By: bid foka
“ Net, kamu nggak makan nih..” ajak uno sambil memainkan piringnya.
“nggak..!!, aku masih punya roti kok...lagian aku nggak lapar!” ketusku.
Sejujurnya aku malas melangkahkan kaki sambil membawa peralatan makan ke dapur asrama, belum lagi makanan yang bentuknya saja sudah tidak jelas apalagi rasanya. Ditambah lagi aku mendengar selentingan dari kamar sebelah, kalau lauk hari ini sambal tahu yang nggak tau rasa cabainya dimana, plus tumis kangkung yang lebih mirip rebusan dengan rasa minimalis.
Aku masih menyesali diri kenapa bisa terjebak dalam situasi ini, sulit sekali rasanya...Pingin teriak dan berontak..tapi bagaimana caranya..!!
“Neta..aku duluan ya..” uno melangkah pergi akhirnya. Dari kejauhan aku masih bisa melihat langkah-langkah panjang uno, dengan rambut digulung ke atas, dengan balutan rok dan kemeja ditambah sepatu. Ritual yang wajib dilakukan setiap mahasiswa bidan kalau mau mengunjungi dapur makanan. Peraturan darimana...aneh, senyumku sinis.
Aku masih ingat kala aku bertengkar hebat malam itu. Mama dan papa sepakat mencampakkanku di asrama ini, dengan alasan agar aku bisa mandiri. Mandiri apanya, lebih jelasnya tersiksa!!. Menjadi bidan? Sepertinya itu bukan cita-citaku, hatiku iri melihat mahasiswa diluaran sana yang kelihatannya bebas, tidak terkungkung oleh peraturan yang tak jelas. Bebas bergaul dengan siapa saja..aku merasa terpenjara. Aku yang punya kreatifitas segudang seakan-akan mati rasa, tidak mampu berbuat apa-apa. Seorang ekonom..itu cita-citaku, dan sudah terbukti aku mampu masuk universitas negeri top di daerahku sewaktu ujian seleksi masuk perguruan tinggi. Tapi mama mengancam, akan memboikot uang kuliahku kalau kali ini tidak menuruti keinginannya. Egois!!!
“Net..ngelamun apalagi sih..? udahlah, ini sudah nasib kita...”. Lagi-lagi uno yang sering menasehati aku.
“tapi aku nggak suka uno! Aku nggak mau jadi bidan...!!” pekikku, meski aku tau tidak akan pernah ada solusinya..
“mungkin ini yang terbaik, sekarang kita memang belum menyadarinya..!!”
“nggak uno, aku akan melakukan segala cara untuk keluar dari sini..”
“caranya??!!” uno balik mengejarku...” mau dihukum bersihkan kamar mandi selama satu bulan kaya si rika, gara-gara kabur lompat pagar??” desak uno lagi.
Aku berfikir cepat, pasti ada suatu cara...biar mama dan papa tau bahwa aku bukan gambaran yang mereka inginkan. Akhh.., ku membayangkan aktifitasku yang seabreg, tiba-tiba lenyap karena aku tinggal di asrama. Lebih buruknya lagi tanpa fasilitas, dan kalau mau keluar asrama birokrasinya ruwet..panjang..dan akhirnya mematikan keinginan itu sendiri. Aku tidak cocok hidup disini, tegasku dalam hati setiap hari.
“uno, rasanya aku ada ide!!!” kerling mataku ke arah uno yang terlihat sedikit curiga..
“perasaanku nggak enak Net...”balas uno.
“kita lihat saja nanti...” senyumku mengembang......
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar