Minggu, 09 Desember 2012

Sistem Golongan Darah Rhesus


Sistem Golongan Darah Rhesus Positif dan Negatif - Selain sistem ABO, dalam penentuan golongan darah manusia dapat pula menggunakan sistem Rhesus (Rh). Reshus atau Rh merupakan antigen lain yang terdapat pada sel darah merah. Istilah Rh berasal dari “rhesus”, karena antigen ini pertama kali ditemukan tahun 1940 oleh Landsteiner dan A.S. Wenner di dalam darah kera Mocacus rhesus. Sel darah yang memiliki antigen Rh disebut Rh+ (Rhesus positif ), sedangkan yang tidak memiliki antigen Rh disebut Rh- (Rhesus negatif). Apabila orang yang memiliki darah Rh negatif ditransfusi dengan darah Rh positif (Rh+), orang bergolongan darah Rh negatif (Rh-) tersebut dengan segera akan membentuk antibodi anti-Rh, sehingga terjadi aglutinasi darah. (Baca juga : Golongan Darah)

Masalah akan timbul jika seorang ibu berdarah Rh negatif mengandung bayi dengan darah Rh positif. Meskipun sistem peredaran darah ibu dan anak terpisah, namun acapkali ada sedikit sel-sel darah yang masuk pada sistem peredaran darah ibu melalui plasenta. Kejadian ini biasanya terjadi pada saat terakhir kehamilan. Untuk merespons sel darah yang asing tersebut, darah ibu akan membentuk antibodi. Antibodi tersebut masuk ke dalam sistem peredaran darah bayi melalui plasenta. Darah bayi merupakan protein asing (antigen) bagi antibodi, sehingga antibodi akan bereaksi terhadap darah bayi, akibatnya terjadi aglutinasi. Adanya aglutinasi dalam sel darah akan menyebabkan anemia, dan nama penyakit tersebut dinamakan eritroblastosis foetalis. Apabila penyakit ini tidak bisa ditangani, bayi bisa mengalami kematian. Coba kalian perhatikan Tabel 1. berikut.

Tabel 1. Golongan Darah Rhesus dengan Antigen/Aglutinogen dan Aglutinin/Antibodi

Golongan darah
Antigen/Aglutinogen
Aglutinin/Antibodi           
Rhesus positif (Rh+)
ada antigen Rhesus
ada antibodi anti-Rh
Rhesus negatif (Rh -)
tidak ada antigen Rhesus
tidak ada antibodi anti-Rh

Anda sekarang sudah mengetahui Sistem Golongan Darah Rhesus Positif dan Golongan Darah Rhesus Negatif. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog ini.

Referensi :
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.

Sistem Golongan Darah A B O


Sistem Golongan Darah A B O - Sel darah merah ada yang memiliki antigen A, antigen B, dan antigen A,B. Tetapi ada juga sel darah merah yang tidak memiliki antigen A maupun B. Sel darah ini hanya memiliki aglutinin pada plasma darahnya saja. Seseorang akan memiliki golongan darah A, bila sel darah merahnya memiliki antigen A dan plasma darahnya memiliki aglutinin β (anti-B). Seseorang akan bergolongan darah B, bila sel darah merahnya memiliki antigen B dan plasma darahnya memiliki aglutinin α (anti-A). Kemudian, orang akan bergolongan darah AB, jika sel darah merahnya memiliki antigen A dan B, tetapi dalam plasma darahnya tidak memiliki aglutinin α dan β. Sementara, orang akan bergolongan darah O atau 0, bila sel darah merahnya tidak memiliki antigen A dan B, hanya dalam plasma darahnya memiliki aglutinin α dan aglutinin β. Supaya kalian lebih paham, coba kalian perhatikan Tabel 1. berikut. (Baca juga : Golongan Darah)

Tabel 1. Golongan Darah, Aglutinogen, dan Aglutinin

No.
Golongan Darah
Aglutinogen dalam Sel Darah Merah
Aglutinin dalam Plasma Darah
1.
A
A
b
2.
B
B
a
3.
AB
A dan B
4.
O
a dan b

Apabila sel darah merah seseorang mengandung aglutinogen A dan serum darahnya membuat aglutinin β, maka orang tersebut mempunyai golongan darah A. Sebaliknya, apabila sel darah merah seseorang mengan dung aglutinogen B dan serum darahnya membuat aglutinin α, maka orang tersebut dikategorikan golongan darah B. Kemudian, apabila sel darah merah seseorang mengandung aglutinogen A dan B, sementara serum darah tidak dapat membuat aglutinin α maupun β, maka orang tersebut mempunyai golongan darah AB. Sebaliknya, bila sel darah merah seseorang tidak mengandung aglutinogen A dan B, sementara serum darahnya dapat membuat aglutinin α dan β, maka orang tersebut mempunyai golongan darah O atau 0.

Anda sekarang sudah mengetahui Golongan Darah AGolongan Darah B, Golongan Darah AB dan Golongan Darah O.

Referensi :
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.

Golongan Darah Manusia

Golongan Darah Manusia - Darah manusia dapat dikelompokkan (digolongkan) berdasarkan atas ada tidaknya antigen yang terdapat pada permukaan luar membran sel darah merah (eritrosit). Antigen yang dimaksud dinamakan aglutinogen. Antigen sel darah merah merupakan suatu bagian berupa glikoprotein atau glikolipid yang bersifat genetis. Antigen yang telah dikenali pada sel darah merah yaitu antigen A dan antigen B. Di dalam plasma darah terdapat antibodi yang disebut aglutinin. Aglutinin merupakan antibodi yang bereaksi dengan antigen dan terdapat pada permukaan sel darah merah. Sesuai jenis aglutinogen, ada dua jenis aglutinin yaitu aglutinin (anti-A) dan aglutinin (anti-B). Jika kedua aglutinin ini bereaksi dengan antigen, sel darah merah akan menggumpal satu sama lain atau mengalami lisis. Proses yang demikian dinamakan aglutinasi (penggumpalan darah). Ahli ilmu tentang kekebalan tubuh (imunologi) berkebangsaan Austria, Karl Landsteiner (1868-1943), mengelompokkan golongan darah manusia menjadi golongan darah A, B, AB dan O atau 0 (nol). Penggolongan darah semacam ini dinamakan sistem ABO atau AB0, Selain sistem ini, darah dapat juga digolongkan dalam sistem Rhesus (Rh). (Baca juga : Pengertian Darah)

1. Golongan Darah ABO

2. Golongan Darah Rhesus

Bagaimana cara menentukan golongan darah berdasarkan ada tidaknya aglutinin dan aglutinogen? Perhatikan dengan saksama rambu-rambu berikut.
  • Bila di dalam sel darah seseorang mengandung aglutinogen A dan serum darahnya dapat membuat aglutinin b, maka rumus darah orang tersebut adalah (A, b) dan mempunyai golongan darah A.
  • Bila di dalam sel darah seseorang mengandung aglutinogen B dan serum darahnya dapat membuat aglutinin a, maka rumus darah orang tersebut adalah (B, a) dan mempunyai golongan darah B.
  • Bila di dalam sel darah seseorang mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi serum darahnya tidak dapat membuat aglutinin, maka rumus darah orang tersebut adalah (A, B) dan mempunyai golongan darah AB.
  • Bila di dalam sel darah seseorang tidak mengandung aglutinogen dan serum darahnya dapat membuat aglutinin a dan b, maka rumus darah orang tersebut adalah (–, ab) dan mempunyai golongan darah O.
Tabel 1. Macam Golongan Darah

No.
Golongan Darah
Aglutinogen dalam Sel Darah Merah
Aglutinin dalam Plasma Darah
1.
A
A
b
2.
B
B
a
3.
AB
A dan B
4.
O
a dan b

Anda sekarang telah mengetahui Golongan Darah. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog ini.

Referensi :

Purnomo, Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk SMA dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 386.
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.

Fungsi Keping-Keping Darah Trombosit


Artikel Pengertian Fungsi Keping-Keping Darah Trombosit - Saat kita terluka, maka beberapa saat kemudian darah yang keluar akan segera membeku. Mengapa ini bisa terjadi? Pada sel darah terdapat keping darah atau trombosit. Trombosit ini berperan dalam proses pembekuan darah. Bentuk trombosit yakni bulat kecil dengan diameter berukuran antara 2 sampai 4 μm dan tidak memiliki inti sel. Trombosit diproduksi dalam sumsum tulang dan berasal dari trombosit besar yang disebut megakariosit. Jumlah trombosit pada sel darah berkisar antara 150.000 hingga 350.000 butir per milimeter kubik. Waktu trombosit aktif biasanya tidak lama, kira-kira 8 hingga 12 hari. Setelah itu, trombosit akan mati dan diambil oleh makrofaga jaringan. Kebanyakan trombosit yang diambil makrofaga adalah trombosit yang berada pada limpa. (Baca juga : Sel Darah)

Proses penyembuhan luka terjadi saat suatu jaringan tubuh kita tersobek atau terluka. Akibat yang ditimbukan yakni trombosit pada jaringan yang robek akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase. Pengeluaran enzim ini terjadi atas bantuan FAH (Faktor Anti Hemofilia). Dengan bantuan ion Ca2+, enzim trombokinase akan mengubah protombin menjadi trombin. Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin. Adanya benang-benang fibrin menyebabkan luka yang mengeluarkan darah akan segera tertutup. Untuk lebih jelasnya, cermati Gambar 1.

Proses pembekuan darah
Gambar 1. Proses pembekuan darah
Protombin merupakan suatu senyawa glubolin yang dibentuk oleh hati dan dapat larut dalam plasma darah. Proses pembentukan protombin dibantu oleh vitamin K. Karena itu, apabila kita kekurangan vitamin K, luka yang mengeluarkan darah akan sulit membeku. Fibrinogen adalah protein yang memiliki kemampuan untuk larut dalam darah. Sementara benang-benang fi brin tidak memiliki kemampuan untuk itu. Skema berikut dapat memperlihatkan kepada kita proses tejadinya pembekuan darah.

Anda sekarang sudah mengetahui Keping Darah. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog ini.

Referensi :
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.

Fungsi Sel Darah Putih Eritrosit Manusia

Proses Pembentukan Fungsi Sel Darah Putih Eritrosit pada Manusia - Di dalam darah, sel darah putih memiliki jumlah lebih sedikit dibandingkan jumlah sel darah merah. Rasio keduanya kira-kira 1:700. Sel darah putih berjumlah sekitar 4.000 sampai 11.000 butir untuk setiap mikroliter darah manusia. Sel darah putih yang normal berumur sekitar 12 hari. Bentuknya pun bervariasi, terutama saat melewati jaringan. Sedangkan ukurannya lebih besar dari sel darah merah yakni sekitar 10 μm. Pada umumnya, sel darah putih mempunyai inti bulat dan cekung. Sel-sel ini dapat bergerak bebas secara amoboid, kemudian juga dapat menembus dinding kapiler, sehingga disebut diapedesis. Sel darah putih sangat berperan untuk melawan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Sel darahputih demikian berperan sebagai antibodi. Berdasarkan ada tidaknya granula dalam plasma, sel darah putih terbagi atas granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan sel darah putih yang memiliki plasma bergranula, misalnya basofil, neutrofil, dan eosinofil. Sementara, agranulosit merupakan jenis sel darah putih yang bercirikan plasma tak bergranula, seperti limfosit dan monosit. (Baca juga : Sel Darah)

Sel darah putih manusia
Gambar 1. Sel darah putih manusia
Neutrofil merupakan jenis sel darah putih dengan plasma bergranula yang paling aktif dan bermobilitas tinggi. Plasmanya bersifat netral dan terdapat bintik-bintik. Selain itu, neutrofil bersifat fagosit (pemakan bakteri). Dari total keseluruhan sel darah putih, jumlah neutrofil sekitar 50% hingga 70%. Nukleusnya terdiri atas dua sampai lima lobus, sehingga seringkali disebut leukosit polimorfonuklear. Diameter neutrofi l sekitar 12 μm. Sebagian besar granula neutrofil adalah lisosom, yang berisi beberapa macam enzim dan bakteri zidal untuk menghancurkan bakteri. Pada setiap milimeter kubik darah putih, neutrofi l mengandung 3.000 sampai 7.000 butir.

Eosinofil adalah jenis sel darah putih dengan plasma bergranula yang berukuran hampir sama dengan neutrofil. Plasma yang dipunyai bersifat asam dan terdapat bintik-bintik biru yang bersifat fagosit. Volume eosinofil berkisar 2% sampai 4% dari total keseluruhan sel-sel darah putih, atau setiap mm3 darah mengandung 20 hingga 50 butir. Nukleus yang dimiliki eosinofil tersusun atas dua lobi atau bilobus.

Tabel 1. Komposisi Sel Darah Manusia

Unsur-Unsur Seluler 45%
Jenis sel

Jumlah (per mm3 darah)

Fungsi

Eritrosit (sel darah merah)
5-6 juta
Mengangkut oksigen dan membantu mengangkut karbondioksida
Leukosit (sel darah putih)
Basofil
Basofil
Limfosit
Limfosit
Eosinofil
Eosinofil
Neutrofil
Neutrofil
Monosit
Monosit
5.000-10.000
Pertahanan dan kekebalan
Trombosit (keping darah)
250.000-400.000
Penggumpalan darah
Sumber : Campbell, Reece, Mitchell, Biologi 3, 2003, hlm. 54

Eosinofil ini berperan dalam sistem pertahanan tubuh, terutama terhadap parasit multiseluler, semisal cacing parasit. Eosinofil juga sangat sensitif terhadap kehadiran alergen yakni suatu senyawa yang menyebabkan alergi. Sehingga, bila terjadi reaksi alergi pada tubuh seseorang, jumlah eosinofil dalam darah akan meningkat.

Jenis sel darah putih yang memiliki plasma bergranula adalah basofil. Ukuran basofil lebih kecil daripada eosinofil maupun neutrofil, yakni berdiameter sekitar 8 sampai 10 μm. Walau begitu, eosinofil memiliki inti sel yang relatif besar. Setiap 1 milimeter kubik darah mengandung 20 hingga 50 butir basofil, atau kurang dari 1% dari jumlah keseluruhan sel darah putih. Sementara itu, jenis sel darah putih yang tak bergranula pada membrannya terdiri atas monosit dan limfosit. Monosit berjumlah sekitar 2 hingga 8% dari total keseluruhan sel darah putih, atau tiap mm3 darah mengandung 1 butir. Kita bisa dengan mudah mengenali monosit, sebab ukurannya cukup besar dan inti selnya juga besar. Bentuknya oval atau seperti bentuk ginjal. Monosit kira-kira berdiameter dua kali diameter sel darah merah, yaitu sekitar 15 μm.

Sebelum keluar menuju jaringan dan menjadi makrofaga, monosit akan berada dalam peredaran darah selama 24 jam. Makro faga merupakan fagosit yang aktif terhadap senyawa-senyawa asing yang berukuran lebih besar dari monosit. Di dalam darah, monosit termasuk jenis sel darah putih yang mampu berumur panjang. Selain itu, monosit juga dapat bergerak cepat dalam peredaran darah.

Sedangkan limfosit, memiliki jumlah sekitar 20 hingga 30% dari jumlah sel darah putih, atau tiap mm3 darah mengandung 1.500 sampai 3.000 butir. Limfosit dapat bergerak bebas dan juga bisa membentuk zat antibodi. Pada smear darah, tampak bahwa limfosit memiliki satu inti besar, berbentuk bundar, dan hampir menempati seluruh isi sel. Limfosit berdiameter 8 hingga 12 μm. Limfosit biasanya aktif keluar dari pembuluh darah menuju jaringan, terutama jaringan ikat dan sistem limfatikus.

Di dalam peredaran darah, limfosit terbagi atas tiga jenis, yakni sel T, sel B, dan sel pembunuh (natural killer cell). Berbagai jenis limfosit ini memiliki peran yang berbeda. Sel limfosit T berperan dalam mekanisme pertahanan terhadap masuknya sel-sel asing ke dalam jaringan tubuh. Sel limfosit T akan masuk ke dalam jaringan dan menyerang sel asing secara langsung. Namun, ada kemungkinan juga sel limfosit T ini dapat menghambat aktivitas limfosit lainnya.

Sedangkan sel limfosit B berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh yang melibatkan produksi dan distribusi antibodi. Sel B dapat berdiferensi menjadi sel plasma yang berperan dalam sintesis dan sekresi antibodi. Sel pembunuh (natural killer cells) berfungsi untuk mendeteksi dan menghancurkan sel-sel jaringan yang abnormal. Sel ini berperan penting dalam pencegahan kanker.

Di dalam sumsum tulang, sel darah putih diproduksi dari hasil pembelahan hemisitoblas. Hemisitoblas adalah sel induk mieloid dan sel induk limfoid. Sel mieloid berkembang menjadi sel progenitor. Progenitor akan membelah menjadi mielosid yang selanjutnya akan berkembang menjadi basofil, eosinofil dan neutrofil. Sel monoblas akan berkembang menjadi monosit. Sel induk limfoid hasil diferensiasi dari hemisitoblas akan berkembang menjadi limfoblas, selanjutnya menjadi prolimfosit dan akhirnya menjadi limfosit yang matang. Agar kalian dapat memahami proses pembentukan sel darah putih, simak Gambar 2.

Diferensiasi sel induk dalam sumsum tulang
Gambar 2. Diferensiasi sel induk dalam sumsum tulang
Beberapa sel induk limfoid ada yang bermigrasi ke dalam jaringan limfoid, semisal kelenjar limfa, kelenjar timus dan nodus limfatikus, sehingga di dalam pelbagai jaringan tersebut terbentuk limfosit. Proses ini dinamakan limfopoiesis.

Anda sekarang sudah mengetahui Fungsi Sel Darah Putih. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog ini.

Referensi :
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.

Fungsi Sel Darah Merah Eritrosit Manusia

Ciri-ciri Proses Pembentukan Jumlah dan Fungsi Sel Darah Merah (Eritrosit) pada Manusia - Pada wanita normal, sel darah merah yang dimiliki berjumlah sekitar 4,5 juta dalam setiap milimeter kubik darah. Sementara pada laki-laki, jumlahnya agak tinggi yakni berkisar 5 juta dalam setiap milimeter kubik. Namun, jumlah ini dapat naik-turun yang bergantung pada berbagai faktor, seperti ketinggian tempat seseorang hidup dan kesehatan se seorang. Sel darah merah normal berbentuk cakram bikonkaf, berdiameter kira-kira 7,5 μm, ketebalan tepi 2 μm, dan tidak mempunyai nukleus sehingga mudah rusak. Tengah cakram memiliki ukuran yang lebih tipis daripada tepinya, yakni berkisar 1 μm. Kelebihan bentuk bikonkaf adalah mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah. Sel darah merah orang dewasa dibentuk oleh sel-sel yang terletak pada sumsum tulang, terutama tulang rusuk, tulang dada (sternum), dan tulang-tulang belakang (vertebra). (Baca juga : Sel Darah)

Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf
Gambar 1. Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf
Prosesnya disebut eritropoeisis. Pembentukan eritrosit tersebut diatur oleh hormon glikoprotein yang dinamakan eritropoetin. Saat awal dibentuk, sel darah merah bernukleus dan hemoglobin tidak terlalu banyak. Saat dewasa, jumlah hemoglobin dalam sel naik sampai 280 juta molekul atau sekitar 90% bobot bersih sel. Hingga akhir proses sintesis hemoglobin, nukleus akan keluar dari sel. Hemoglobin (heme: pigmen non protein, globin: protein rendah) adalah protein pigmen yang memberikan warna merah pada darah, yang terdiri atas rantai empat polipeptida sebagai tempat melekatnya gugusan prostetik, heme. Setiap pusat heme terdapat atom besi (Fe2+).

Di dalam darah, hemoglobin akan mengikat oksigen (O2) dari paru-paru dalam bentuk oksihemoglobin. Oksihemoglobin ini akan beredar ke seluruh jaringan tubuh. Reaksi yang terjadi saat hemoglobin mengikat oksigen (O2) adalah sebagai berikut.

2Hb2 + 4O2 ----> 4HbO2

Setelah oksihemoglobin sampai pada sel-sel tubuh, terjadilah reaksi pelepasan oksigen (O2) oleh Hb dengan persamaan berikut.

4HbO2 ------> 2Hb2 + 4O2

Berdasarkan proses tersebut, ternyata reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secara reversibel. Reaksi ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh suhu, derajat keasaman (pH), dan tekanan oksigen baik yang berada dalam paru-paru maupun jaringan tubuh.

Selain mengangkut oksigen, hemoglobin berperan juga dalam proses pengangkutan karbondioksida (CO2) dari seluruh jaringan tubuh menuju paru-paru. Kemudian, hemoglobin juga menjadi kontrol keseimbangan asam dan basa. Masa hidup sel darah merah di dalam hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan. Setelah itu, akan dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin yaitu pigmen hijau yang memberi warna pada empedu. Sedangkan zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, sehingga bisa digunakan untuk membentuk sel darah merah baru. Kira-kira ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak.

Diperkirakan bahwa setiap detik tiga juta sel darah merah mati, yang kemudian dibersihkan oleh hati dan limpa. Sel-sel darah merah yang mati akan segera diganti oleh produksi sumsum tulang. Sumsum tulang ini dapat memproduksi sel darah merah berkisar empat atau lima kali lebih cepat daripada laju kerusakan selnya. Sehingga, ketika kita mengalami pendarahan atau transfusi darah, sumsum tulang akan segera menormalkan kembali jumlah sel darah yang ada dalam tubuh.

Namun demikian, apabila laju kerusakan sel darah merah lebih besar daripada laju produksinya, konsentrasi sel darah merah dalam darah akan turun. Akibatnya, kita dapat mengalami penyakit anemia. Untuk mengatasinya, kita harus banyak makan makanan yang berupa hati atau ekstrak hati dan vitamin B12 sehingga dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

Anda sekarang sudah mengetahui Fungsi Sel Darah Merah. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog ini.

Referensi :
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.

Fungsi Sel Darah Manusia - Gambar

Artikel Makalah Gambar Fungsi Sel Darah Manusia - Sel-sel darah merupakan sel-sel hidup. Pada tabung rekasi yang diberikan darah lalu didiamkan, maka lapisan atas berupa cairan darah atau plasma darah. Lapisan bawah merupakan sel-sel darah yang terdiri dari eritrosit (sel-sel darah merah), leukosit (sel-sel darah putih), trombosit (keping-keping darah atau sel pembeku darah). Setiap bagian dari sel-sel darah ini memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda. Simak uraian berikut agar Anda dapat mengetahuinya dengan lebih jelas. (Baca Juga : Komponen Darah)

1. Sel Darah Merah (Eritrosit)

2. Sel Darah Putih (Leukosit)

3. Keping-Keping Darah (Trombosit)

Anda sekarang sudah mengetahui Sel Darah Manusia. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog ini.

Referensi :
Purnomo, Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk SMA dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 386.