Generasi muda kurang siap menyikapi masuknya budaya dan bahasa asing. Akibatnya, tren kecintaan terhadap bahasa nasional kian menurun, bahkan memprihatinkan di kalangan muda.
"Penurunan tersebut disebabkan beberapa hal, di antaranya kurangnya penggalian dan pemanfaatan nilai-nilai bahasa dan sastra. Ditambah lagi masuknya budaya dan bahasa asing," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Agus Dharma, dalam sambutannya di acara Jambore Nasional Bahasa .
Hal ini disayangkan mengingat di satu sisi bangsa Indonesia terus berkembang. Untuk itu, butuh perekat persatuan dan kesatuan, salah satunya dengan terus menggunakan dan melestarikan Bahasa Indonesia. Karena itu, peran Bahasa Indonesia harus terus dikembangkan sebagai media pembangun karakter bangsa, khususnya dalam pergaulan lintas bangsa di dunia yang semakin mengglobal.
"Dalam konteks itulah, peran pemuda dan bahasa ini sangat penting. Sebab, generasi muda sebagai pemimpin masa depan harus dibekali kecintaan dan kemahiran berbahasa nasional," paparnya.
Sementara itu, Wakil Mendikbud bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengkritisi keberadaan bahasa Indonesia yang kurang dalam melakukan pembaruan, khususnya dalam kosakata terbaru.
"Hal itu sangat penting karena dunia terus bergerak. Banyak istilah-istilah asing baru yang harus dicarikan padanannya. Kalau tidak mau ketinggalan, kita harus terus membenahi bahasa kita," kata Wiendu.
Kepala Balai Bahasa Banda Aceh, Teguh Santoso, mengatakan gejala penurunan minat tidak hanya terjadi pada bahasa nasional, namun juga bahasa daerah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pihaknya terhadap sejumlah siswa SMA di beberapa sekolah di Banda Aceh, tampak penurunan itu. Banyak siswa yang tidak bisa berbahasa daerah. Mereka lebih senang berbahasa Indonesia.
"Berbahasa nasional itu bagus. Tapi bahasa daerah sebaiknya jangan dilupakan sebab jumlah penutur yang semakin sedikit merupakan ancaman bagi kelangsungan bahasa itu sendiri," kata Teguh.
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/77302
Minat Siswa Berbahasa Indonesia Mengkhawatirkan -- Kegiatan Gemar Membaca dan Menulis (Gemarame) yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional di Hotel Sahid Makassar kemarin diisi dengan penandatanganan Memorandum of Understanding antara Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, dengan pihak BPPB.
MoU tersebut, antara lain berisi tentang kesepakatan Pemkot dalam hal pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia dan pelestarian bahasa dan sastra daerah. MoU ini cukup beralasan.
Sekretaris BPPB Kemendikbud, Yeyen Maryani mengungkapkan, kondisi minat belajar bahasa Indonesia para siswa saat ini cukup mengkhawatirkan. "Itu dilihat dari nilai UN (Ujian Nasional) Bahasa Indonesia rata-rata siswa yang lebih rendah dari nilai UN Bahasa Inggris," ujarnya.
Karena itu, masing-masing pihak harus turut berpartisipasi dalam mengutamakan bahasa indonesia. Caranya, dengan menggalakkan budaya gemar membaca dan menulis.
"Bahasa adalah salah satu karakter suatu bangsa," ujarnya. Dia melanjutkan, supaya bahasa Indonesia bisa diutamakan, masing-masing pemerintah di daerah harus memahami dan menjalankan Undang-undang nomor 24 tahun 2009 tentang pengutamaan bendera, bahasa, lambang, dan lagu kebangsaan.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Machmud MB, mengatakan, kesepakatan sebagaimana tertuang dalam MoU tersebut akan direalisasikan Pemkot dengan membangun taman-taman baca di Makassar.
"Taman baca kita bangun untuk mengutamakan bahasa Indonesia. Khusus bahasa daerah, kita upayakan agar bahasa-bahasa daerah lokal SUlsel itu bisa diseminarkan. Ini juga agar kita juga bisa mendapat piala Adibahasa, dari BPPB Kemendikbud. " ujarnya.
Kepala Balai Bahasa Ujung Pandang, Adri, yang menjadi pelaksana kegiatan, menyebutkan, Gemarame dilaksanakan dengan mengundang siswa-siswa SMA, SMP dan murid SD.
http://www.fajar.co.id/read-20111109...engkhawatirkan
---------------
"Jujur ajalah! Hanya test masuk CPNS sajalah selama ini di Indonesia, yang mensyaratkan pesertanya harus lulus test BAHASA INDONESIA (disamping bahasa Inggris), kalau mau diterima menjadi PNS. Sementara yang di sektor swasta, hampir semuanya tak pernah mensyaratkannya. Swasta (nasional atau asing) hanya meminta lulus test bahasa asing sesuai kebutuhan kerja di perusahaannya (kebanyakannya bahasa Inggris, tapi belakangan trend yang mensyaratkan menguasai bahasa China, Jepang, Rusia dan Arab juga meningkat pesat). Itu berbedalah dengan anak-anak muda di China, dan negara-negara kawasan ASEAN, dimana negeri itu banyak kedatangan turis asal Indonesia. Di China, Thailand dan Selandia Baru, justru anak-anak mudanya berlomba-lomba belajar Bahasa Indonesia, sebab permintaan tenaga kerja untuk menjadi 'Guide Wisatawan Asing' sangat tinggi, terutama untuk melayani turis asal Indonesia yang semakin melimpah dan paling besar datang ke negaranya. Di negeri-negeri itu, pekerjaan sebagai 'guide turis asing' dinilai oleh masyarakatnya sebagai profesi yang cukup bergengsi dan bisa memberikan gaji yang menarik. Hal sama terjadi pula di kalangan anak muda Indonesia sebenarnya, kalau mereka bisa nyerocos berbahasa Inggris, Prancis, Jepang, China dan Arab ... pastilah 'job' akan lebih mudah di dapatkan. Itu biro-biro perjalanan di Bali, Jakarta dan Jogya, sering kewalahan melayani permintaan turis asing ke Indonesia yang minta dilayani dengan 'guide tour' yang bisa berbahsa asing. Sementar biro-biro wisata yang memberangkatkan para jamaah haji-plus dan jamaah umroh asal Indonesia, banyak yang mencari anak-anak muda yang fasih berbahasa Arab."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar