itu.
“Maaf...sepertinya saya punya teman mirip kamu...” puja memberanikan diri bertanya, nafasnya masih tersengal-sengal.
Pria itu menghentikan langkahnya, matanya mencari sumber suara yang sekilas didengarnya. Tapi tidak membutuhkan waktu lama karena puja sudah ada tepat di belakangnya.
“kamu berbicara dengan saya....” tanya pria itu,..
“Iya....kamu mirip sekali dengan teman saya andre yang sekarang tinggal di kalimantan, apakah kamu mengenalnya....kami sudah lama tidak bertemu....” karang puja. Tiba-tiba saja cerita itu mengalir dari bibirnya. Tentu bukan cerita sebenarnya, hanya sebuah alasan untuk bisa berkenalan.
“Oh...saya tidak tahu....” pria itu tersenyum manis..membuat jantung puja berpacu cepat.
“Tapi mungkin bapak yang ada di belakang kamu tau....” sambungnya lagi.
Puja seketika membalik dan terkejut melihat dua orang satpam lengkap dengan pentungannya memandang nya tajam. Puja bingung...Apa urusannya dengan satpam. Puja masih akan mengejar pria itu yang tersenyum sambil berlalu kalau tidak tangan salah satu satpam itu mencekalnya erat.
“Awwww.....sakit pak, apa-apaan sih...” jerit puja. Tapi tangannya tidak kunjung terlepaskan.
“Adik harus kami bawa ke kantor....” salah satu satpam berkumis tebal mulai bersuara tajam.
“Apa salah saya....” bantah puja...
“kamu tertangkap mencuri....”
“Saya tidak mencuri.....!” bela puja tidak kalah sengitnya.
Satpam menunjuk barang yang ada di genggaman puja, sebuah sikat gigi, sabun mandi dan coklat...puja meleleh......
“Tapi saya tidak berniat mencuri pak.......” mohon puja.
“Ayo ikut ke kantor.....!” Puja di tarik menuju kantor, beberapa pasang mata menatapnya sinis.
Gara-gara pria oriental itu puja lupa kalau tangannya masih memegang barang kebutuhannya sampai di luar supermarket. Puja seperti duduk di kursi pesakitan, dengan mata tajam dan sinis yang mengawasinya. Pejabat yang korupsi milyaran rupiah saja masih di jamu dengan baik, sedangkan hanya mengambil barang murahan saja seakan terdakwa hukuman mati, bela puja tapi dalam hati. Dari kaca pembatas ruangan puja menangkap sosok yang sudah teramat di kenalnya. Yach...kandita, Cuma kandita yang bisa menyelesaikan ini...itupun karena dia mengaku mempunyai paman yang bisa dijadikan jaminan agar masalah ini tidak sampai ke polisi.
“Puja...apa nggak ada masalah yang lebih keren dari ini....” Kandita memberondongnya.
“Semua gara-gara cowok oriental itu dita....”
“Ihhhh......dasar gila kamu ya, malu tau!!!” bentak dita..
“Sorry.....tapi aku bukan berniat mencuri dita....” mata puja memohon. Puja berharap pada paman kandita yang mulai bernegosiasi dengan manager supermarket, kelihatannya sengit...tapi apa yang bisa diperbuatnya....
“Kamu dibebaskan, tapi dengan surat pernyataan....” paman kandita menyerahkan surat pernyataan yang puja tidak tahu isinya apa.
“Hanya formalitas saja puja...”
Tanpa pikir panjang puja memberikan tanda-tangannya. Setelah itu mereka berlalu dari supermarket itu..
“Dasar gila kamu ya......” kandita tidak henti-hentinya memakinya. Tapi puja tidak tersinggung, terhindar dari masalah ini saja merupakan anugerah terindah...
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar