Data yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai 5.000 – 10.000 kasus per tahun. Sementara di Cina, menunjukkan jumlah kasus yang dilaporkan naik dari 0,2 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 2005. Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.
Pola penularan yang mereka pantau sangat berubah dalam periode tahun 1998 hingga 2002. Bila di tahun 1990-an sifilis hanya terjadi pada kaum heteroseksual, sejak 2001 jumlah pria yang melakukan hubungan seks dengan sesama pria tercatat hampir 60 persen. Antara tahun 2000 hingga 2002 tim yang dipimpin Ciesielski juga mewawancarai mereka yang terkena sifilis. Hasilnya, lebih dari 14 persen kasus penularan sifilis terjadi melalui seks oral. Jumlah ini dlaporkan oleh 20 persen gay dan 7 persen pria dan wanita heteroseksual.
Wanita tunasusila merupakan faktor risiko terbesar. Di USA 160 kasus merupakan kasus sifilis kongenital karena tidak menjalankan pemeriksaan antenatal yang adekuat. Hubungan seksual dengan penderita sifilis baik yang primer ataupun skunder mepunyai risiko 50% untuk menderita penyakit ini.
Definisi
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum, merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh. Ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.
Etiologi
Trepanoma pallidum. Trepanoma pallidum berbentuk spiral, negatif-Gram dengan panjang rata-rata 11 um (antara 6-20 um) dengan diameter antara 0,09 s/d 0,18 um. Sebagaimana mikroorganisme negatif-Gram, dijumpai dua lapisan. Sitoplasma yang merupakan lapisan dalam, mengandung mesosome, vakuol ribosom, dan mungkin juga bahan-bahan nukleoid. Lapisan luar dilapisi oleh bahan mukoid dan tidak dijumpai pada Trepanoma yang tidak patogen.
Cara Penularan :
1. Hubungan seks, bakteri menular pada saat hubungan seks yang dilakukan baik secara oral maupun transvagina
2. Transplasenta: melalui plasenta dari ibu ke janinnya
3. Transfusi darah: apabila pendonor menderita sifilis
Gejala
1. Biasanya Asimptomatik, tetapi kelahiran mati atau lahirnya bayi dengan lues kongenita menunjuk ke arah diagnostik. Maka perlu dilakukan anamnesa sebelumnya dengan penderita sifilis
2. Pada persalinan janin atau plasenta tampak hidrifilik.
3. Pada kehamilan, jika terdapat luka primer pada daerah genital maka luka tampak lebih besar dari pada yang biasa hal ini dikarenakan vaskularisasi pada keadaan hamil daerah genital lebih banyak.
4. Infeksi primer menimbulkan Chancre, tergantung pada besarnya inokulum serta imunitas penderita.
5. Infeksi sekunder akan tampak limfadenopati serta rash.
6. Pada sifiliskongenita akan tampak gejala seperti
a. Pemfigus sifilitikus
b. Deskwamasi pada telapak kaki dan tangan
c. Rhagade pada kanan –kiri mulut
Pemeriksaan Laboratorium
1. Diagnosis pasti sefilis dini yaitu dengan pemeriksaan sediaan langsung pada lapangan gelap serta direct fluorescent antibody tests pada lesi atau jaringan.
2. Kemungkinan lain untuk mendiagnosa dengan 2 tipe pemeriksaan serologi yaitu;
Tes antibodi treponema ;
a. FTA – ABS ( fluorescent treponemal antibody absorbed )
b. MHATP ( microhemagglutination assay for antibody to T. pallidum )
Ditambah dengan pemeriksaan tes nontreponema misalnya
c. VDRL ( venereal disease reseach laboratory )
d. RPR ( rapidplasma regin )
Diagnosis:
1. Luka primer di daerah genital/ tempat lain seperti di mulut. Pada lues sekunder kadang timbul kandiloma lata. Lues laten dan telah lama dapat mengenai organ – organ tubuh lainnya.
2. Pemeriksaan serologis: reaksi wasermann dan VDRL.
3. Kelahiran mati atau anak yang lalu dengan lues kongenital merupakan petunjuk bahwa ibu menderita sifilis.
Gejala yang mungkin terjadi pada wanita, yang terurai dalam empat stadium berbeda.
Stadium satu
Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
Stadium dua
Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemukan adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
Stadium tiga
Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
Stadium empat
Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.
Gambaran klinis
Sifilis primer
waktu rata-rata inkubasi 3 minggu. Papula yang membentuk ulkus yang tidak nyeri (chancre primer) terbentuk didaerah inokulasi pada penis atau serviks atau labia. Limfadenopati inguinal terjadi, dan juga lesi sembuh secara spontan setelah beberapa minggu.
Sifilis sekunder
terjadi rata-rata 6-8 minggu kemudian dengan ruam makulopapular generalisata (termasuk ditelapak tangan dan kaki), limfadenopati generalisata, dan kondiloma lata (plak yang lembab, lebar, dan sangat infeksius didaerah intertriginosa yang hangat). Gejala sistemik terdiri dari demam, nyeri kepala, dan nyeri tenggorokan.
Sifilis laten
gejala dan tanda menghilang. Satu-satunya manisfetasi infeksi adalah pemeriksaan serologis yang positif. Infeksi SSP asimtomatik pada silifis laten ini umum terjadi.
Sifilis tersier
guma (lesi granulomatosa yang keras) muncul setelah 3-10 tahun diberbagai tempat, termasuk dikulit, dimana terjadi ulkus setelah ada kerusakan jaringan kartilago dan jaringan ikat dibawahnya. Efek dari sifilis tersier ini adalah terjadinya aortitis, terjadi setelah 10-30 tahun dan menyebabkan aneurisma aorta asendens. Neurosilifis menyebabkan penyakit dengan spektrum gejala yang luas termasuk: meningovaskuler (4-7 tahun), general paresis of the insane (10-20 tahun), tabes dorsalis (15-25).
Pengaruh sifilis terhadap kehamilan:
1. Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16 kehamilan dan pada kehamilan dini, dimana Treponema telah dapat menembus barier plasenta.
2. Akibatnya kelahiran mati dan partus prematurus.
3. Bayi lahir dengan lues konginetal : pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak tangan-kaki, serta kelainan mulut dan gigi.
4. Bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan terjadi lues konginetal.
Pengobatan
Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari.
Pengobatan pada wanita hamil
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum hamil atau pada triwulan I untuk mencegah penularan terhadap janin. Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi wassermann dan VDRL, bila perlu diobati.
Pencegahan penularan
1. pada pasien yang terinfeksi sifilis harus berhenti melakukan aktivitas seksualnya sampai sifilisnya benar-benar sembuh (negatif terinfeksi sifilis).
2. Jangan berganti-ganti pasangan dalam melalukan hubungan seksual
3. Pasien sifilis harus melakukan tes HIV pada saat didiagnosis sifilis.
4. Pasien harus selalu memeriksakan diri setiap 3-6 bulan sekali setelah diterapi
5. Selalu menjaga kebersihan di daerah kelamin
6. Dalam melalukan hubungan seksual hendaknya yang pria menggunakan kondom
7. Setelah melakukan hubungan seksual baik pria maupun wanita mencuci tangan dengan air dan sabun hingga bersih.
8. pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.
Dalil SF, Maksa WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi menular seksual. Fakultas kedokteran UI;Jakarta;2005.
Manuaba, IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC. Jakarta;1998.
Bagian obstetri dan ginekologi FK UNPAD. Ginekologi. Elstar Offset. Bandung;1997.
http://www.2blowhards.com/Sifilis%20poster.jpg/ gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar