Sabtu, 27 Februari 2010

OBAT YANG AMAN SELAMA KEHAMILAN


Penggunaan antibiotik secara aman perlu diketahui oleh dokter dan juga bidan dalam mengambil keputusan untuk menangani ibu hamil. Karena ada jenis antibiotik yang tidak aman buat ibu dan bayi yang dikandungnya.


Dalam upaya pengendalian infeksi ada 2 jenis terapi antibiotika yaitu :
1. terapi profilaksis yang digunakan pada keadaan ;
a. Antibiotik sebelum ada gejala infeksi
b. Antibiotika sebelum mikroorganisme teridentifikasi.
2. Terapi Definitif yaitu ;
Pemberian terapi antibiotika rasional ditujukan langsung terhadap jenis mikroorganisme tertentu yang diidentifikasi melalui apusan langsung atau biakan.

Menurut jenis antibiotika yang diberikan, terapi antibiotika digolongkan menjadi :
a)Terapi antibiotika tunggal yang efektif untuk mengendalikan , menghilangkan mikroorganisme penyebab infeksi seperti :Golongan Penisilin, sefalosporin, aminoglikoside, kloramfenicol, macrolid, tetrasiklin, klindamisin, metronidazole, kuinolon

Mekanisme kerja :
1.Merubah struktur dan fungsi dinding sel bakteri
2.Merintangi replikasi genetic.
3.Melemahkan sintesa protein.
4.Membantu fungsi membran sel.
5.Mencegah sintesa asam folat.

b) Antibiotika kombinasi
Diberikan apabila mikrorganisme penyebab tidak diketahui sedangkan penderita memerlukan terapi segera. Untuk ibu hamil aman dan tidak menyebabkan kelainan janin.

Keuntungan terapi kombinasi
1.Pengobatan segera oleh karena penyebab tidak segera diketahui.
2.Mengobati infeksi ganda.
3.Mencegah resistensi.
4.Sinergisme dimana hasil terapi lebih baik. Seperti Kotrimoksazole yang terdiri dari trimethtropin dan sulfametoksazole, penisilin dengan gentamisin dan klindamisis, dll.

Kerugiannya :
1.antagonis dimana campuran kurang sebanding dengan aktifitas antibiotika masing-masing seperti ampisilin dengan kloramphenicol, penicillin dengan eritromisin.
2.Sembuh semu yang hanya menekan infeksi sementara.
3.Toksisitas obat meningkat oleh karena reaksi toksik.
4.Supra infeksi yaitu pertumbuhan spesies resisten terhadap antibiotika.
5.Meningkatnya biaya terapi.

Pertimbangan dalam pemberian obat
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat pada ibu hamil adalah:
(1) Keamanan: meski ada obat lain yang efektivitasnya lebih baik, tapi jika keamanannya bagi ibu hamil belum diketahui, lebih baik tidak diberikan.
(2) Dosis: pada awalnya pemberian obat harus dalam dosis rendah. Jika perlu, penambahan dosis diberikan sedikit demi sedikit sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
(3) Durasi pemberian: jika tidak diperlukan sekali, pemberian obat tidak boleh terlalu lama. Sampai akhirnya, pemberian bermacam obat sedapat mungkin dihindari demi keselamatan ibu dan bayinya.
(4) Selain ketiga hal tersebut, Yanto masih menambahkan jenis dan cara kerja obat sebagai bahan pertimbangan sebelum diberikan kepada ibu hamil.

Jenis antibiotika
Obat kategori A
Obat/bahan obat yang berdasarkan penelitian (pada manusia) tidak menunjukkan terjadinya risiko terhadap janin. Beberapa jenis vitamin dan multivitamin yang diberikan semasa hamil termasuk dalam kategori ini kecuali "megavitamins". Diantaranya juga Nystatin vaginal (mycostatin atau obat anti jamur)

Kategori B
Obat/bahan obat yang tidak menunjukkan risiko pada janin tapi belum/tidak ada penelitian yang memadai pada manusia. Efek tak diharapkan dapat diperlihatkan pada binatang percobaan, tetapi belum bisa dibuktikan pada manusia. Obat dalam jenis ini kemungkinan aman. Karena belum diketahui komplikasi kehamilan atau cacat pada janin yang dikandung. Diantaranya adalah:
1. Amoxillin
2. Ampicillin
3. Augmentin
4. Dicloxillin
5. Macrobid (nitrofurantoin)
6. Flagil (metronidazole) dan masih kontroversi pada trimester I
7. Cephalosphorin termasuk: Keflex (chephalexin), Ceclor (cefaclor), duricefs (cefadroxil)
8. Cleocin (Clindamycin)
9. Erytromycin
10. Zithromax
11. Famvir (Famciclovir)
12. Zovirax (acyclovir)
13. Valtrex (Valacyclovir)
14. Clotrimazole vaginal (Mycelex-lotrimin)

Kategori C
Belum ada penelitian yang adekuat pada manusia maupun binatang percobaan. Atau telah dijumpai efek merugikan pada binatang, tetapi tidak diperoleh data yang cukup meyakinkan/valid pada manusia. Kebanyakan obat atau bahan lainnya yang sering diminum selama kehamilan sekarang.
Termasuk dalam kategori ini:
1. Bactrim
2. Trimetoprim
3. Biaxin (Clarithromycin)
4. Cipro (ciproprolaxacin)
5. Diflucan (fluconazole)
6. Minostat (miconazole)
7. Terazol (terconazole)
8. Isoniazid
9. Rifamfin
10. Vermex (mebendazole)
11. Tetanus Booster (tetanus Toxoid)
12. Vaksin: Hepatitis A, hepatitis B, influenza, meningococcus, pneumonia, polio.
13. Vaksin cacar, mumps, rubella

Kategori D
telah ditemukan bukti-bukti adanya risiko bagi janin, obat ini hanya digunakan bila tidak didapati obat pengganti lainnya.
Diantaranya:
1. Tetracyclin dan turunannya: tetracyclin, doxicyclin (vibramycin), minocin (minocyclin)
Dapat menyebabkan perubahan warna gigi bayi.
2. Golongan sulfa: jika mendekati persalinan (karena dapat menyebabkan kuning yang berat pada bayi baru lahir).

Kategori X
Risiko obat/bahan obat pada janin jauh lebih besar dibanding keuntungannya. Dengan kata lain, obat dalam kategori ini tidak boleh diberikan selama kehamilan (istilahnya: kontraindikasi mutlak). Contohnya adalah sejenis obat untuk jerawat yang dikenal sebagai isotretinoin, yang dapat menyebabkan kelainan multipel pada sistem saraf, wajah, maupun kardiovaskuler.

Prinsip menggunakan obat kala hamil
1. Pertimbangkan mengatasi penyakit tanpa menggunakan obat, terutama pada 3 bulan pertama kehamilan.
2. Obat hanya digunakan bila manfaat yang diperoleh ibu lebih besar dibandingkan kemungkinan risiko yang bakal terjadi pada janin.
3. Apabila harus menggunakan obat, pilihlah obat yang telah dikenal secara luas. Hindarilah penggunaan obat yang baru beredar karena belum cukup waktu untuk mengetahui keamanannya.
4. Hindari penggunaan obat polifarmasi – menelan berjenis-jenis obat (4 jenis lebih)
5. Informasi lebih lengkap dapat dilihat di buku-buku indeks obat-obatan yang mencantumkan risiko bagi ibu hamil.

Sumber
apotekputer.com
www.drdidispog.com
berbagai sumber


Jumat, 26 Februari 2010

WANITA HEBAT


Lovina baru 1 tahun 9 bulan menjalani pernikahan. Tapi waktu yang sekian lama tersebut belum juga menghasilkan buah cinta yang dinanti-nantikan. Lovina kerap bosan mengunjungi klinik kesuburan, tempat yang paling rajin dikunjungi lovina akhir-akhir ini.

Bidan tempat lovina biasa konsultasi kewanitaan menyarankannya untuk mengunjungi dokter ahli infertilitas yang pastinya lebih kompeten di bidangnya. Dalam penantian yang tidak pasti di ruang tunggu, lovina sering mendapati cerita-cerita unik yang pastinya menguras emosi yang tinggi.

Salah satunya widya yang menceritakan perjuangannya mendapatkan buah hati selama 6 tahun perkawinannya.

“ Kami sudah 3 kali proses inseminasi buatan lov, tapi gagal” cerita widya suatu hari.
“Dan dilanjutkan dengan proses bayi tabung, biayanya 70 jt..dan saya hamil!” mata widya berbinar cerah, tampak senyum ceria di wajahnya.

Lovina pun tersenyum antusias, merasa bahagia karena perjuangan panjang ternyata menghasilkan sesuatu.

“selamat widya...” pekik lovina tak tertahan.

“ Tapi gugur di kehamilan 4 minggu, sekarang kami coba bayi tabung ke dua lov..., dan aku yakin kali ini pasti berhasil!, ” kata widya semangat. Senyumnya mengembang dengan mata bernyala-nyala..

Lovina tercekat, ingin mengucapkan sesuatu tapi tidak tahu apa. Ada perasaan kagum dan kesedihan yang bercampur-aduk di kepala lovina. Lovina menyentuh tangan widya spontan berharap dapat memberi kekuatan. Bagaimana dia bisa bertahan secara mental dan material menghadapi situasi seperti ini.

Ada lagi kisah riska, usianya tidak lagi muda, 2 tahun lagi mendekati 40 tahun. Suatu keadaan yang sangat berisiko untuk hamil dan melahirkan. Riska ingin hanya dipanggi nama, walaupun menurut etika saya harus memanggilnya mbak atau kakak atau ibu bahkan. Maklum usia lovina terpaut 10 tahun lebih muda. Agak susah memang mendapatkan sekelumit pengalamannya untuk mendapatkan buah hati selama 18 tahun perkawinannya. Lovina sering mencari perhatian para pasien di klinik kesuburan tersebut berharap mereka mau berbagi cerita.

“3 bulan lalu saya melahirkan seorang bayi, setelah 17 tahun menanti lov. Saya sudah tidak teringat bahkan tidak menginginkan mendapatkan anak lagi. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, saya hamil..” putus riska. Mata riska tiba-tiba menatap lovina sendu, cepat-cepat riska beralih pandangan.

“ Tapi anak yang saya lahirkan prematur, saya melahirkan di usia kehamilan 28 minggu...” riska tidak sanggup menguraikan apa yang terjadi karena isakan tangisnya tiba-tiba pecah. Lovina memeluk bahu riska lagi-lagi mencoba memberi kekuatan.

Anak yang dilahirkan secara prematur itu lahir ke dunia dengan nafas satu-satu, tapi kelahiran prematur membuat bayi tersebut mengalami ketidaksempurnaan beberapa organ, di tambah lagi bayi mengalami kedinginan yang luar biasa atau istilahnya hipotermi berat. Tanpa menyentuh dan memandang bayi mungilnya, riska merelakan bayi tersebut di rujuk ke rumah sakit yang jaraknya memakan waktu 1 jam. Tetapi bayi menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan sebelum sampai ke rumah sakit. Lovina menyayangkan keterlambatan dalam melakukan rujukan tersebut, seharusnya bidan yang memberikan pertolongan persalinan sudah dapat memprediksi apa yang akan terjadi dengan bayi. Sehingga tidak memaksakan persalinan di rumah. Meski mungkin dengan berbagai alasan. Lovina tidak bisa menggambarkan perasaan sedih dan terlukanya jiwa riska.

Kisah hanni tidak kalah menyayat hati..
“ Sudah 7 tahun kami menikah, saya sudah tiga kali hamil. Hamil yang pertama kata dokter di luar kandungan sehingga harus di operasi. Hamil yang ke dua...usia dua bulan gugur. Hamil yang ke tiga juga gugur...” papar hanni. Tapi wajahnya datar seakan tanpa kesedihan.

Ada pula selli
“ Kami sudah menikah selama 8 tahun, dan sampai sekarang belum juga mempunyai anak...Kami sudah check up masing-masing, tapi memang masalah ada pada saya. Tuba saya keduanya tersumbat dan terus terang kami tidak mempunyai biaya untuk proses selanjutnya...” terang selli.

“ Dan sekarang...apa yang akan selli lakukan?” tanya lovina kemudian.

“ Ntahlah, lagipula kami sudah berpisah....” tuntas selli.

Lovina tercekat. Perkawinan yang harus terpisahkan karena tidak mendapatkan buah hati. Dan selalu pihak wanita yang dipersalahkan. Sebuah keegoisan!!!

Sekian banyak pasangan yang mencari anak, tapi di depan mata sendiri banyak anak yang sudah terlahir ternyata ditelantarkan, disiksa, bahkan dianiaya fisik dan mentalnya.

Lovina tersenyum menatap masa depannya. Kelak pasti Tuhan punya alasan pada masing-masing umatnya.

DETEKSI DINI ANAK DENGAN AUTIS


Pada awalnya gangguan ASD (Autistic Spectrum Disorder) dipandang sebagai gangguan yang disebabkan oleh faktor psikologis, yaitu pola pengasuhan orangtua yang tidak hangat secara emosional. Barulah sekitar tahun 1960 dimulai penelitian neurologis yang membuktikan bahwa gangguan ASD (Autistic Spectrum Disorder) disebabkan oleh adanya abnormalitas pada otak. Pada awal tahun 1970, penelitian tentang ciri-ciri anak autistik berhasil menentukan kriteria diagnosis yang selanjutnya digunakan dalam DSM-III. Gangguan autistik didefinisikan sebagai gangguan perkembangan dengan tiga ciri utama, yaitu gangguan pada interaksi sosial, gangguan pada komunikasi, dan keterbatasan minat serta kemampuan imajinasi. Walaupun sudah banyak penelitian mengenai ASD (Autistic Spectrum Disorder) dalam berbagai bidang, sejumlah ahli yang melakukan penelitian mendalam terhadap autisme berkesimpulan bahwa autisme bukanlah fenomena yang sederhana.

Frith (2003) menyimpulkan bahwa usahanya untuk menjelaskan autisme secara sederhana justru mengarahkannya pada fakta-fakta yang lebih kompleks: “The enigma of autism will continue to resist explanation.” Buten (2004) menemukan begitu beragamnya karakteristik anak autistik sehingga hanya satu kesamaan yang dilihatnya yaitu “air of aloness”. Sementara Zelan (2004) berpendapat bahwa individu autistik berbeda dengan individu lain sehingga perlu didekati dengan pendekatan humanistik yang memandang mereka sebagai individu yang utuh dan unik.

Gangguan ini pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner dan Hans Asperger pada tahun 1943 dan sampai saat ini gangguan ASD (Autistik Spectrum Disorder) awalnya Hans Asperger menyebutkan gangguan ini sebagai psikopat austistik masa kanak-kanak. Peningkatan jumlah anak dengan gangguan ASD (Autistic Spectrum Disorder) sangat dramatis. Di Amerika, saat ini rasio penyandang autis adalah 1:150. Sementara itu, 14 tahun sebelumnya, 1:10.000. Jumlah anak autis di seluruh dunia pada tahun 2007 sebanyak 35 juta dan pada tahun 2008 mencapai 60 juta. Oleh karena itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan resolusi Nomor 62/139 pada 18 Desember 2007 yang menetapkan 2 April sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia demi mengatasi masalah penyandang autis yang sudah sangat mengkhawatirkan.

Quill dalam Titin (2005:5) yang menyatakan bahwa kecenderungan dan kelemahan berkomunikasi anak penyandang ASD (Autistic Spectrum Disorder) adalah menghindari kontak mata dan sulit memusatkan perhatiannya, hanya merespon pada orang lain (sulit untuk memulai komunikasi), komunikasi yang dilakukan cenderung untuk meminta (request) dan sulit untuk memberikan komentar atau tidak spontan, membeo (ocholalia) dan sulit untuk membuat pesan baru, dalam percakapan kecenderungan melakukan topik percakapan yang itu-itu saja (preserveretive topic) topik yang dibicarakan kurang fleksibel dan percakapan tertuju pada diri sendiri (self directed) dan sulit melakukan percakapan bersama.

Autisme merupakan masalah yang multidisipliner. Secara internal pada individu autis, diperlukan penanganan dari ilmu kedokteran (bagian jiwa, anak dan gizi) dan juga psikologi. Secara eksternal, autism menyangkut masalah sosiologi, komunikasi dan pendidikan. Dulu autism dianggap sebagai kondisi yang tanpa harapan dan tidak dapat membaik, ternyata saat ini diketahui, bila dilakukan intervensi secara dini, intensif. Optimal dan komperhensif maka penyandang autisme dapat “sembuh”. Penanganan pada usia dini dilakukan melalui terapi sebelum anak berumur 5 tahun, karena puncak perkembangan paling pesat dari otak manusia terjadi pada usia 2-3 tahun, oleh karena itu pelaksanaan terapi setelah usia 5 tahun hasilnya akan berjalan lambat. Penanganan dini yang digunakan pada anak penyandang ASD (Autistic Spectrum Disorder) berbeda beda, disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan indivual anak. Berbagai terapi diupayakan untuk “menarik” anak autis dari dunia dan alam pikirannya yang sepi.

Berbagai jenis terapi telah dikembangkan untuk menangani anak penyandang ASD (Autistic Spectrum Disorder) yaitu terapi perilaku, terapi metode ABA (Applied Behavior Analysis), terapi Okupasi dan terapi fisik, terapi wicara, terapi Medikamentosa, terapi bermain dan terapi musik, dan terapi diet. Terapi membantu anak penyandang autis untuk mengembangkan keterampilan bantu diri atau self-help, ketrampilan berperilaku yang pantas di depan umum. Salah satu tempat yang dapat memberikan terapis pada anak penyandang autis adalah sekolah atau tempat-tempat pelatihan yang dikhususkan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sekolah merupakan salah satu wadah bagi anak untuk melakukan sosialisasi sekunder.

Klasifikasi autisme ditentukan berdasaran kesepakatan para dokter yang dituangkan dalam International Classification of Deaseas 9 and 10 (ICD-9 dan ICD-10) oleh WHO tahun 1993, atau Diagnostic and Statistical Manual IV (DSM IV) yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association pada tahun 1994, yaitu :

1. Autisme Masa kanak-kanak (Chidlhood Autism)
Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga rasa takut yang tak wajar. Kecuali gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda, tidak suka kalau dipeluk atau dielus. Autisme masa kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.
Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang :
a. Komunikasi, yaitu kualitas komunikasi yang tidak normal, antara lain seperti :
1. Perkembangan bicaranya terlambat, atau sama sekali tidak berkembang.
2. Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.
3. Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
4. Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
5. Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.
b. Interaksi sosial, yaitu adanya gangguan dalam kualitas interaksi sosial antara lain seperti:
1. Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
2. Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama.
3. Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
4. Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.
c. Perilaku, yaitu aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang-ulang dan stereotipik antara lain seperti:
1. Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
2. Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang.
3. Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
4. Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu.

2. Pervasive Developmental Disorder - Not Otherwise Specified (PDD-NOS).
PDD- NOS juga mempunyai gejala gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi, interaksi maupun perilaku, namun gejalanya tidak sebanyak seperti pada Autisme Masa kanak. Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga kadang-kadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi fasial tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.

3. Sindrom Rett (Rett’s Syndrome)
Sindroma Rett adalah gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak wanita. Kehamilannya normal, kelahiran normal, perkembangan normal sampai sekitar umur 6 bulan. Lingkaran kepala normal pada saat lahir. Mulai sekitar umur 6 bulan mereka mulai mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai berkurang antara umur 5 bulan sampai 4 tahun. Gerakan tangan menjadi tak terkendali, gerakan yang terarah hilang, disertai dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri secara sosial. Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak terkoordinasi.Seringkali memasukan tangan ke mulut, menepukkan tangan dan membuat gerakan dengan dua tangannya seperti orang sedang mencuci baju. Hal ini terjadi antara umur 6-30 bulan. Terjadi gangguan berbahasa, perseptif maupun ekspresif disertai kemunduran psikomotor yang hebat. Yang sangat khas adalah timbulnya gerakan-gerakan tangan yang terus menerus seperti orang yang sedang mencuci baju yang hanya berhenti bila anak tidur. Gejala-gejala lain yang sering menyertai adalah gangguan bernafasan, otot-otot yang makin kaku , timbul kejang, scoliosis tulang punggung, pertumbuhan terhambat dan kaki makin mengecil (hypotrophik). Pemeriksaan EEG biasanya menunjukkan kelainan.

4. Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak (childhood Disintegrative Disorder)
Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok adalah bahwa anak tersebut telah berkembang dengan sangat baik selama beberapa tahun, sebelum terjadi kemunduran yang hebat. Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun. Anak tersebut biasanya sudah bisa bicara dengan sangat lancar, sehingga kemunduran tersebut menjadi sangat dramatis. Bukan saja bicaranya yang mendadak terhenti, tapi juga ia mulai menarik diri dan ketrampilannyapun ikut mundur. Perilakunya menjadi sangat cuek dan juga timbul perilaku berulang-ulang dan stereotipik. Bila melihat anak tersebut begitu saja , memang gejalanya menjadi sangat mirip dengan autisme.

5. Asperger Syndrome (AS)
Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada wanita. Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada Autisme. Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan bicara tidak terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi secara timbal balik.

Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun kurang hidup bila dibanding anak-anak lain seumurnya. Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda/subjek tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal-hal ilmiah lain. Mereka mengetahui dengan sangat detil mengenai hal yang menjadi obsesinya. Obsesi inipun biasanya berganti-ganti.Kebanyakan anak SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran disekolah. Mereka mempunyai sifat yang kaku, misalnya bila mereka telah mempelajari sesuatu aturan, maka mereka akan menerapkannya secara kaku, dan akan merasa sangat marah bila orang lain melanggar peraturan tersebut. Misalnya: harus berhenti bila lampu lalu lintas kuning, membuang sampah dijalan secara sembarangan.
Dalam interaksi sosial juga mereka mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada buku atau komputer daripada teman. Mereka sulit berempati dan tidak bisa melihat/menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain. Perilakunya kadang-kadang tidak mengikuti norma sosial, memotong pembicaraan orang seenaknya, mengatakan sesuatu tentang seseorang didepan orang tersebut tanpa merasa bersalah.

Penyebab
Hingga saat ini penyebab ASD (Autis Spectrum Disorder) secara pasti belum diketahui, namun beberapa pakar sepakat bahwa terdapat kelainan pada otak. Terdapat tiga lokasi yang mengalami kelainan neuro-anatomis yaitu pada lobus patietalis, cerebellum (otak kecil) dan sistem limbik. Gangguan pada lobus patietalis menyebabkan anak bersikap cuek pada lingkungan. Kelainan pada cerebellum (otak kecil) ditemukan pada lobus VI dan VII, otak kecil bertanggung jawab atas proses sensorik, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa, dan proses atensi (perhatian).

Pada otak kecil penyandang autis ditemukan sejumlah kecil sel purkinye yang menyebabkan gangguan keseimbangan serotonin dan dopamine yang menyebabkan gangguan atau kekacauan pada lalu lalang implus di otak. Sedangkan kelainan didaerah limbik dikenal dengan istilah hippocampus (bertanggung jawab terhadap fungi belajar dan daya ingat) dan amygdale (bertanggung jawab terhadap beberapa rangsangan sensoris seperti pendengaran, pengeliatan, penciuman, perabaan, rasa dan perasaan takut). Gangguan pada daerah limbik ini menyebabkan terjadinya gangguan fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi. Anak akan kurang dapat mengendalikan emosinya dan sering kali terlalu agresif atau terlalu pasif, anak juga akan melakukan perilaku yang diulang-ulang dan hiperaktif.

Namun tidak hanya itu saja yang menjadi penyebab ASD (Autis Spectrum Disorder) beberapa faktor pemicu lain yang berperan penting dalam dalam timbulnya penyakit ini. Infeksi yang diakibatkan oleh virus antara lain toksoplasmosis, rubella, candida, infeksi logam berat seperti Pb, Al, Hg, Cd, infeksi zat adiktif seperti MSG, pengawet, pewarna pada trimester pertama kehamilan yakni pada saat kandungan berusia 0-4 bulan juga menyebabkan seorang anak terjangkit penyakit ini. Selain itu, proses kelahiran lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan oksigen pada janin, tumbuhnya jamur yang berlebihan pada usus sebagai akibat pemakaian antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky gut syndrome) menyebabkan ketidaksempurnaan pencernaan kasein dan gluten yang terpecah menjadi polipeptida, apabila terserap dalam aliran darah maka akan menimbulkan efek morfin pada otak anak yang juga menjadi penyebab penyakit ini. Masih ada kelainan yang disebut Sensory Interpretation Erros dimana rangsangan sensoris yang berasal dari reseptor visual, autori, dan taktil mengalamai prose yang kacau pada otak anak, sehingga menimbulkan persepsi yang kacau atau berlebihan yang menyebabkan kebingungan dan ketakutan pada anak akibatnya anak akan menarik diri dari lingkungan, akibatnya Anak-anak penyandang ASD (Autis Spectrum Disorder) akan kesulitan dalam berkomunikasi.

Manifestasi klinis autis
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan sosial dan gangguan dalam perasaan sensoris.

Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal meliputi kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (“bahasa planet”). Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi dan mimik datar.

Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh. Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.

Gangguan dalam bermain diantaranya adalah bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya Tidak spontan, reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.

Gangguan perilaku dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.. Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain.

Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan.

Diagnosis autisme
Menegakkan diagnosis autis memang tidaklah mudah karena membutuhkan kecermatan, pengalaman dan mungkin perlu waktu yang tidak sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme. Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autisme yang disebabkan oleh adanya gangguan selain autis. Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut. Karena karakteristik dari penyandang autis ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autis.

Dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan dan wawasan mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autis dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit. Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autis dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan. Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autis dengan yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.

Deteksi Dini
Meskipun sulit namun tanda dan gejala autisme sebenarnya sudah bisa diamati sejak dini bahkan sejak sebelum usia 6 bulan.
1. Deteksi dini sejak dalam kandungan
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di dunia masih juga belum mampu mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan. Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas kebutuhan untuk penelitian.
2. Deteksi dini dari lahir hingga usia 5 tahun
Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi. Tetapi amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih baik. Beberapa pakar kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal yang utama bahwa semakin besar kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada anak ditemukan pada usia yang semakin muda.

Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut usia :
USIA 0 – 6 BULAN

1. Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
4. Tidak “babbling”
5. Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
6. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
7. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 6 – 12 BULAN
1. Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan
4. Sulit bila digendong
5. Tidak “babbling”
6. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
7. Tidak ditemukan senyum sosial
8. Tidak ada kontak mata
9. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 6 – 12 BULAN
1. Kaku bila digendong
2. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
3. Tidak mengeluarkan kata
4. Tidak tertarik pada boneka
5. Memperhatikan tangannya sendiri
6. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
7. Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
USIA 2 – 3 TAHUN
1. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
2. Melihat orang sebagai “benda”
3. Kontak mata terbatas
4. Tertarik pada benda tertentu
5. Kaku bila digendong
USIA 4 – 5 TAHUN
1. Sering didapatkan ekolalia (membeo)
2. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
3. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
4. Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
5. Temperamen tantrum atau agresif

Komunikasi pada anak Autis
Komunikasi terjadi karena adanya pematangan sistem biologis dan sistem syaraf dalam tubuh anak. Tidak heran apabila pematangan sistem tersebut terhambat maka akan terhambat pula kemampuan komunikasi seseorang. Komunikasi terkait dengan kemampuan kognisi, sehingga makin bermasalah seseorang dalam pemahaman maka akan semakin terbatas kemampuan komunikasinya.

Menurut Ginanjar (2007:66) memahami tahapan komunikasi pada anak autis akan mempermudah untuk mengetahui pada tahapan mana anak tersebut berada dan merancang gaya komunikasi yang sesuai.
Tahapan dalan komunikasi pada anak autis dibagi menjadi empat, yaitu: 1. The Own Agenda Stage,
Pada tahap ini anak masih lebih suka bermain sendiri dan tampaknya tidak tertarik pada orang-orang disekitarnya. Anak belum tahu bahwa dengan komunikasi ia akan mempengaruhi orang lain. Untuk mengetahui keinginannya, orang tua harus memperhatikan gerak tubuh dan ekspresi wajah anak. Seringkali anak mengambil sendiri benda-benda yang diinginkannya. Interaksi dengan ibu atau pengasuh mungkin dapat berlangsung cukup lama, namun anak belum mau berinteraksi dengan anak-anak lain atau orang yang baru dikenalnya. Ia belum dapat bermain dengan benar dan akan menangis atau berteriak bila kegiatannya terganggu atau bila menolak.
2. The Requester Stage,
Anak yang berada pada tahap ini mulai menyadari bahwa tingkah lakunya dapat mempengaruhi orang disekitarnya. Bila menginginkan sesuatu, anak biasanya akan menarik tangan orang tua atu orang disekitarnya dan mengarahkan pada benda yang ada disekitarnya. Kegiatan atu permainan yang amat disukainya biasanya masih bersifat fisik seperti bergulat, dikelitiki, bermain cilukba. Sebagaian anak telah mampu mengulang kata-kata tetapi bukan untuk berkomuniasi melainkan untuk menenangkan dirinya. Pada tahapan ini anak mulai bisa mengikuti perintah sederhana tetapi responnya masih belum konsisten. Ia juga memahami tahapan rutin dalam kehidupan sehari-hari.
3. The Early Communication Stage,
Kemampuan anak dalam berkomunikasi telah lebih baik karena melibatkan gesture khusus, suara dan gambar. Interaksi yang terjadi juga berlangsung lama. Anak telah mentadari bahwa ia bisa menggunakan salah satu bentuk komunikasi tertentu secara konsisten pada situasi tertentu. Namun demikian, inisiatif untuk berkomunikasi masih terbatas pada pemenuhan kebutuhannya, seperti makanan, minuman, dan benda-benda yang disukainya. Pada tahap ini anak telah mulai mengulang hal-hal yang didengarnya, mulai memahami siyarat visua atau gambar komunikasi dan memahami kalimat-kalimat sederhana yang diucapkan orang tua. Bila terlihat perkembangan bahwa anak mulai memanggil nama, menunjuk sesuatu yang diinginkan berarti anak sudah siap untuk memulai komunikasi dua arah. Pada tahap ini anak sudah dapat diajarkan untuk menyapa orang lain, menjawab pertanyaaan “apa ini/itu” dan memberikan jawaban “ya” “tidak”.
4. The Partner Stage,
Tahap ini merupakan fase yang paling efektif. Bila kemampuan biacara anak baik, ia akan mampu melakukan percakapan sederhana. Anak juga dapat diminta untuk menceritakan pengalamannya yang telah lalu, keinginannya yang belum terpenuhi dan mengekspresikan perasaanya. Namun demikian kadang-kadang anak masih terpaku pada kalimat-kalimat yang telah dihafalkan dan sulit menemukan topik pembicaraan yang tepat pada situasi yang baru. Bagi anak-anak yang masih mengalami kesulitan untuk betbicara, komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan rangkaian gambar atau menyusun kartu-kartu bertulisan. Walaupun sudah sering berinteraksi dengan anak-anak lain dan orang tua kebiasaan anak untuk bermain dengan diri sendiri tetap ada, terutama bila ia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan teman-temannya. Ketika anak mampu mengucapkan kata-kata, sering muncul kebiasaan untuk mengulang-ulang kata atau kalimat tertentu, hal ini disebut Ekolalia. Kebiasaan ini tampaknya tidak memiliki fungsi positif dan bahkan terasa menggangu bagi yang mendengarnya.

Terapi ABA (Applied Behavior Analysis) Pengertian terapi ABA
Metode ABA (Applied Behavior Analysis) adalah metode tata-laksana perilaku yang telah berkembang sejak puluhan tahun yang lalu. Metode ini diciptakan oleh O. Ivar Lovaas, Ph.D dari University of California Los Angel (UCLA). Penggunaaan metode ABA (Applied Behavior Analysis) dapat dianggap sebagai program kesiapan belajar karena tingkah laku target yang diajar pawa awal program merupakan keterampilan awal, seperti pemahaman terhadap sebab-akibat, memperhatikan, mematuhi instruktur dan meniru.
Metode ABA (Applied Behavior Analysis) banyak digunakan karena mempunyai kurikulum yang jelas yaitu menggunakan patokan yang jelas tentang keberhasilan anak. Keterampilan yang diajarkan akan diberikan penilaian untuk mengetahui keberhasilan, dan bantuan yang akan diberikan.
Tujuan metode ABA (Applied Behavior Analysis) Tujuan dari pemberian metode ini pada anak autis adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari cara anak autis bereaksi terhadap suatu rangsangan dan apa yang terjadi sebagai akibat dari reaksi spesifik tersebut. Selanjutnya, apakah metode ini juga mempengaruhi atau mengubah perilaku yang akan datang.
2. Membangun kemampuan yang secara sosial tidak dimiliki, dan mengurangi atu menghilangkan hal-hal yang merupakan masalah.
3. Mengajarkan anak belajar dari lingkungan normal, merespon lingkungan, dan mengajarkan perilaku yang sesuai agar anak dapat membedakan berbagai hal tertentu dari berbagai macam rangsangan.

Metode Pengajaran ABA (Applied Behavior Analysis)
Materi pengajaran pada anak autistik harus sesuai dengan perkembangan. Misalnya, keterampilan yang lebih mudah diajarkan lebih dulu. Sedangkan, keterampilan rumit jangan dulu diajarkan sebelum anak menguasai syaratnya.

Beberapa ahli terapi anak autis, mengelompokkan keterampilan dan kemampuan anak autistik untuk menyusun kurikulum khusus, diantaranya:
1. Kemampuan untuk memperhatikan. Ini adalah sikap belajar yang diperlukan untuk bersekolah dan bekerja. Apabila seorang anak tidak mampu memperhatikan dalam rentang waktu beberapa menit, ia akan mengalami kesulitan mencerna pelajaran atau mendengarkan instruksi.
2. Meniru atau imitasi. Pada saat anak diminta meniru, tidak muncul perkataan apapun dari seorang terapis kecuali hanya kata “tiru”, “lakukan” atau “coba”. Pada posisi ini, anak autistik dituntut melakukannya seperti yang dicontohkan. Materi imitasi dibagi ke dalam beberapa tahap, yaitu: imitasi motorik kasar, imitasi motorik halus, imitasi aksi dengan benda, imitasi suara (sehingga anak belajar berbicara karena diarahkan meniru kata-kata orang lain), imitasi pola balok (untuk mempersiapkan anak belajar menulis), sampai imitasi perilaku bermain.
3. Memasangkan. Anak autistik dituntut mengenali sesuatu yang dikelompokkan atas ciri-ciri tertentu. Kemampuan ini meliputi kemampuan men-sortir dan mengerjakan worksheet. Misalnya, piring pasangannya gelas, pena merupakan alat tulis, stasiun, hotel, kolam renang adalah tempat. Instruksi yang diberikan, “pasangkan”, “cari yang sama”, “mana yang sama” atau kata-kata lain yang bermakna sama, sehingga anak mencari pasangan yang diperlihatkan.
4. Identifikasi. Anak autistik diminta menetapkan pilihan dengan memegang, mengambil, atau menunjuk satu dari beberapa hal. Teknik ini memungkinkan kita memeriksa apakah anak paham berbagai konsep (reseptive languange) tanpa bergantung pada kemampuan bicara mereka. Identifikasi tidak terlalu berbeda dengan labeling, tapi identifikasi anak autistik tidak dituntut secara ekspresif. Pada proses identifikasi, perintah yang diberikan, “pegang”, “tunjuk”, “ambil”, “kasihkan” dan anak diminta memilih satu dari beberapa stimulus.
5. Labeling atau ekspresi (bahasa pengungkapan). Kemampuan ini memang cukup sulit karena mengandalkan kemampuan pengungkapan bahasa (expressive languange).
Istilah yang dipakai dalam metode ABA (Applied Behavior Analysis)

Terdapat beberapa istilah dalam pemberian terapi ini yaitu :
1. Instruksi

Yang merupakan kata- kata perintah yang diberikan pada anak pada saat proses terapi. Instruksi pada anak harus S-J-T-T-S : SINGKAT- JELAS- TEGAS- TUNTAS- SAMA. Suatu instruksi harus cukup jelas (volume disesuaikan dengan respon anak) namun jangan membentak atau menjerit. Singkat yaitu cukup 2 suku kata, jangan terlalu panjang karena tidak dapat ditangkap atau dimengerti oleh anak, terutama anak autis. Tegas berarti instruksi tidak boleh “ditawar” oleh anak dan harus dilaksanakan (kalau perlu diprompt). Terapis harus bersikap seperti bos yang tidak semena-mena, terapis harus menyayangi anak tersebut akan tetapi tidak boleh terlalu memanjakan. Tuntas berarti setiap instruksi harus dilaksanakan sampai selesai. Sama yaitu setiap instruksi dari tiga terapis harus memakai kata yang sama, jangan berbeda sedikitpun.
2. Prompt
Yaitu bantuan atau arahan yang diberikan kepada anak apabila anak tidak memberikan respon terhadap instruksi. Prompt dapat diberikan secara penuh yaitu hand-on hand, tangan terapis memegang tangan anak dan melakukan perilaku yang diinstruksikan. Prompt secara bertahap dikurangi sampai anak mampu secara mandiri melakukan sendiri. Prompt dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menunjuk, dengan gerak tubuh, dengan pandangan mata ataupun dengan cara verbal.
3. Reinforcement atau imbalan
Reinforcement atau imbalan adalah “hadiah” atau “penguat” suatu perilaku agar anak mau melakukan terus dan menjadi mengerti pada konsepnya. Imbalan harus terkesan seperti UPAH dan bukan sebagai SUAP atau SOGOKAN. Sifat upah adalah selalu konsisten setelah tugas atau instruksi dan juga tidak diiming- imingi.
4. Achieved atau disingkat A
Achieved adalah bila anak merespon suatu instruksi terapis dengan benar dan mandiri (tanpa prompt)
5. Mastered
Diberikan apabila anak berhasil merespon dengan benar 3 instruksi pertama secara berturut- turut dari 3 terapis (dalam waktu berlainan).
6. Generalisasi
Yaitu memperluas kemampuan anak untuk merespon instruksi dari subyek yang berlainan, kata- kata instruksi yang berbeda- beda, dengan obyek yang berbeda-beda, dan pada lingkungan atau suasana yang berbeda- beda.
7. R + ITEMS
Adalah semua benda (makanan, minuman, mainan, barang kesukaan anak), situasi atau aktivitas yang disukai anak dan dapat dijadikan imbalan.
8. ITEMS
Adalah semua benda, situasi dan aktivitas yang tidak disukai anak
9. Mild Disruptive Behavior (MDB)
Adalah perilaku “aneh” yang ringan tapi cukup mengganggu proses terapi dan pergaulan sosial, sehingga perlu dihilangkan agar tidak merugikan anak (waktu dewasa kelak).
10. Tantrum atau mengamuk
Adalah perilaku anak yang hebat dan merusak. Bila menyerang orang atau barang disebut agresif dan bila menyakiti diri sendiri disebut self-abuse. Tantrum ini juga sangat perlu dieliminir atau dihilangkan agar tidak merugikan anak dalam pergaulan sosialnya kelak.
11. Echolalia atau membeo
Yaitu kemampuan anak untuk menirukan kata atau kalimat bahkan nyanyian, tapi tanpa mengerti artinya, sehingga mampu menggunakannya untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Peranan orang tua, dokter dan tenaga kesehatan lain dalam deteksi dini
Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang anak berkembang melalui tahapan tertentu. Diantara jenis perkembangan, yang paling penting untuk menentukan kemampuan intelegensi di kemudian hari adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah visuo-motor, serta perkembangan berbahasa. Kemudian keduanya berkembang menjadi perkembangan sosial yang merupakan adaptasi terhadap lingkungan. Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan perkembangan.

Untuk mendeteksi keterlambatan khususnya gangguan , dapat digunakan 2 pendekatan :
Memberikan peranan kepada orang tua, nenek, guru atau pengasuh untuk melakukan deteksi dini dan melaporkan kepada dokter dan tenaga kesehatan lain bila anak mengalami keterlambatan atau gangguan perkembangan dan perilaku. Kerugian cara ini adalah bahwa orang tua sering menganggap bahwa anak akan dapat menyusul keterlambatannya dikemudian hari dan cukup ditunggu saja. Misalnya bila anak mengalami keterlambatan bicara, nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak yang cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang-kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami keterlambatan bicara.

Pendekatan lainnya adalah dengan deteksi aktif yang dapat dilakukan dokter atau dokter spesialis anak. Deteksi aktif ini dengan membandingkan kemampuan seorang anak dapat melakukan peningkatan perkembangan yang sesuai dengan baku untuk anak seusianya. Pendekatan kedua juga mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak anak yang diidentifikasi sebagai "abnormal" karena banyak gangguan perilaku penderita autis pada usia di bawah 2 tahun juga dialami oleh penderita yang normal. Sehingga beberapa klinisi bila kurang cermat dalam melakukan deteksi aktif ini dapat mengalami keterlambatan dalam penegakkan diagnosis. Tampaknya peranan orangtua sangatlah penting dalam mendeteksi gejala autis sejak dini. Orangtua harus peka terhadap perkembangan anak sejak lahir. Kepekaan ini tentunya harus ditunjang dengan peningkatan pengetahuan tentang perkembangan normal pada anak sejak dini. Informasi tersebut saat ini sangat mudah didapatkan melalui media cetak seperti buku kesehatan populer, koran, tabloid, majalah dan media elektronik seperti televisi, internet dan sebagainya. Orang tua juga harus peka terhadap kecurigaan orang lain termasuk pengasuh, nenek, kakek karena mereka sedikitnya telah mempunyai pengalaman dalam perawatan anak.

Peranan orang tua untuk melaporkan kecurigaannya dan peran dokter untuk menanggapi keluhan tersebut sama pentingnya dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai keterlambatan atau penyimpangan harus dilakukan pemeriksaan atau menentukan apakah hal tersebut merupakan variasi normal atau suatu kelainan yang serius. Jangan berpegang pada pendapat :"Nanti juga akan membaik sendiri" atau "Anak semata-mata hanya terlambat sedikit" tanpa pemeriksaan yang cermat. Akibat yang terjadi diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan yang semakin sulit. Langkah yang harus dilakukan adalah dengan melakukan uji tapis atau skrining gangguan perilaku atau autis pada anak yang dicurigai yang dapat dilakukan oleh dokter.

Kemampuan penilaian skrining Autis ini hendaknya juga harus dipunyai oleh para dokter umum atau khususnya dokter spesialis anak. Dokter hendaknya harus cermat dalam melakukan penilaian skrening tersebut. Bila mendapatkan konsultasi dari orangtua pasien yang dicurigai Autis atau gangguan perilaku lainnya sebaiknya dokter tidak melakukan penilaian atau advis kepada orangtua sebelum melakukan skrining secara cermat. Banyak kasus dijumpai tanpa pemeriksaan dan penilaian skrening Autis yang cermat, dokter sudah berani memberikan advis bahwa masalah anak tersebut adalah normal dan nantinya akan membaik dengan sendirinya. Hambatan lainnya yang sering dialami adalah keterbatasan waktu konsultasi dokter, sehingga pengamatan skrening tersebut kadang sering tidak optimal. Orang tua sebaiknya tidak menerima begitu saja advis dari dokter bila belum dilakukan skrening Autis secara cermat. Bila perlu orangtua dapat melakukan pendapat kedua kepada dokter lainnya untuk mendapatkan konfirmasi yang lebih jelas.

Sebaliknya sebelum cermat melakukan penilaian, dokter sebaiknya tidak terburu-buru memvonis diagnosis Autis terhadap anak. Overdiagnosis Autis kadang menguntungkan khususnya dalam intervensi dini, tetapi dilain pihak juga dapat merugikan khususnya dalam menghadapi beban psikologis orang tua. Orangtua tertentu yang tidak kuat menghadapi vonis autis tersebut kadangkala akan menjadikan overprotected atau overtreatment kepada anaknya. Selain itu keadaan seperti itu dapat meningkatkan beban biaya pengobatan anak. Bukan menjadi rahasia lagi, bahwa orangtua penderita Autis sangat banyak mengeluarkan biaya konsultasi pada berbagai dokter, terapi okupasi, pemeriksaan laboratorium yang kadang mungkin belum perlu dilakukan.

sumber
1. American of Pediatrics, Committee on Children With Disabilities. Technical Report : The Pediatrician’s Role in Diagnosis and Management of Autistic Spectrum Disorder in Children. Pediatrics !107 : 5, May 2001) 2. Anderson S, Romanczyk R: Early intervention for young children with autism: A continuum-based behavioral models. JASH 1999; 24: 162-173. 3. APA: Diagnostic and statistic manual of mental disorders. 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Association; 1994. 4. Bettelheim B: The Empty Fortress: Infantile Autism and the Birth of the Self. New York, NY: Free 5. www.autisme.or.id 6. www.sinarharapan.co.id. 7. autism.blogsome.com

Senin, 22 Februari 2010

MENGENAL IMUNISASI PADA BAYI


Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Tubuh manusia mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas kemampuan tertentu. Tubuh juga sanggup menghilangkan serangan penyakit dari luar.

Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh tidak mampu mencegah kuman-kuman itu berkembangbiak, sehingga tubuh menjadi sakit. Tujuan dari pemberian imunisasi dasar adalah untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu, apabila terjadi penyakit, tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian

PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antugen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa. Imunisasi menjaga bayi dan anak dari penyakit tertentu sesuai dengan jenis

Imunisasi merupakan program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu alat pencegahan penyakit yang utama didunia. Penyelenggaraan imunisasi diatur secara universal melalui berbagai kesepakatan yang difasilitasi oleh badan dunia seperti WHO dan UNICEF. Pertemuan international biasanya diselenggarakan secara teratur baik untuk tukar menukar pengalaman, evaluasi, perlu tidaknya bantuan dan lain sebagainya.

TUJUAN IMUNISASI
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.

MACAM KEKEBALAN
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni :
1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specific Resistance)
Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya refleks-refleks tertentu, misalnya batuk, bersin dan sebagainya.
2. Kekebalan Spesifik (Specific Resistance)
Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni :
a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain, orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium falciparum daripada orang yang mempunyai hemoglobin AA.
b. Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity)
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit.
Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus maka anaknya (bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKEBALAN
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, seks, kehamilan, gizi dan trauma.
1 Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan orang tua lebih mudah terserang. Dengan kata lain orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
2 Seks
Untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio dan difteria lebih parah terjadi pada wanita daripada pria.
3 Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria serta amubiasis. Sebaliknya untuk penyakit tifoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.
4 Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.
5 Trauma
Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.

TUJUAN PROGRAM IMUNISASI
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosa.

SASARAN
Sasaran imunisasi adalah :
a. Bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan)
b. Ibu hamil (awal kehamilan - 8 bulan)
c. Wanita usia subur (calon mempelai wanita)
d. Anak sekolah dasar (kelas I-VI)

POKOK-POKOK KEGIATAN
a. Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap)
1. Imunisasi BCG 1 kali
2. Imunisasi DPT 3 kali
3. Imunisasi polio 3 kali
4. Imunisasi campak 1 kali
b. Pencegahan terhadap anak sekolah dasar
1. Imunisasi DT
2. Imunisasi TT
c. Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS / calon mempelai wanita
Imunisasi TT 2 kali

IMUNISASI DASAR
1. Jenis-Jenis Vaksin Dalam Program Imunisasi Dan Cara Pemberian
Imunisasi dasar harus diberikan terhadap 7 jenis penyakit utama yaitu TBC, difteri, tetanus, batuk rejan, poliomielitis, campak dan hepatitis B.

Imunisasi dasar terdiri dari :
a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Berasal dari kuman Basillus Calmette Guerin yang telah dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC. Efek samping dari vaksin BCG dapat menimbulkan pembengkakan pada bekas suntikan yang biasanya akan hilang dengan sendirinya, demam sampai 1-2 minggu.
Vaksin BCG tidak dapat diberikan pada anak yang menderita TBC positif atau menunjukkan uji mantoux positif. Diberikan dengan cara disuntikkan secara intracutan (didalam kulit) di ⅓ bagian lengan kanan atas (Inertio Musculus Deltoideus) 1 kali suntikan dosis 0,05 cc.

b. Vaksin DPT (Difteria Pertusis Tetanus)
Berasal dari kuman Bordetella Pertusis yang telah dimatikan, dikemas dengan vaksin Diptheri dan Tetanus yang berasal dari racun kuman yang dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit difteria, pertusis (batuk rejan) dan tetanus. Efek samping vaksin DPT antara lain adalah lemas, kadang-kadang terjadi gejala demam tinggi, iritabilitas. Diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuscular dengan membentuk sudut 450 - 600, di bagian paha sebelah luar (otot vastus lateralis) 3 kali suntikan dosis 0,5 cc.
Imunisasi DPT tidak dapat diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak dapat diberikan kepada anak dengn batuk yang diduga sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal atau penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imun). Sakit batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak.

c. Vaksin Polio
Berasal dari kuman Polio yang dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis. Vaksin polio pada umumnya tidak memiliki efek samping. Diberikan melalui mulut dengan cara diteteskan dengan pipet kedalam mulut anak sebanyak 2 tetes, 4 kali pemberian. Kontraindikasi dari vaksin polio adalah anak dengan diare berat dan defisiensi imun. Karena dapat memperberat terjadinya diare. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam atau diare ringan imunisasi polio dapat diberikan seperti biasanya.

d. Vaksin Campak
Berasal dari virus Campak yang telah dilemahkan. Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak. Efek sampingnya antara lain adalah demam atau kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke-10 sampai ke-12 setelah penyuntikan, tetapi ini sangat jarang terjadi. Vaksin Campak tidak boleh diberikan pada anak dengan sakit parah, defisiensi imun dan defisiensi gizi. Diberikan dengan cara disuntikkan sub cutan dalam, membentuk sudut 300c, di ⅓ bagian lengan atas (Inertio Musculus Deltoideus) 1 kali suntikan dosis 0,5 cc.

e. Vaksin Hepatitis B
Berasal dari protein khusus kuman Hepatitis B. Memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC. Semua bukti menunjukan bahwa vaksin Hepatitis B aman dan efektif serta efek sampingnya adalah reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan, dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuscular dengan membentuk sudut 450 - 600, di bagian paha sebelah luar (otot vastus lateralis) 3 kali suntikan dosis 0,5 cc.

IMUNISASI ULANG
1. BCG
BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan mengingat:
1. Efektifitas perlindungan hanya 40%
2. 70% kasus TB berat (ex meningitis) ternyata mempunyai parut BCG
3. Kasus dewasa dengan BTA positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun mereka telah mendapatkan BCG pada masa kanak-kanak.

2. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Penelitian kohort multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap bayi dari ibu yang mengidap hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar 3X pada masa bayi, dapat diulangi pada umur 5 tahun, 90,7% diantaranya masih memiliki titer antibody anti HBs yang protektif (titer anti HBs >10 mlU/ml). mengingat pola apidemiologi hepatitis B di Indonesia mirip dengan Negara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang pada umur 5 tahun tidak diperlukan kecuali apabila titer anti HbsAg < 10mlU/ml. 3. DPT
Imunisasi ulang yang pertama dilakukan pada usia 1,5 - 2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setekah penyuntikan imunisasi dasar ketiga. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau saat kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa P). Vaksin pertusis (batuk rejan) tidak dianjurkan untuk anak yang berusia lebih dari 7 tahun karena reaksi yang timbul dapat lebih hebat, selain itu juga karena perjalanan penyakit pertusis pada anak lebih dari 5 tahun tidak parah.

4. Tetanus Toksoid
Tetanus kelima diberikan pada usian masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5 dosis toksoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 4 dosis toksoid dewasa.

5. Polio
Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).

6. Campak
Penelitian titer antibody campak pada anak usia 6-11 tahun oleh badan penelitian dan pengembangan DepKes dan KeSos tahun 1999 mendapatkan hanya 71,9% anak yang masih mempunyai antibodi campak diatas ambang pencegahan, sedangkan 28,3% diantaranya kelompok usia 5-7 tahun parnah menderita campak walaupun sudah diimunisasi campak saat bayi. Bedasarkan penelitian tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak ulang pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun, guna mempertinggi serokonversi).

IMUNISASI KOMBO
Vaksin kombo adalah gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda atau gabungan dengan beberapa antigen dari galur multipel yang berasal dari organisme penyebab penyakit yang sama. Gabungan vaksin tersebut telah dikemas dipabrik dan bukan dicampur oleh sendiri oleh petugas. The Admivisory Committee On Immunization Practice (ACIP), The American Academy Of Pediatrics (AAP) dan The American Academy Of Family Physicians (AAFP) merekomendasikan bahwa lebih baik mempergunakan vaksin kombo yang telah dikemas dari pabrik dari pada memberikan 2 jenis vaksin monovalen yang diberikan secara terpisah pada saat bersamaan. Vaksin kombo dianjurkan adalah yang telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah Negara masing-masing, di Indonesia melalui izin dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. DiIndonesia saat ini telah beredar 2 jenis vaksin kombo yaitu DPwT – Hep B dan DPwT – Hib.

Adapun dasar utama dan alasan pembuatan vaksin kombo adalah untuk :
1. Mengurangi jumlah suntikan
2. Mengurangi jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan
3. Lebih praktis dari pada vaksin terpisah
4. Mempermudah penambahan vaksin lain kedalam program imunisasi yang telah ada
5. Mempersingkat waktu untuk mengejar imunisasi yang terlambat
6. Mengurangi kebutuhan alat suntik dan tempat penyimpanan vaksin
7. Mengurangi biaya pengobatan

Disamping keuntungan tersebut diatas vaksin kombo mempunyai beberapa kekurangan yaitu :
1. Terjadi kesetidakserasian kimiawi/fisis sebagai akibat percampuran beberapa antigen beserta ajuvannya.
2. Sulit dihindari adanya perubahan respons imun sebagai akibat interaksi antara antigen dengan antigen lain atau antara antigen dengan anjuvan yang berbeda
3. Dapat membingungkan para dokter dalam penyusunan jadwal imunisasi apalagi bila dipergunakan vaksin dari pabrik yang berbeda.

Vaksin DPwT adalah salah satu vaksin kombo yang palng tua sehingga dikenal vaksin kombo tradisional dan merupakan tulang punggung (back bone) pembuatan vaksin kombo. Vaksin kombo diproduksikan berdasarkan mempunyai komponen dasar yang berasal dari gabungan suatu vaksin dengan DPwT, DPaT atau Hepatitis B, MMR atau campak atau vaksin lain seperti meningokokus dan pneumokokus. Daya proteksi vaksin dinilai dari serokonversi sebelum dan setelah diberikan imunisasi. Untuk mendapatkan kepastian mengenai daya proteksi ini perlu dilakukan uji klinis secara random dan tersamar. Daya proteksi vaksin kombo DPwT-Hep B tampak mempunyai efektifitas yang sama pada berbagai jadwal imunisasi.

Sumber Pustaka :
1. Soerpardi J, dkk. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Direktorat Jenderal PPM dan PL Departemen Kesehatan RI, Jakarta;2005
2. Markum AH.Imunisasi, FKUI, Jakarta;2002
3. Wahab AS, Julia M. Sistem Imun, Imunisasi, Dan Penyakit Imun, Widya Medika, Jakarta;2002
4. Ranuh IGN, dkk. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta;2005.

Jumat, 19 Februari 2010

PENGALAMAN BERHARGA


bid. foka
Pengalaman yang berharga dari salah seorang sahabat...
Saya heran bercampur bingung kenapa sms saya tidak lagi pernah dibalas. Padahal komunikasi melalui sms adalah yang paling efektif untuk merencanakan suatu pertemuan agar tesis yang saya kerjakan dapat segera diperiksa oleh pembimbing saya yang bergelar prof.

Untung saya bertemu dengan mahasiswa S3 suatu hari dalam rangka bersama-sama akan bimbingan, dan beliau yang kita tunggu ternyata tidak datang dan mempunyai satu kesibukan penting yang tentunya tidak bisa ditinggalkan. Saya menyampaikan keluhan saya, dan si S3 tanya dan ingin diperlihatkan isi sms yang saya tujukan buat prof. Rupanya masalahnya terpecahkan..........

Kebiasaan saya kalau sms pakai Assalamualaikum, selalu hanya saya singkat dengan Ass..., atau Askum... Ternyata prof pernah mendiskusikan ini pada si S3, beliau mengatakan "Kenapa ya...kita suka menyingkat bacaan yang semestinya tidak boleh disingkat, kalau disingkat Assalamualaikum menjadi Ass...atau Askum....apakah ada artinya.

itu masalah prinsip "Katanya", kalau tidak dimulai dari diri kita sendiri, bagaimana kita mau menyebarkan kebaikan pada orang lain". Jikalau kita sendiripun tidak menghargai diri kita, orang lain juga pasti tidak akan menghargai kita. Saya bingung dan malu, padahal masalah ini saya anggap biasa saja, bahkan saya cenderung meremehkan ini, ternyata beliau yang pasti sudah banyak makan asam garam kehidupan menganggap ini masalah yang sangat penting.

Saya langsung teringat teman sesama facebooker saya, Hannah namanya..dia tinggal di Boston USA, setiap dia menyapa saya pasti dengan salam yang amat sangat lengkap. Awalnya saya tersenyum..kesannya aneh dan kerajinan. Tapi sekarang saya paham artinya.

Pembelajaran yang berharga buat saya...


BIDAN JUGA MANUSIA BIASA (4)


Aku terjebak dalam suasana mencekam di ruangan bu Lotta. Ku terduduk kaku sambil menatap lantai. Sesekali ku mencuri pandang pada bu Amanda...salah seorang pengawas asrama lainnya yang aku ketahui lebih baik dari bu lotta. Hanya kami bertiga di ruangan itu, tapi serasa diruang pengadilan dengan aku sebagai terdakwa...

“ Neta....!, saya tidak bisa membayangkan kamu keluar dan entah apa yang terjadi dengan kamu nantinya...” lembut dan dalam menurutku suara bu lotta kali ini. Pasti hanya di awalnya saja sebelum dia menggelegar bak petir di siang bolong.

“Untung ada uno, dia memberitahu saya kalau kamu akan menjumpai selfi, dan sewaktu saya telpon selfi......bla..bla...” aku tidak mampu mencerna kata-kata wanita kurus berwajah ketat di depanku. Aku terdiam seribu bahasa dengan pikiran menerawang. Sekali lagi dadaku sesak seperti dihantam batu besar tepat ke uluhatiku, sakit sekali rasanya. Sekarang uno yang mengkhianatiku, aku berusaha keras kembali menyatukan serpihan ingatanku. Hp ku...!! tanyaku dalam hati. Uno tau aku akan menemui selfi, dan uno juga satu-satunya orang yang kupercaya untuk kuperlihatkan foto-foto indah kami dulu semasa SMA. Dan uno pasti sudah merencanakan untuk mencuri hp ku sedari tadi, sehingga akupun tidak sadar kala benda kesayanganku sudah berpindah tangan. Dan sewaktu aku berlari keluar tadi, uno segera membeberkan ceritanya pada bu Lotta. Oh god!! Kenapa aku tidak menyadarinya, kalau uno sudah merencanakan ini ,,,,,sesalku. Untuk kedua kalinya ku tertipu oleh sahabatku sendiri, lagi....

“saya bisa saja melaporkan kejadian ini ke kantor besok...dan kamu bisa dapat catatan hitam..” Ancaman bu Lotta lebih tegas dari biasanya. Matanya menyipit yang aku artikan menyiratkan kebencian. Ancaman basi yang selalu kudengar. Semua masalah pasti sampai ke kantor hingga yang sekecil-kecilnya. Bahkan yenni ceking yang tidak pernah makan di dapur asrama pun ikut-ikutan diceramahi beberapa dosen.

Tok..tok..tok......

Kami terkejut dengan suara ketukan seseorang di luar, semakin keras dan tidak beraturan. Cepat bu lotta membuka daun pintunya.

“ Bu lotta, uno...uno....” rika, salah seorang teman sekamarku tergopoh-gopoh menemui bu lotta. Suaranya terputus-putus berlomba dengan alunan nafasnya yang semakin cepat. ada nada kekhawatiran disana. Wajah bu lotta tiba-tiba berubah panik.

“ Neta...besok kamu harus menghadap saya jam 6 pagi, kita lihat saja besok...apakah kamu tercatat di buku hitam atau tidak!!” putus bu lotta seraya bergegas melangkah menuju kamarku yang letaknya paling ujung. Ada 25 buah kamar dengan nama yang berbeda-beda di asrama ini, masing-masing kamar diisi 8 sampai dengan 10 orang. Karena kamarku paling bontot, hanya terisi 8 orang saja.

Aku terkejut ..kala melihat kamar mungilku sudah penuh sesak dengan anak-anak dari kamar lain, tapi karena aku berada di belakang barisan bu lotta, jalan kami kurang lebih sedikit longgar karena masing-masing menjauhkan diri kala kami makin mendekati kamar. Bu lotta segera menghampiri sekerumunan orang di lantai kamar. Ada uno yang terbaring lemah dipangkuan lola. Aku menganggap ini kepura-puraan.

“Ada apa dengan uno...” Tanya bu lotta. pada bu tria seorang pengawas asrama yang lain, tapi tidak menyeramkan seperti bu lotta. Bu tria bingung dan mengalihkan pandangannya pada lola yang seakan ingin mengatakan sesuatu. Mata bu lotta segera menuntut penjelasan lola.

“Tiba-tiba uno menjerit bu..trus tangannya kaku, seperti kesurupan..” jelas lola, disambut dengan bisikan sambung menyambung teman-teman sampai ke luar. Berkali-kali aku mendengar kata “kesurupan” dari mulut ke mulut teman-temanku yang lain. Lola mengangkat tangan uno yang kaku, untuk membuktikannya pada bu lotta bahwa apa yang dikatakannya benar adanya. Ku melihat pancaran mata uno aneh....mulutnya komat-kamit mencecar sesuatu tapi tidak jelas. Badannya dingin seperti es, itu juga aku dengar sewaktu bu lotta membisikkannya pada bu tria.

Di sisi kanan lola ada runi memegang kitab suci AlQuran, membacakan ayat kursi sambil mengarahkannya ke kuping uno. Ada janet di sisi kanan lola seraya memegang alkitab dan membacakannya untuk uno. Sinta konsentrasi dengan jempol kaki uno, entah apa maksudnya... Bau minyak kayu putih bercampur bawang putih menyeruak kemana-mana, ditambah lagi hawa panas karena banyaknya orang berdesakan. Membuatku mual, tapi anehnya tidak ada yang mau beranjak dari tempat itu malah makin merapat. Sementara aku hanya berdiri menonton apa yang terjadi dihadapanku. Aku benci uno, dan tidak mungkin sembuh meski melihat uno terbujur kaku sekalipun!

“Bu lotta...” jerit sonya. Bulu kudukku merinding. Suasana lebih gaduh lagi karena tiba-tiba alena yang berada dikerumunan teman-teman di luar menjerit keras seraya mencecar, seluruh tangannya kaku..dan matanya bukan mencerminkan alena biasanya. Sonya masih menahan beban tubuh alena yang tiba-tiba layu tak berdaya. Sontak seluruh teman yang berada di sampingnya menjerit ketakutan seraya mengerumuni alena. Penghuni asrama mayoritas malam ini adalah mahasiswa tk 1, hanya ada beberapa mahasiswa tk 2 dan 3 selebihnya dinas diklinik atau rumah sakit. Dan lagi, Melissa yang berada di sisi kananku tiba-tiba menjerit kuat..., untung ratih sigap. Tangan kanan melissa diapit kuat oleh ratih dibantu rekannya yang memegang bagian tubuh yang lain.

“Tria!! Hubungi pak samsuri segera....!! perintah bu lotta. Pak samsuri adalah guru agama kami, entah apa maksudnya. Mungkin mereka pikir setan-setan sedang berkeliaran di ruangan ini.

“semuanya masuk kamar!!!” perintah bu Lotta.

bersambung


Kamis, 18 Februari 2010

BIDAN JUGA MANUSIA BIASA (3)

by. bid foka
Aku masih tercekat dengan uno yang menggenggam lenganku erat. Bu Lotta berhenti tepat disisi kami, hanya dinding ruang yang memisahkan. Oh God, ngapain bu Lotta berdiri begitu lama, aku tak mampu bernafas sekalipun.

Terdengar lagu Peter Pan nyaring menyeruak kesunyian, semakin lama semakin jelas nyaringnya suara ariel...aku tidak tau apa yang terjadi, mataku terpejam dan jantungku masih berdetak berpacu saling berkejaran.

“iya, hallo..!!” sebuah suara pecah, suara bu Lotta tentunya. Suara yang kerap mewarnai hari-hari kami. Lebih tepatnya menghantui.

“Oh ya...saya sedang menunggu mahasiswa tk 2 pulang dinas bu..!!”

“Baik bu...” tegas bu Lotta, yang tiba-tiba melangkah pergi meninggalkan kami yang masih shock.

Cepat-cepat ku menarik nafas panjang, takut terjadi kerusakan otak karena terlalu lama membiarkan otakku tidak dimasuki oksigen. Dari kejauhan ku melihat bu Lotta bergegas menuju ke arah asrama. Barangkali si nenek sihir itu mendapat tugas dari para dosen atau mungkin pemilik sekolah ini. Tetapi yang lebih penting kami aman meskipun untuk sesaat.

“ Sampai kapan kita disini...” Hampir saja aku lupa, kalau ada uno disampingku.

“Sampai bus pengantar dinas datang, dan pintu gerbang di buka...” ujarku cepat, mataku masih mengawasi pak dodik.

“Net, bentar lagi apel malam..?” kejar uno.

“Sabar...napa sih!!”

“Sabar...sabar...!Banyak mosquito tau’..!” aku terkekeh melihat tangan uno yang sedari tadi aktif bergerak menepis nyamuk-nyamuk nakal di sekelilingnya. Nyamuk memang tidak bisa diajak kompromi.

Ku melihat bus besar berwarna putih, dengan kapasitas 50 orang mendekati gerbang kampus. Aku memastikan itu adalah bus pengantar kakak tingkat dinas. Pak dodik serta merta tergopoh-gopoh mendekati gerbang dan membuka daun pintunya yang sedari tadi terkunci rapat. Perlahan namun pasti bus mendekat ke arah garasi yang berada di utara kampus, tapi lampu sorotnya yang menyinari sekitar membuat kami kalang kabut. Ku melihat pak dodik mulai berjalan ke arah daun pintu gerbang sebelah kiri seirama dengan bel malam yang menandai tibanya apel malam.

“Net, udah bel....” uno panik. Bahkan akupun merasa lebih panik, aku sudah bertekad bulat untuk mengakhiri hari ini dengan keluar dan terbebas dari kampus ini. Niatku ini sudah kutanamkan sejak jauh-jauh hari. Tidak boleh gagal, bathinku..

“Net, udah bel kedua...., nanti pintu asrama kita ditutup...” rengek uno.

“Kamu masuk saja..” putusku.

“Serius net...”

Belum sempat uno tersadar, aku sudah berlari cepat menuju ke arah gerbang. Ku masih melihat pak dodik yang masih berkutat dengan gerbangnya, gerbang masih terbuka 2 meter, masih ada kesempatan. Sempat terdengar suara uno sayup-sayup memanggilku. Dan aku tidak perduli, semua harus dihentikan sekarang!!. Pak dodik terkesiap manakala melihatku tiba-tiba muncul di dekatnya dan semakin dekat menuju gerbang utama, tinggal 1 meter lagi aku akan terbebas dari asrama sialan ini, yang semakin memacu semangatku untuk segera kabur.

“Neta...” Panggil pak dodik. Aku tak perlu menghiraukannya, langkahku cepat mengambil daun pintu gerbang, tapi tertahan oleh tangan pak dodik yang sepertinya tau maksudku. Aku melawan sekuat mungkin. Aku tidak tau setan apa yang merasuki malam itu hingga pak dodik pun tidak mampu menahanku. Pintu gerbang coklat yang terbuat dari besi itu pun terbuka dan aku pun segera melangkah keluar. Tapi lagi-lagi cekalan tangan pak dodik menahan langkahku. Aku meronta sebisanya...

Pak dodik sibuk mengambil pengeras suara, dan menyebutkan nama bu Lotta berkali-kali. Akal sehatku sudah mulai hilang, ku gigit tangan pak dodik yang serta merta melepaskan genggaman tangannya seraya meringis. Aku bebas!! Aku berlari secepat mungkin. Untungnya jarak asrama dengan jalan raya utama hanya berjarak 200 meter. Sisi di kiri dan kanan jalan hanya ada perumahan penduduk yang mulai kelihatan gelap. Perasaanku mulai was-was, aku resah menanti selfi yang berjanji untuk menungguku di simpang jalan utama.

Aku berteriak gembira, melihat sosok yang sudah sangat ku kenal baik. Selfi, dengan rambut panjang terurainya tersenyum lebar menyambutku. Kuhampiri selfi dengan antusias. Sambil sesekali mencari hyundai yang biasa dikendarai selfi. Kami adalah sobat karib se masa SMA, sama-sama mengelola mading sekolah dan pastinya punya banyak mimpi yang sama. Selfi diterima di universitas nomor satu di daerah ini, jurusan sastra Inggris. Gayanya masih keren, sementara aku hanya memakai kemeja berbalut rok ¾ dengan sepatu hitam. Diam-diam aku merasa iri, tapi sebentar lagi ini akan berlalu...hiburku.

“Mana mobil kamu shelfi??” cecarku.

“ Ada..di pojok warung sebelah sana...” tangan selfi menunjuk pada sebuah mobil hitam yang sudah teramat ku kenal. Secepatnya kutarik tangannya mendekati mobil. Untungnya selfi menurut saja. Jarak 3 meter sebelum sampai, ku lihat sebuah sosok manis keluar dari mobil selfi. Sosok jangkung berkulit coklat yang berbalut kaus berwarna putih dengan motif sederhana. Mataku segera mencari selfi meminta penjelasan.

“ini ferdo.....temen kuliahku net..” senyum tersipu selfi yang menandai bahwa ada hubungan khusus di antara mereka selain pertemanan. Lagi-lagi aku menyesali diri, boro-boro mau punya teman cowok, bertemu sosok cowok saja menjadi barang langka di kampusku. Kecuali pak dodik dan tukang kebun, pria zaman dahulu kala yang sudah kadaluarsa.

Aku membalas senyuman manis ferdo seadanya, secepatnya aku masuk ke dalam mobil..kupilih di jok yang belakang, takut mengganggu mereka berdua. Fedro memegang kendali kemudi dengan gagahnya. Dan selfi di sampingnya duduk tidak kalah anggunnya. Pasangan serasi, bathinku..seraya ku melemparkan pandangan ke samping badan jalan. Mobil serta merta berjalan perlahan, aku memejamkan mata sambil mencoba mengingat kembali kejadian tadi. Pikiranku diliputi perasaan puas, dan kalut. Berkelebat wajah mama dan papa, bu Lotta, uno..secepat kilat ku coba menepis perasaan bersalah yang tiba-tiba menyeruak mengisi rongga dadaku.

Kubuka mataku, untuk menjernihkan pikiranku....Selfi tersenyum menatapku, wajahnya manis dan ayu. Sesekali ku pandang fedro...ada sedikit kecemburuan di mataku buat mereka.
Aku terhenyak tatkala kusadari arah mobil selfi bukan malah menjauh dari asrama kampusku, malah mendekat dan lebih mendekat. Dari kejauhan kulihat pak dodik membuka pintu gerbang yang tadi kuperjuangkan. Dari jarak 20 meter ku melihat bu Lotta, uno, si lola...dan beberapa kakak tingkat kepercayaan bu Lotta. Aku panik..

“selfi...!!! apa maksudmu!!” pekik neta.

“ Aku minta maaf net, ini demi kebaikanmu...” lirih selfi.

“ Aku nggak percaya shelfi...” tiba-tiba tangisku pecah. Sebuah persahabatan yang kuanggap sakral ternyata palsu dan telah dikhianati. Aku mencari sesuatu yang ada di saku rokku, HP ku??? Ohh..kenapa tidak ada.....!!

Aku bergegas keluar dari mobil yang masih berjalan perlahan, namun selfi menahan tanganku..

“Lepaskan selfi, dasar penghianat!!!”

“Aku tidak perduli net, mungkin kamu belum menyadarinya sekarang. Aku anggap kamu khilaf”
Balas selfi disertai kepanikan fedro.

Gerbang yang sedari tadi sudah menanti, menyambut kedatangan kami dengan damainya. Aku hopeless..!! hilang harapan. Ku melihat sosok-sosok yang ku kenal itu menyambutku. Bu Lotta dengan wajah datarnya membukakan pintu buat selfi...aku terdiam membisu dan beku. Aku tidak tahu harus berbuat apa...seluruh perasaan berkecamuk di otakku. Mataku menunduk tatkala mata bu Lotta menatapku seakan menusuk sampai ke jantungku...

bersambung


PERHATIKAN VAKSIN IMUNISASI ANDA

Penyelenggaraan program imunisasi di Indonesia telah terbukti efektif antara lain dengan terbasminya penyakit cacar, dimana Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974. Penyelenggaraan program imunisasi di Indonesia telah terbukti efektif antara lain dengan terbasminya penyakit cacar, dimana Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974. Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat suntik dan rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksinasi sesuai dengan standar guna menumbuhkan imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi.

Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan kepada seseorang, akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Sebagai produk biologis, vaksin memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan yang khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah + 2 ºC s/d + 8 ºC.

Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau menghilangkan potensinya bahkan bila diberikan kepada sasaran dapat menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. Kerusakan vaksin dapat mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menanggulangi masalah KIPI atau kejadian luar biasa.

Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendingin maka vaksin sudah aman, malahan ada yang berfikir kalau makin dingin maka vaksin makin baik. Pendapat itu perlu diluruskan! Semua vaksin akan rusak bila terpapar panas atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan bila vaksin terpapar panas.

Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, penggolongan vaksin adalah sebagai berikut:
a. Vaksin sensitive beku (Freeze sensitive = FS), adalah golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin dibawah 0ºC (beku) yaitu: Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TT
b. Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive = HS), adalah golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebih yaitu: BCG, Polio, Campak

Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vaksin masih layak digunakan atau tidak. Untuk membantu petugas dalam memantau suhu penyimpanan dan pengiriman vaksin ini, ada berbagai alat dengan indikator yang sangat peka seperti Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze watch atau Freezetag serta Time Temperatur Monitor (TTM).
Dengan menggunakan alat pantau ini, dalam berbagai studi diketahui bahwa telah terjadi berbagai kasus paparan terhadap suhu beku pada vaksin yang peka terhadap pembekuan seperti Hepatitis B, DPT dan TT. Dengan adanya temuan ini maka telah dilakukan penyesuaian pengelolaan vaksin untuk mencegah pembekuan vaksin.

Kerusakan Vaksin Terhadap Suhu
Suhu tempat penyimpanan yang tidak tepat akan menimbulkan kerusakan vaksin. Hal ini dapat dilihat dari keterangan seperti pada tabel di bawah ini:
Vaksin Sensitif Beku
a. Suhu terlalu dingin
Pada vaksin Hepatitis B, DPT-HB di suhu - 0,5 ºC dapat bertahan selama maksimum ½ jam dan DPT, DT, TT pada suhu - 5 ºC S/D -10 ºC dapat bertahan selama maksimum 1,5 – 2 jam.
b. Suhu terlalu panas
Sedangkan vaksin DPT, DPT-HB, DT pada suhu beberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan 14 hari sedangkan Hepatitis B dan TT dapat bertahan 30 hari.
Vaksin Sensitif Panas
Sementara Polio beberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan selama 2 hari sedangkan Campak dan BCG beberapa ºC diatas suhu udara luar dapat bertahan 7 hari Terlihat bahwa rusaknya vaksin sensitif beku akibat terpapar suhu terlalu dingin, jauh lebih cepat daripada rusaknya vaksin sensitif panas akibat terpapar suhu terlalu panas. Oleh karena itu tidak mengherankan bila lebih banyak vaksin yang rusak akibat terpapar suhu terlalu dingin dibandingkan terpapar suhu terlalu panas.

Beberapa Catatan Penting
Paparan panas secara kumulatif akan mengurangi umur dan potensi semua jenis vaksin. Untuk memantau hal tersebut dipergunakan alat pemantau suhu panas Vaccine Vial Monitor (VVM) dimana untuk vaksin dari Departeman Kesehatan RI sudah ditempelkan pada semua kemasan vaksin kecuali BCG. Alat ini berupa gambar lingkaran berwarna ungu dengan segi empat didalamnya yang berwarna putih pada VVM A. Dengan pengaruh panas akan berubah menjadi VVM B dimana segi empat sudah berwarna ungu muda, VVM C dimana segi empat sudah berwarna ungu sama seperti lingkaran diluarnya dan VVM D dimana segi empat sudah berwarna lebih ungu dari pada lingkaran diluarnya. Vaksin dengan VVM C dan D pertanda sudah terpapar panas dan tidak boleh digunakan lagi. Vaksin DPT, TT, DT, HB dan DPT-HB akan rusak bila terpapar suhu beku. Masing-masing vaksin tersebut memiliki titik beku tersediri, yaitu vaksin Hepatitis B beku pada suhu -0,5 ºC, sedang vaksin DPT, DT Dan TT akan beku pada suhu -5 ºC Vaksin yang tidak rusak oleh paparan suhu beku adalah Polio, Campak dan BCG.

Untuk memantau suhu beku dapat dilakukan dengan menggunakan Freeze Watch dan Freeze tag yaitu alat yang sensitif terhadap suhu beku dimana bila alat ini terpapar suhu dibawah -0 ºC akan terlihat pada monitor berupa warna biru untuk Freeze Watch atau tanda silang untuk Freeze tag. Ditingkat puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu +2 s/d +8 ºC sedang freezer yang ada hanya diperuntukkan bagi pembuatan cold pack (es batu). Untuk pendistribusian vaksin ke lapangan seperti posyandu sebaiknya menggunakan air dingin (cool pack) dan bila situasinya mengharuskan menggunakan cold pack, karena tempat yang panas atau jauh, sebaiknya vaksin diatur berdasarkan sensitifitasnya terhadap suhu dan diberi pelapis untuk jenis vaksin yang berbeda.
Dr. Pocut Fatimah Fitri, M.Kes, Kepala Seksi Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Medan

www.waspada.co.id