Senin, 12 Juli 2010

AKDR DENGAN HORMON

Merencanakan kehamilan merupakan bagian penting dalam membentuk keluarga bahagia dan sejahtera. Salah satu solusinya adalah melalui pemakaian alat kontrasepsi yang dianggap sebagai upaya jitu menekan ledakan populasi penduduk.

Dari masa ke masa, alat kontrasepsi terus berkembang. Di samping fungsi utama sebagai pencegah kehamilan, alat kontrasepsi masa kini kian disempurnakan dengan menambahkan manfaat nonkontrasepsi yang ditujukan bagi kenyamanan penggunanya.

Salah satu alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang mengalami perkembangan cukup signifikan adalah IUD atau dikenal dengan spiral. IUD ditanamkan di dalam rahim dan bekerja menghambat pembuahan melalui sistem mekanik.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Prof Dr M Anwar MMed Sc SpOG(K) mengungkapkan, IUD yang baik harus memenuhi beberapa kriteria. Antara lain mampu mencegah kehamilan, tidak mudah lepas, mudah diangkat dari rahim, mudah dikontrol, murah, dan memiliki efek samping minimal.

Pada 1970, IUD mengalami perkembangan dengan munculnya IUDs. Kendati sama-sama dipasang di dalam rahim, alat kontrasepsi yang disebut progestasert ini mengandung hormon progesteron sehingga dikategorikan alat kontrasepsi hormonal. Setiap hari, progestasert memancarkan 65 mikrogram hormon, dan akan habis dalam jangka setahun. Tidak seperti IUD biasa, IUDs terbukti dapat mengurangi perdarahan saat haid. Hanya, keduanya memiliki kelemahan yang sama, yaitu harus diganti setiap tahun.

Upaya menemukan formula kontrasepsi hormonal yang lebih nyaman terus berlanjut dan memunculkan terobosan baru yang disebut LNG-IUS (Levonorgestrel- Intra Uterine System). IUS merupakan salah satu jenis kontrasepsi hormonal yang dilepaskan di dalam rahim. Hormon yang terdapat dalam IUS merupakan turunan (derivate) dari hormon progestogen, yaitu levonorgestrel (LNG). LNG-IUS, Kontrasepsi dalam Rahim plus Hormon. SELAIN mengurangi perdarahan saat haid, LNG-IUS juga mengeluarkan hormon secara berkala dan dapat dipakai hingga lima tahun.

Dengan menggunakan IUS, hormon langsung didistribusikan di dalam rahim. Dengan demikian, pengguna tak perlu khawatir sistem hormon tubuhnya terganggu karena LNG bekerja pada tataran lokal (area rahim), bukan sistemik tubuh.

"Efek kontrasepsi LNG-IUS berdasarkan efek lokal dari LNG di rongga rahim, melalui tiga aksi, yaitu mencegah penebalan dinding rahim sehingga tidak optimal sebagai tempat menempelnya hasil pembuahan, mengentalkan lendir leher rahim untuk menghalangi penetrasi sperma, serta menginaktivasi sperma," papar Anwar dalam diskusi media tentang LNG-IUS yang diselenggarakan Bayer Schering Pharma di Hotel Melia Purosani Yogyakarta, belum lama ini.

Secara fisiologis, IUS berupa rangka plastik berbentuk T dengan ukuran 3,2x3,2 sentimeter, yang dikelilingi silinder pelepas hormon. Batang plastik berselubung membran silikon inilah yang melepaskan LNG secara perlahan, yakni 20 mikrogram per hari. LNG-IUS ini dapat dipakai hingga 5 tahun, tetapi dapat dilepas kapan pun jika pemakainya berniat hamil lagi.

"Efektivitas LNG-IUS dalam mencegah kehamilan hampir sama dengan sterilisasi wanita," sebut Anwar. Dokter yang menjabat Ketua Komisi Etis di RS Dr Sardjito Yogyakarta ini mengungkapkan, secara empiris LNG-IUS juga terbukti mampu menekan gejala perdarahan dan mengurangi risiko infeksi radang panggul.

Dengan perdarahan haid yang minimal, pemakai LNG-IUS dapat terlindungi dari kondisi anemia yang disebabkan darah haid berlebih atau dikenal dengan menorrhagia. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan pada wanita di Eropa dan China. Diketahui bahwa LNG-IUS dapat menurunkan kejadian menorrhagia hingga 87 persen (setelah pemakaian 3 bulan), dan 95 persen (setelah pemakaian 6 bulan).

"Waktu masih memakai IUD, saya biasa haid banyak dan sampai 8 hari. Setelah berganti IUS, haid saya lebih sedikit dan singkat, cuma 3 hari," kata Ellys Napitupulu, seorang pengguna IUS sejak 2006. Menorrhagia mengacu pada kasus pendarahan pada saat haid yang lebih banyak (lebih dari 80 mililiter) atau berlangsung lebih lama dibanding haid normal (lebih dari 7 hari).
Faktanya, kondisi ini dialami 10-15 persen wanita, yang mana mayoritas diakibatkan kondisi perdarahan disfungsional pada rahim.

Andrew M Kaunitz MD dari Divisi Kebidanan dan Kandungan Sekolah Kedokteran Universitas Florida- Jacksonville, membenarkan bahwa menorrhagia merupakan masalah ginekologi paling umum yang terkadang memerlukan tindakan bedah untuk mengatasinya. Hal ini menjadi keresahan tersendiri karena dikhawatirkan dapat mengganggu kesuburan, belum lagi biaya operasi yang cukup mahal.

"LNG-IUS dapat dipasang dalam waktu yang cukup singkat, yaitu sekitar 3 menit. Jadi, bagi wanita dengan masalah haid berlebih yang tidak menginginkan tindakan operasi, LNG-IUS merupakan alternatif terapi yang layak dicoba," kata Maria Isabel Rodriguez MD, seorang penggiat Keluarga Berencana (KB) dari Universitas Kalifornia, San Francisco. Adapun efek terapi lainnya dari LNG-IUS adalah meringankan keluhan dismenorea atau nyeri haid. Hal ini dimungkinkan karena LNG-IUS berperan mengurangi aliran darah pada dinding rahim.
Sumber http://lifestyle.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar