Mengkudu dikenal dengan nama latin Morinda citrifolia. Di Indonesia nama mengkudu dikenal dengan berbagai nama, seperti pace, bentis, kemudu (Jawa), cangkudu (Sunda), kondhuk (Madura), bangkudu (Batak), neteu (Mentawai), keumudee (Aceh), tibah (Bali) atau rewonang (Dayak). Namun secara internasional, mengkudu lebih dikenal sebagai “noni” yang merupakan sebutan khas orang Hawaii atau Tahiti.
Hingga kini mengkudu jarang mendapat perhatian, karena bentuk buahnya yang cenderung bak si “buruk rupa”. Selain itu, juga karena baunya yang kurang sedap. Namun semenjak Dr Ralph Heineckepada tahun 1950 menemukan kadar xeronine dalam buah tersebut, mengkudu kini seperti menjadi incaran banyak orang.
Xeronine sendiri kemudian dikenal sebagai zat yang mampu menetralisasi berbagi penyakit, seperti gula darah, penuaan dini, dan bisa menurunkan kadar kolesterol. Bahkan beberapa penelitian terakhir menunjukan bahwa buah ini bisa juga sebagai pemberantas kanker yang mematikan.
Prof Dr Sumali Wiryodagdo, Ketua Pusat Studi Obat Bahan Alam (PS-OBA) Departemen Farmasi FMIPA UI membenarkan pula hal ini. Menurut penelitian beliau yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini, mengkudu memang benar menunjukkan beberapa bukti kemanjurannya sebagai obat. “Pada kadar ekstrak buah tersebut dengan dosis tertentu menunjukkan khasiat buah ini sebagai pemberi efek penurunan kadar glukosa darah,” ujarnya, belum lama ini. “Selain itu ternyata buah ini juga memberikan efek perbaikan sel Beta-Langerhands dalam pankreas,” tambahnya.
Prof Sumali juga menambahkan, uji toksititas yang dilakukannya pada buah tersebut menunjukan bahwa setelah pemberian ekstrak buah mengkudu selama paling tidak 90 hari, seseorang tidak menunjukan adanya kelainan aktivitas kreatin kinase, GOT Plasma, dan potensi kerusakan pada otot jantung.
Begitu pun pada uji toksititas pada hati, ginjal, dan hematologi. Buah ini tak menunjukkan hal yang membahayakan. Jadi menurutnya dapat disimpulkan, ekstrak buah mengkudu ini aman digunakan sebagai obat dan dapat menurunkan tekanan darah, serta menurunkan kadar gula darah.
Hingga kini mengkudu jarang mendapat perhatian, karena bentuk buahnya yang cenderung bak si “buruk rupa”. Selain itu, juga karena baunya yang kurang sedap. Namun semenjak Dr Ralph Heineckepada tahun 1950 menemukan kadar xeronine dalam buah tersebut, mengkudu kini seperti menjadi incaran banyak orang.
Xeronine sendiri kemudian dikenal sebagai zat yang mampu menetralisasi berbagi penyakit, seperti gula darah, penuaan dini, dan bisa menurunkan kadar kolesterol. Bahkan beberapa penelitian terakhir menunjukan bahwa buah ini bisa juga sebagai pemberantas kanker yang mematikan.
Prof Dr Sumali Wiryodagdo, Ketua Pusat Studi Obat Bahan Alam (PS-OBA) Departemen Farmasi FMIPA UI membenarkan pula hal ini. Menurut penelitian beliau yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini, mengkudu memang benar menunjukkan beberapa bukti kemanjurannya sebagai obat. “Pada kadar ekstrak buah tersebut dengan dosis tertentu menunjukkan khasiat buah ini sebagai pemberi efek penurunan kadar glukosa darah,” ujarnya, belum lama ini. “Selain itu ternyata buah ini juga memberikan efek perbaikan sel Beta-Langerhands dalam pankreas,” tambahnya.
Prof Sumali juga menambahkan, uji toksititas yang dilakukannya pada buah tersebut menunjukan bahwa setelah pemberian ekstrak buah mengkudu selama paling tidak 90 hari, seseorang tidak menunjukan adanya kelainan aktivitas kreatin kinase, GOT Plasma, dan potensi kerusakan pada otot jantung.
Begitu pun pada uji toksititas pada hati, ginjal, dan hematologi. Buah ini tak menunjukkan hal yang membahayakan. Jadi menurutnya dapat disimpulkan, ekstrak buah mengkudu ini aman digunakan sebagai obat dan dapat menurunkan tekanan darah, serta menurunkan kadar gula darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar