Sabtu, 30 Januari 2010
TINJAUAN KOMUNIKASI
Pengertian Komunikasi
Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan menerangkan arti komunikasi berdasarkan etimologi kata komunikasi. Kata “komunikasi” (communication) berasal dari bahasa latin “communicatio” yang terbentuk dari du akar kata: “com” (bahasa latin “cum”), berarti “dengan” atau “bersama dengan”; dan “unio” (bahasa latin “union”) berarti “bersatu dengan”.
Jadi komunikasi dapat diartikan “union with” (bersama dengan). Ungkapan ini lazim disebut dalam satu kata saja, yakni “communion” yang berarti “Saya” tidak sekedar “bersama-sama dengan” tetapi lebih jauh dari itu yakni “bersatu dengan” orang lain (bersama dalam satu-kesatuan-bersatu dalam kesamaan).
Dalam perkembangan praktik komunikasi manusia, etimologi kata “komunikasi” mengalami peralihan makna dari bahasa Latin ke bahasa Inggris yang kelak dikenal dalam “common” yang berarti “bersama dengan” dan “bersatu dengan”. Hal ini membuat kita memahami aktifitas komunikasi masnusia sebagai usaha untuk membangun “commoness” (of meaning) atau kebersamaan makna atas suatu informasi, gagasan atau sikap demi “bersama dengan” atau “bersatu dengan” orang lain.
Beberapa ahli yang mendefinisikan pengertian komunikasi, diantaranya adalah:
1. McCubbin dan Dahl (1985):
Komunikasi merupakan sebagai suatu proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan danpendapat.
2. Taylor, dkk (1993)
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan makna atau arti.
3. Burgerss (1988)
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, makna dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
4. Yuwono (1985)
Komunikasi merupakan kegiatan mengajukan pengertian yang diinginkan dari pengirim informasi kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku yang diinginkan dari penerima informasi.
5. Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu di sekeliling kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels dan Weafer II 1992; Liliweri,2003).
6. Komunikasi adalah: (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode yang lain; (4) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain; (5) Pertukaran makna antar pribadi dengan sistem simbol; dan (6) Proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu (Walhstrom, 1992; Liliweri 2003)
Fungsi Komunikasi
Secara umum ada lima kategori fungsi (tujuan) utama komunikasi, yakni:
1. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui penerima.
Fungsi utama dan pertama dari informasi adalah menyampaikan pesan (informasi), atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain. Artinya diharapkan dari penyebarluasan informasi itu, para penerima informasi akan mengetahui sesuatu yang ingin dia ketahui.
2. Sumber menyebarluaskan informasi dalam rangka mendidik penerima.
3. Sumber memberikan instruksi agar dilaksanankan penerima.
Fungsi instruksi adalah fungsi komunikasi untuk memberikan instruksi (mewajibkan atau melarang) penerima melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan.
4. Sumber mempengaruhi konsumen dengan informasi yang persuasif untuk mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima.
Fungsi persuasi kadang disebut fungsi mempengaruhi. Fungsi persuasi adalah fungsi komunikasi yang menyebarkan informasi yang dapat mempengaruhi (mengubah) sikap penerima agar dia menentukan sikap penerima agar dia menentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kehendak pengirim.
5. Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur sambil mempengaruhi penerima.
Fungsi hiburan adalah fungsi pengirim untuk mengirimkan pesan-pesan yang mengandung hiburan kepada para penerima agar penerima menikmati apa yang diinformasikan.
Komponen dalam komunikasi
Menurut Potter dan Perry, komunikasi mempunyai 6 komponen yaitu16:
1. Komunikator; adalah penyampai informasi atau sumber informasi.
Seorang komunikator harus dapat memenuhi persyaratan di bawah ini:
a. Keterampilan berkomunikasi yaitu keterampilan berbicara dan menulis agar penerima pesan mampu mendengar dan membaca secara baik dan jelas.
b. Sikap yaitu kecenderungan sikap positif baik terhadap diri sendiri, terhadap pesan yang disampaikan maupun terhadap penerima pesan.
c. Level pengetahuan yaitu wawasan pengetahuan terhadap isi yang disampaikan.
d. Sistem sosial budaya, yaitu berkaitan dengan posisi komunikator dalam sistem sosial budaya yang berlaku.
2. Komunikan, adalah penerima informasi atau memberi respons terhadap stimulus yang disampaikan oleh komunikator.
Penerima pesan berkaitan erat dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Kemampuan berkomunikasi, yaitu kemampuan mendengar, membaca, dan berpikir terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
b. Sikap, yaitu kecenderungan sikap positif atau negatif baik terhadap dirinya sendiri, terhadap komunikator dan terhadap isi pesan yang disampaikan.
c. Tingkat pengetahuan, yaitu pemahaman tentang isi pesan yang disampaikan terutama penggunaan bahasa pesan dan nilai kepentingan isi pesan.
3. Pesan, adalah gagasan atau pendapat, fakta, informasi atau stimulus yang disampaikan.
Pesan yang disampaikan harus memenuhi:
a. Persyaratan kode atau bahasa pesan.
b. Penyajian isi pesan yang dapat menyatakan tujuan.
c. Perlakuan pesan yaitu berkaitan dengan pemilihan dan pengaturan bahasa isi pesan yang dapat disampaikan.
4. Media komunikasi, adalah saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan.
Saluran media komunikasi yang dipilih bergantung kepada kesesuaian dengan tujuan yang hendak dicapai, kesesuaian dengan sistem sosial budaya setempat, disamping pertimbangan biaya yang diperlukan. Prinsip dan penggunaan saluran media komunikasi tersebut harus dapat dilihat, didengar, disentuh, dicium dan dirasakan.
5. Kegiatan “encoding”; adalah perumusan pesan oleh komunikator sebelum disampaikan kepada komunikan.
6. Kegiatan “decoding”; adalah penafsiran pesan oleh komunikan pada saat menerima pesan.
Tingkat hubungan komunikasi
Menurut Potter dan Perry, tingkat hubungan komunikasi terbagi tiga yaitu:
1. Komunikasi intrapersonal
Komunikasi intrapersonal itu terjadi dalam individu itu sendiri. Komunikasi ini akan membantu agar seseorang atau individu tetap sadar akan kejadian di sekitarnya.
2. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau kelompok kecil.
3. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok yang besar. Ceramah yang diberikan pada mahasiswa, kampanye, merupakan contoh komunikasi massa.
Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan nonverbal yaitu:
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang mempunyai karakteristik jelas dan ringkas. Perbendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotatif dan konotatif, intonasi mampu mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang memiliki tempo dan jeda yang tepat, kemudian disertai unsur humor.
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
2. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
3. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal mempunyai dampak yang lebih besar daripada komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal dapat disampaikan melalui beberapa cara, yaitu: penampilan fisik, sikap tubuh dan cara berjalan, ekspresi wajah dan sentuhan.
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal teramati padat.
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara Pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emosi, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melaluisentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi
Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter dan Perry, 1993)
a. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, bidan harus mengerti pengaruh dari perkembangan usia baik dari sisi bahasa maupun proses pikir dari orang tersebut. Cara berkomunikasi dengan anak usia remaja dengan balita sangat berbeda. Kepada remaja, anda mungkin perlu belajar bahasa remaja sehingga mereka yang di ajak berbicara akan merasa kita mengerti dan komunikasi diharapkan menjadi lancar.
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini di bentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
c. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi bidan untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya. Perbedaan nilai tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut; misalnya klien memandang abortus bukan merupakan perbuatan dosa sementara perawat memandang bahwa abortus merupakan perbuatan dosa. Hal ini dapat menyebabkan konflik.
d. Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
e. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.
f. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda. Tanned
(1990) menyebutkan bahwa lelaki dan wanita mempunyai gaya komunikasi yang berbeda. Dari usia 3 tahun wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam grup kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung ke intiman. Laki-laki di lain pihak, menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian dari aktivitas dalam grup yang lebih besar,dimana jika mereka ingin berteman mereka melakukannya dengan bermain.
h. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuaannya rendah akan sulit berespon terhadap pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang tinggi.
g. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan di antara orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang bidan dengan koleganya dengan cara berkomunikasi seorang bidan dengan kliennya pasti beda tergantung dengna perannya.
h. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan.
i. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan kontrol.
Empat zona jarak dalam berkomunikasi (Stuart dan Sunden,1995)
1. Jarak intim: sampai dengan 45,5 cm (18 inchi)
2. Jarak personal 45,5-120 cm (18 inchi-4 feet)
3. Jarak konsultatif-sosial: 270-360 cm (9-12 feet)
4. Jarak publik: 360 cm (12 feet) dan lebih.
REFERENSI :
1. MNH. Modul Pelatihan Keterampilan KIP/K. 2002
2. Rakhmat J. Psikologi komunikasi. PT Remaja Rosda Karya:Bandung; 2003.
3. Devito. Komunikasi antar persona.Agus Maulana MSM, editor. Professional Books:Jakarta; 1997.
4. Damaiyanti. Komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan. Refika Aditama: Bandung; 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar