Senin, 22 Februari 2010

MENGENAL IMUNISASI PADA BAYI


Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Tubuh manusia mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas kemampuan tertentu. Tubuh juga sanggup menghilangkan serangan penyakit dari luar.

Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh tidak mampu mencegah kuman-kuman itu berkembangbiak, sehingga tubuh menjadi sakit. Tujuan dari pemberian imunisasi dasar adalah untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu, apabila terjadi penyakit, tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian

PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antugen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa. Imunisasi menjaga bayi dan anak dari penyakit tertentu sesuai dengan jenis

Imunisasi merupakan program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu alat pencegahan penyakit yang utama didunia. Penyelenggaraan imunisasi diatur secara universal melalui berbagai kesepakatan yang difasilitasi oleh badan dunia seperti WHO dan UNICEF. Pertemuan international biasanya diselenggarakan secara teratur baik untuk tukar menukar pengalaman, evaluasi, perlu tidaknya bantuan dan lain sebagainya.

TUJUAN IMUNISASI
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.

MACAM KEKEBALAN
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni :
1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specific Resistance)
Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya refleks-refleks tertentu, misalnya batuk, bersin dan sebagainya.
2. Kekebalan Spesifik (Specific Resistance)
Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni :
a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain, orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium falciparum daripada orang yang mempunyai hemoglobin AA.
b. Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity)
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit.
Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus maka anaknya (bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKEBALAN
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, seks, kehamilan, gizi dan trauma.
1 Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan orang tua lebih mudah terserang. Dengan kata lain orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
2 Seks
Untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio dan difteria lebih parah terjadi pada wanita daripada pria.
3 Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria serta amubiasis. Sebaliknya untuk penyakit tifoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.
4 Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.
5 Trauma
Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.

TUJUAN PROGRAM IMUNISASI
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosa.

SASARAN
Sasaran imunisasi adalah :
a. Bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan)
b. Ibu hamil (awal kehamilan - 8 bulan)
c. Wanita usia subur (calon mempelai wanita)
d. Anak sekolah dasar (kelas I-VI)

POKOK-POKOK KEGIATAN
a. Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap)
1. Imunisasi BCG 1 kali
2. Imunisasi DPT 3 kali
3. Imunisasi polio 3 kali
4. Imunisasi campak 1 kali
b. Pencegahan terhadap anak sekolah dasar
1. Imunisasi DT
2. Imunisasi TT
c. Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS / calon mempelai wanita
Imunisasi TT 2 kali

IMUNISASI DASAR
1. Jenis-Jenis Vaksin Dalam Program Imunisasi Dan Cara Pemberian
Imunisasi dasar harus diberikan terhadap 7 jenis penyakit utama yaitu TBC, difteri, tetanus, batuk rejan, poliomielitis, campak dan hepatitis B.

Imunisasi dasar terdiri dari :
a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Berasal dari kuman Basillus Calmette Guerin yang telah dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC. Efek samping dari vaksin BCG dapat menimbulkan pembengkakan pada bekas suntikan yang biasanya akan hilang dengan sendirinya, demam sampai 1-2 minggu.
Vaksin BCG tidak dapat diberikan pada anak yang menderita TBC positif atau menunjukkan uji mantoux positif. Diberikan dengan cara disuntikkan secara intracutan (didalam kulit) di ⅓ bagian lengan kanan atas (Inertio Musculus Deltoideus) 1 kali suntikan dosis 0,05 cc.

b. Vaksin DPT (Difteria Pertusis Tetanus)
Berasal dari kuman Bordetella Pertusis yang telah dimatikan, dikemas dengan vaksin Diptheri dan Tetanus yang berasal dari racun kuman yang dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit difteria, pertusis (batuk rejan) dan tetanus. Efek samping vaksin DPT antara lain adalah lemas, kadang-kadang terjadi gejala demam tinggi, iritabilitas. Diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuscular dengan membentuk sudut 450 - 600, di bagian paha sebelah luar (otot vastus lateralis) 3 kali suntikan dosis 0,5 cc.
Imunisasi DPT tidak dapat diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak dapat diberikan kepada anak dengn batuk yang diduga sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal atau penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imun). Sakit batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak.

c. Vaksin Polio
Berasal dari kuman Polio yang dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis. Vaksin polio pada umumnya tidak memiliki efek samping. Diberikan melalui mulut dengan cara diteteskan dengan pipet kedalam mulut anak sebanyak 2 tetes, 4 kali pemberian. Kontraindikasi dari vaksin polio adalah anak dengan diare berat dan defisiensi imun. Karena dapat memperberat terjadinya diare. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam atau diare ringan imunisasi polio dapat diberikan seperti biasanya.

d. Vaksin Campak
Berasal dari virus Campak yang telah dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak. Efek sampingnya antara lain adalah demam atau kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke-10 sampai ke-12 setelah penyuntikan, tetapi ini sangat jarang terjadi. Vaksin Campak tidak boleh diberikan pada anak dengan sakit parah, defisiensi imun dan defisiensi gizi. Diberikan dengan cara disuntikkan sub cutan dalam, membentuk sudut 300c, di ⅓ bagian lengan atas (Inertio Musculus Deltoideus) 1 kali suntikan dosis 0,5 cc.

e. Vaksin Hepatitis B
Berasal dari protein khusus kuman Hepatitis B. Memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC. Semua bukti menunjukan bahwa vaksin Hepatitis B aman dan efektif serta efek sampingnya adalah reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan, dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuscular dengan membentuk sudut 450 - 600, di bagian paha sebelah luar (otot vastus lateralis) 3 kali suntikan dosis 0,5 cc.

IMUNISASI ULANG
1. BCG
BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan mengingat:
1. Efektifitas perlindungan hanya 40%
2. 70% kasus TB berat (ex meningitis) ternyata mempunyai parut BCG
3. Kasus dewasa dengan BTA positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun mereka telah mendapatkan BCG pada masa kanak-kanak.

2. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Penelitian kohort multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap bayi dari ibu yang mengidap hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar 3X pada masa bayi, dapat diulangi pada umur 5 tahun, 90,7% diantaranya masih memiliki titer antibody anti HBs yang protektif (titer anti HBs >10 mlU/ml). mengingat pola apidemiologi hepatitis B di Indonesia mirip dengan Negara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang pada umur 5 tahun tidak diperlukan kecuali apabila titer anti HbsAg < 10mlU/ml. 3. DPT
Imunisasi ulang yang pertama dilakukan pada usia 1,5 - 2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setekah penyuntikan imunisasi dasar ketiga. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau saat kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa P). Vaksin pertusis (batuk rejan) tidak dianjurkan untuk anak yang berusia lebih dari 7 tahun karena reaksi yang timbul dapat lebih hebat, selain itu juga karena perjalanan penyakit pertusis pada anak lebih dari 5 tahun tidak parah.

4. Tetanus Toksoid
Tetanus kelima diberikan pada usian masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5 dosis toksoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 4 dosis toksoid dewasa.

5. Polio
Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).

6. Campak
Penelitian titer antibody campak pada anak usia 6-11 tahun oleh badan penelitian dan pengembangan DepKes dan KeSos tahun 1999 mendapatkan hanya 71,9% anak yang masih mempunyai antibodi campak diatas ambang pencegahan, sedangkan 28,3% diantaranya kelompok usia 5-7 tahun parnah menderita campak walaupun sudah diimunisasi campak saat bayi. Bedasarkan penelitian tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak ulang pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun, guna mempertinggi serokonversi).

IMUNISASI KOMBO
Vaksin kombo adalah gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda atau gabungan dengan beberapa antigen dari galur multipel yang berasal dari organisme penyebab penyakit yang sama. Gabungan vaksin tersebut telah dikemas dipabrik dan bukan dicampur oleh sendiri oleh petugas. The Admivisory Committee On Immunization Practice (ACIP), The American Academy Of Pediatrics (AAP) dan The American Academy Of Family Physicians (AAFP) merekomendasikan bahwa lebih baik mempergunakan vaksin kombo yang telah dikemas dari pabrik dari pada memberikan 2 jenis vaksin monovalen yang diberikan secara terpisah pada saat bersamaan. Vaksin kombo dianjurkan adalah yang telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah Negara masing-masing, di Indonesia melalui izin dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. DiIndonesia saat ini telah beredar 2 jenis vaksin kombo yaitu DPwT – Hep B dan DPwT – Hib.

Adapun dasar utama dan alasan pembuatan vaksin kombo adalah untuk :
1. Mengurangi jumlah suntikan
2. Mengurangi jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan
3. Lebih praktis dari pada vaksin terpisah
4. Mempermudah penambahan vaksin lain kedalam program imunisasi yang telah ada
5. Mempersingkat waktu untuk mengejar imunisasi yang terlambat
6. Mengurangi kebutuhan alat suntik dan tempat penyimpanan vaksin
7. Mengurangi biaya pengobatan

Disamping keuntungan tersebut diatas vaksin kombo mempunyai beberapa kekurangan yaitu :
1. Terjadi kesetidakserasian kimiawi/fisis sebagai akibat percampuran beberapa antigen beserta ajuvannya.
2. Sulit dihindari adanya perubahan respons imun sebagai akibat interaksi antara antigen dengan antigen lain atau antara antigen dengan anjuvan yang berbeda
3. Dapat membingungkan para dokter dalam penyusunan jadwal imunisasi apalagi bila dipergunakan vaksin dari pabrik yang berbeda.

Vaksin DPwT adalah salah satu vaksin kombo yang palng tua sehingga dikenal vaksin kombo tradisional dan merupakan tulang punggung (back bone) pembuatan vaksin kombo. Vaksin kombo diproduksikan berdasarkan mempunyai komponen dasar yang berasal dari gabungan suatu vaksin dengan DPwT, DPaT atau Hepatitis B, MMR atau campak atau vaksin lain seperti meningokokus dan pneumokokus. Daya proteksi vaksin dinilai dari serokonversi sebelum dan setelah diberikan imunisasi. Untuk mendapatkan kepastian mengenai daya proteksi ini perlu dilakukan uji klinis secara random dan tersamar. Daya proteksi vaksin kombo DPwT-Hep B tampak mempunyai efektifitas yang sama pada berbagai jadwal imunisasi.

Sumber Pustaka :
1. Soerpardi J, dkk. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Direktorat Jenderal PPM dan PL Departemen Kesehatan RI, Jakarta;2005
2. Markum AH.Imunisasi, FKUI, Jakarta;2002
3. Wahab AS, Julia M. Sistem Imun, Imunisasi, Dan Penyakit Imun, Widya Medika, Jakarta;2002
4. Ranuh IGN, dkk. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta;2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar