Sabtu, 30 Januari 2010
MENGENAL KONSELING
Definisi Konseling
1. Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
2. Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul Bari : 2002).
3. Bentuk wawancara untuk membantu orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya, termasuk keinginannya, sikap, kecemasan, dalam usahanya untuk memahami permasalahan yang sedang dihadapi.
4. Kesediaan membantu klien melalui perjalanan psikologi yang mungin menembus seluruh masa kehidupan seseorang (Mark Areline).
5. Prosedur terapi secara khusus dimana konselor terlatih memebri dukungan atau memberi nasehat praktis agar klien dapat mengatasi masalah (Brown,1993).
6. Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan komunikasi, dalam kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran& perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang kesulitan objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang.( SCA.C STEERING COOMUTE, 1996)
Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan kepada orang lain (klien) untuk memecahkan masalahnya.
Konseli adalah oarang yang mencari (membutuhkan) advis atau nasehat.
Tujuan Konseling
1. Mencapai kesehatan psikologi yang positif
2. Memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu
3. Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan
4. Membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat
5. Adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi menguntungkan.
Ciri Khas Konseling
Sebagai kegiatan yang memiliki peranan penting dalam merubah dan mempengaruhi tingkah laku atau pemikiran seseorang, konseling memiliki ciri-ciri khas yang dapat dijadikan sebagai dasar pelaksanaan konseling yaitu :
1) Konseling berurusan dengan upaya mempengaruhi perubahan tingkah laku secara sadar pada pihak klien (klien mau mengubahnya dan mencari bantuan konselor bagi perubahan itu).
2) Tujuan konseling adalah mendapatkan kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan secara sadar (kondisi-kondisi dimaksud berupa hak-hak individual untuk membuat pilihan dan untuk mandiri).
3) Sebagaimana dalam semua hubungan terdapat pembatasan-pembatasan tertentu bagi klien (pembatasan—pembatasan ditentukan oleh tujuan-tujuan konseling yang dipengaruhi oleh nilai-nilai, dan falsafah konselor).
4) Kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan tingka laku diperoleh melalui interviu-interviu (tidak seluruh konseling adalah interviu, tapi konseling selalu melibatkan interviw).
5) Mendengarkan (dengan penuh perhatian) berlangsung dalam konseling tapi tidak seluruh konseling melulu mendengarkan.
6) Konselor memahami kliennya (perbedaan antara cara orang-orang lain dengan cara konselor dalam melakukan pemahaman belaka tidak menjadi pembeda antara situasi konseling dengan situasi lain).
7) Keberadaan konseling bersifat pribadi (privacy) dan diskusi atau pembicaraan bersifat rahasia, dasarnya bersifat rahasia (confidential).
Fungsi Konseling Kebidanan
1. Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan
2. Penyesuaian : membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, kultural dan lingkungan.
3. Perbaikan :perbaikan bila terjadi penyimpangan perilaku klien/ yankes dan lingkungan yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan.
4. Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dan peningkatan derajat kesehatan.
Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Konseling
Hal yang harus diperhatikan dalam konseling adalah :
1. Iklim psikologis, suasana percakapan : Iklim psikologis, tindakan, perilaku, sikap dari orang lain yang mempunyai dampak terhadap diri kita. Contoh : bidan otoriter kepada klien -> feed back negatif.
2. Sikap Konselor (Bidan) menurut “Rogers”, yaitu :
a. Acceptance(Menerima) : Konselor menunjukkan sikap menerima, sehingga konseli merasa tidak ditolak, diacuhkan, didikte, tapi melainkan konseli merasa bahwa ia diterima sebagai dirinya sendiri. Terima klien dengan sikap terbuka dan apa adanya. Konselor memperhatikan tanpa pamrih, tanpa menguasai klien. Tulus dan ikhlas. Konselor harus menghargai konseli, apapun yang dikatakan konseli. Beri kesempatan pada klien untuk mengemukakan keluhan-keluhannya.
b. Sikap tidak menilai
c. Sikap percaya terhadap konseli
3. Alam pikiran dari konseli ?dilihat dari dalam diri konseli sendiri
4. Situasi konseling, persamaan persepsi sampai mendapat pengertian.
Proses Konseling
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu :
1. Pembinaan hubungan baik (rapport) : Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan dengan klien dan perlu dijaga seterusnya dengan :a. Memberi salam pada awal setiap pertemuan.b. Memperkenalkan diri
c. Menciptakan suasana nyaman dan aman.
d. Memberikan perhatian penuh pada klien (SOLER).
S :Face your clients squarely (menghadap klien) & smile/ nod at clients (senyum/ mengganggukkan kepala).
O :Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai).
L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien).
E : Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap mata sesuia dengan cara yang diterima budaya setempat).
R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).
e. Bersabar
f. Tidak memotong pembicaraan klien
2. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaanSetelah mendapatkan dan memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk mengatasi masalah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah (1) fisik, (2) emosional, (3) rasional, (4) praktikal, (5) interpesonal, (6) struktural.
3. Menindaklanjuti pertemuan : Menindaklanjuti pertemuan konseling dengan membuat rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya/ merujuk klien.
Faktor Penghambat Konseling
Faktor penghambat dalam konseling antara lain :
1. Faktor individual. Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari : (a) faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks; (b) sudut pandang terhadap nilai-nilai; (c) faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam masyarakat, status sosial; (d) bahasa.
2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi, (a) tujuan dan harapan terhadap komunikasi; (b) sikap terhadap interaksi; (c) pembawaan diri terhadap orang lain; (d) sejarah hubungan.
3. Faktor situasional
4. Kompetensi dalam melakukan percakapan : Komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah : (a) kegagalan informasi penting; (b) perpindahan topik bicara; (c) tidak lancar; (d) salah pengertian.
Hasil Pelayanan Konseling Kebidanan
Harapan bidan setelah dilaksanakan konseling adalah kemandirian klien dalam :
1. Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan pemecahan masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat.
2. Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan.
3. Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah.
4. Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan
Konselor dalam Konseling
Kepribadian seorang konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling, karena kepribadian konselor merupakan titik tumpu penyeimbang antara pengetahuan perilaku dan ketrampilan terapi. Kualitas kepribadian konselor, pengetahuan mengenai perilaku, dan ketrampilan konseling harus seimbang.
Oleh karena itu, seorang konselor harus mempunyai kualitas-kualitas sebagai berikut :
1) Pengetahuan mengenai diri sendiri (self knowledge)
Konselor mengetahui secara baik tentang dirinya, apa yang dilakukan dan mengapa melakukan hal itu, masalah yang dihadapi, dan masalah klien yang berkaitan dengan konseling.
2) Kompetensi (Competence)
Kompetensi disini meliputi: kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien.
3) Kesehatan psikologis yang baik
Artinya seorang konselor harus mempunyai kesehatan psikologis yang baik dari kliennya. Kesehatan psikologis konselor yang baik, akan mendasari pemahaman perilaku dan ketrampilan, yang dapat mengembangkan satu daya yang positif dalam konseling.
4) Dapat dipercaya (Trustworthness)
Artinya seorang konselor bukan sebagai suatu ancaman bagi kliennya, melainkan sebagai pihak yang memberi rasa aman.
5) Kejujuran (Honest)
Kejujuran yang mutlak mempunyai makna bahwa seorang konselor harus terbuka, otentik, dan sejati dalam penampilannya.
6) Kekuatan daya (Strength)
Kekuatan konselor mempunyai peranan penting dalam konseling. Seorang konselor juga memerlukan daya untuk mengatasi serangan dan manipulasi klien.
7) Kehangatan (Warmth)
Artinya seorang konselor harus mampu menjadi pihak yang ramah, peduli, dan dapat menghibur.
8) Pendengar yang aktif (Active Responsiveness)
Menjadi pendengar yang aktif merupakan penengah antara perilaku hiperaktif yang mengganggu dan perilaku pasif yang kebingunan.
9) Kesabaran
Kesabaran bertujuan untuk memberikan peluang pada klien agar dapat berkembang dan memperoleh kemajuan dalam tahapan-tahapan secara alami.
10) Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan kehalusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor itu sendiri.
11) Kebebasan
Kekebasan akan menciptakan hubungan yang akrab. Semakin kebebasan diciptakan dalam konseling, semakin banyak kebebasan klien dalam dirinya sendiri.
12) Kesadaran holistik yang utuh
Pendekatan holistic dalam konseling mempunyai makna bahwa konselor menyadari keseluruhan individu (klien) dan tidak melakukan pendekatan hanya dari satu aspek tertentu saja.
Adapun pokok-pokok kekhasan pribadi para konselor sebagai penolong menurut Brammer adalah :
1. Kesaran akan diri dan Nilai-nilai (Awareness of Self ad Values).
Para helper memerlukan suatu kesadaran tentang posisi-posisi nilai mereka sendiri. Mereka harus mampu menjawab dengan jelas pertanyaan-pertanyaan tentang diri sendiri. Kesadaran ini membantu para helper membentuk kejujuran terhadap dirinya sendiri dan terhadap helpi mereka dan juga membantu para helper menghindari memperalat secara tidak bertanggung jawab atau tak etis terhadap para helpi bagi kepentingan pemuasan kebutuhan diri-pribadi para helper sendiri.
2. Kesadaran akan Pengalaman Budaya (Awareness of Cultural Experience).
Suatu program latihan kesadaran diri yang terarah bagi para helper mencakup pengetahuan tentang populasi khusus para helpi. Mengetahui lebih banyak perbedaan antara helper dan para helpi merupakan hal yang sangat vital bagi keefektifan hubungan helpi. Para helper profesional hendaknya mempelajari ciri khas budaya dan kebiasaan tiap kelompok helpi mereka.
3. Kemampuan Menganalisis Kemampuan Helper Sendiri (Ability to Analyze the helper’s own feeling).
Di samping adanya persyaratan bagi helping efektif bahwa para helper harus mempunyai kesadaran dan kontrol perasaan sendiri guna menghindari proyeksi kebutuhan, harus pula diakui bahwa helper mempunyai pula perasaan dari waktu ke waktu. Para helper harus mampu “menyelami” perasaan-perasaan mereka sendiri, memahami dan menerima perasaan-perasaan mereka. Tidak menggantungkan harapan-harapan sukses terlalu tinggi dan berdiskusi sesama kolega dapat membantu meredakan perasaan negatif.
4. Kemampuan melayani sebagai “teladan” dan “pemimpin” atau orang “berpengaruh” (Ability to serve as Model and Influencer).
Helper harus tampak beradab, matang, dan efektif dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan helper sebagai “pemimpin” atau orang “berpengaruh”, dan sebagai “teladan” dipelukan pula dalam proses helping. Meskipun ini tidak berarti bahwa para helper harus menguasai para helpi mereka, para helper dapat menunjukkan kemampuan melihat rasa percaya diri yang mapan.
5. Altruisme (Altruism).
Pribadi yang altruis ditandai kesediaan berkorban (waktu, tenaga, dan mungkin materi) untuk kepentingan kebahagiaan atau kesenangan orang-orang lain. Para helper merasakan kepuasan tersendiri manakala mereka berperan membantu orang lain. Mereka lebih suka memuaskan orang lain ketimbang pemuasan kebutuhan diri mereka sendiri. Kepuasan para helper diperoleh melalui pemberian peluang memuaskan orang-orang lain.
6. Penghayatan etik yang kuat (Strong Sense of Ethics).
Rasa etik para helper, pada dasarnya, berarti bahwa mereka berusaha menyeimbangkan antara rasa aman helpi dengan ekspektasi masyarakat. Kelompok helper, seperti para konselor, memiliki Kode Etik untuk dipahami dan dipakai serta dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap mereka.
7. Tanggung Jawab (Responsibility).
Tanggung jawab para helper, dalam hal ini, khusus berkenaan dengan konteks bantuan khusus yang diberikan kepada para helpi, meskipun bisa juga dipandang bersangkutan juga dengan tingkah laku umum mereka terhadap para helpi. Para helper yang bertanggung jawab menyadari keterbatasan-keterbatasan mereka, sehingga tidak mencanangkan hasil-hasil (tujuan) yang tidak realistis. Mereka akan mengupayakan diri mereka dan tetap kontak dengan para helpi mereka sampai spesialis lain itu mengambil tanggung jawab dalam suatu hubungan baru dengan klien.
Kemampuan konselor yang efektif dapat menciptakan komunikasi yang efektif dan hasil konseling yang efektif pula. Ciri-ciri khusus kemampuan konselor yang efektif yaitu :
1) Para konselor yang efektif sangat terampil mendapatkan keterbukaan.
2) Para konselor yang efektif membangkitkan rasa percaya, kredibilitas, dan keyakinan dari orang-orang yang mereka bantu.
3) Para konselor yang efektif mampu menjangkau wawasan luas, seperti halnya mereka mendapatkan keterbukaan.
4) Para konselor yang efektif berkomunikasi dengan hati-hati dan menghargai orang-orang yang mereka upayakan bantu.
5) Para konselor yang efektif mengakui dan menghargai diri mereka sendiri dan tidak menyalahgunakan orang-orang yang mereka coba bantu untuk memuaskan kebutuhan pribadi mereka sendiri.
6) Para konselor yang efektif mempunyai pengetahuan khusus dalam beberapa bidang keahlian yang mempunyai nilai bagi orang-orang tertentu yang akan dibantu.
7) Para konselor yang efektif berusaha memahami, bukannya menghakimi, tingkah laku orang yang diupayakan bantu.
8) Para konselor yang efektif mampu bernalar secara sistematis dan berfikir dengan pola sistem.
9) Para konselor yang efektif berpandangan mutahir dan memiliki wawasan luas terhadap peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan manusia.
10) Para konselor yang efektif mampu mengidentifikasi pola tingkah-laku yang merusak diri (self defeating) dan membantu orang-orang lain untuk berubah dari tingkah laku yang merusak diri ke pola-pola tingkah laku yang secara pribadi lebih memuaskan.
11) Para konselor yang benar-benar efektif sangat terampil membantu orang-orang lain melihat diri sendiri, dan merespons secara tidak defensif terhadap pertanyaan “Siapakah saya?” adalah suatu hal yang mudah melukiskan aspek-aspek diri yang menyenangkan dan membanggakan.
Pendekatan konseling client-centered ini merupakan pengembangan dari conselor centered. Berikut penjelasan tentang dua pendekatan yang dilakukan yang biasa digunakan dalam wawancara konseling antara lain :
1. Pendekatan Directive (Concelor centered) : Yang berpusat pada konselor.
Konselor yang mempergunakan metode ini membantu memecahkan masalah klien dengan secara sadar mempergunakan sumber-sumber intelektualnya. Tujuan utama dari metode ini dalah membantu klien mengganti tingkah laku emosional dan impulsif dengan tingkah laku yang rasional. Lepasnya tegangan-tegangan dan didapatnya dipandang sebagai suatu hal yang penting. Didalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi klien dengan rasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun dikatakan direktif. Larangan-larangan yang langsung, petuah yang didaktis dan petuah yang sifatnya mengatur sebaiknya di hindari.
2. Pendekatan Non-Directive (Client Centered).
Pada teknik ini klien diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan memikul sebagian besar dari tanggung jawab atas pemecahan masalahnya. Beberapa ciri-cirinya antara lain : (a) klien bebas untuk mengekspresikan dirinya, (b) klien menerima, mengetahui, menjelaskan, mengulang lebih secara objektif pernyataan-pernyataan dari klien, (c) klien ditolong untuk makin mengenal diri sendiri dan, (d) klien membuat asal-usul yang berhubungan dengan pemecahan masalahnya. Salah satu keuntungan terbesar dari metode ini adalah mengurangi ketergantungan klien. Bahkan memberikan pelepasan emosi yang dalam dan memberi lebih banyak kesempatan untuk pertumbuhan.
MNH, 2002, Modul Pelatihan Keterampilan KIP/K
Effendy, Onong Uchjana.2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
TINJAUAN KOMUNIKASI
Pengertian Komunikasi
Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan menerangkan arti komunikasi berdasarkan etimologi kata komunikasi. Kata “komunikasi” (communication) berasal dari bahasa latin “communicatio” yang terbentuk dari du akar kata: “com” (bahasa latin “cum”), berarti “dengan” atau “bersama dengan”; dan “unio” (bahasa latin “union”) berarti “bersatu dengan”.
Jadi komunikasi dapat diartikan “union with” (bersama dengan). Ungkapan ini lazim disebut dalam satu kata saja, yakni “communion” yang berarti “Saya” tidak sekedar “bersama-sama dengan” tetapi lebih jauh dari itu yakni “bersatu dengan” orang lain (bersama dalam satu-kesatuan-bersatu dalam kesamaan).
Dalam perkembangan praktik komunikasi manusia, etimologi kata “komunikasi” mengalami peralihan makna dari bahasa Latin ke bahasa Inggris yang kelak dikenal dalam “common” yang berarti “bersama dengan” dan “bersatu dengan”. Hal ini membuat kita memahami aktifitas komunikasi masnusia sebagai usaha untuk membangun “commoness” (of meaning) atau kebersamaan makna atas suatu informasi, gagasan atau sikap demi “bersama dengan” atau “bersatu dengan” orang lain.
Beberapa ahli yang mendefinisikan pengertian komunikasi, diantaranya adalah:
1. McCubbin dan Dahl (1985):
Komunikasi merupakan sebagai suatu proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan danpendapat.
2. Taylor, dkk (1993)
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan makna atau arti.
3. Burgerss (1988)
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, makna dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
4. Yuwono (1985)
Komunikasi merupakan kegiatan mengajukan pengertian yang diinginkan dari pengirim informasi kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku yang diinginkan dari penerima informasi.
5. Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu di sekeliling kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya (Hybels dan Weafer II 1992; Liliweri,2003).
6. Komunikasi adalah: (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode yang lain; (4) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain; (5) Pertukaran makna antar pribadi dengan sistem simbol; dan (6) Proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu (Walhstrom, 1992; Liliweri 2003)
Fungsi Komunikasi
Secara umum ada lima kategori fungsi (tujuan) utama komunikasi, yakni:
1. Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui penerima.
Fungsi utama dan pertama dari informasi adalah menyampaikan pesan (informasi), atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain. Artinya diharapkan dari penyebarluasan informasi itu, para penerima informasi akan mengetahui sesuatu yang ingin dia ketahui.
2. Sumber menyebarluaskan informasi dalam rangka mendidik penerima.
3. Sumber memberikan instruksi agar dilaksanankan penerima.
Fungsi instruksi adalah fungsi komunikasi untuk memberikan instruksi (mewajibkan atau melarang) penerima melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan.
4. Sumber mempengaruhi konsumen dengan informasi yang persuasif untuk mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima.
Fungsi persuasi kadang disebut fungsi mempengaruhi. Fungsi persuasi adalah fungsi komunikasi yang menyebarkan informasi yang dapat mempengaruhi (mengubah) sikap penerima agar dia menentukan sikap penerima agar dia menentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kehendak pengirim.
5. Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur sambil mempengaruhi penerima.
Fungsi hiburan adalah fungsi pengirim untuk mengirimkan pesan-pesan yang mengandung hiburan kepada para penerima agar penerima menikmati apa yang diinformasikan.
Komponen dalam komunikasi
Menurut Potter dan Perry, komunikasi mempunyai 6 komponen yaitu16:
1. Komunikator; adalah penyampai informasi atau sumber informasi.
Seorang komunikator harus dapat memenuhi persyaratan di bawah ini:
a. Keterampilan berkomunikasi yaitu keterampilan berbicara dan menulis agar penerima pesan mampu mendengar dan membaca secara baik dan jelas.
b. Sikap yaitu kecenderungan sikap positif baik terhadap diri sendiri, terhadap pesan yang disampaikan maupun terhadap penerima pesan.
c. Level pengetahuan yaitu wawasan pengetahuan terhadap isi yang disampaikan.
d. Sistem sosial budaya, yaitu berkaitan dengan posisi komunikator dalam sistem sosial budaya yang berlaku.
2. Komunikan, adalah penerima informasi atau memberi respons terhadap stimulus yang disampaikan oleh komunikator.
Penerima pesan berkaitan erat dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Kemampuan berkomunikasi, yaitu kemampuan mendengar, membaca, dan berpikir terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
b. Sikap, yaitu kecenderungan sikap positif atau negatif baik terhadap dirinya sendiri, terhadap komunikator dan terhadap isi pesan yang disampaikan.
c. Tingkat pengetahuan, yaitu pemahaman tentang isi pesan yang disampaikan terutama penggunaan bahasa pesan dan nilai kepentingan isi pesan.
3. Pesan, adalah gagasan atau pendapat, fakta, informasi atau stimulus yang disampaikan.
Pesan yang disampaikan harus memenuhi:
a. Persyaratan kode atau bahasa pesan.
b. Penyajian isi pesan yang dapat menyatakan tujuan.
c. Perlakuan pesan yaitu berkaitan dengan pemilihan dan pengaturan bahasa isi pesan yang dapat disampaikan.
4. Media komunikasi, adalah saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan.
Saluran media komunikasi yang dipilih bergantung kepada kesesuaian dengan tujuan yang hendak dicapai, kesesuaian dengan sistem sosial budaya setempat, disamping pertimbangan biaya yang diperlukan. Prinsip dan penggunaan saluran media komunikasi tersebut harus dapat dilihat, didengar, disentuh, dicium dan dirasakan.
5. Kegiatan “encoding”; adalah perumusan pesan oleh komunikator sebelum disampaikan kepada komunikan.
6. Kegiatan “decoding”; adalah penafsiran pesan oleh komunikan pada saat menerima pesan.
Tingkat hubungan komunikasi
Menurut Potter dan Perry, tingkat hubungan komunikasi terbagi tiga yaitu:
1. Komunikasi intrapersonal
Komunikasi intrapersonal itu terjadi dalam individu itu sendiri. Komunikasi ini akan membantu agar seseorang atau individu tetap sadar akan kejadian di sekitarnya.
2. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau kelompok kecil.
3. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok yang besar. Ceramah yang diberikan pada mahasiswa, kampanye, merupakan contoh komunikasi massa.
Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan nonverbal yaitu:
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang mempunyai karakteristik jelas dan ringkas. Perbendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotatif dan konotatif, intonasi mampu mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang memiliki tempo dan jeda yang tepat, kemudian disertai unsur humor.
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
2. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
3. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal mempunyai dampak yang lebih besar daripada komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal dapat disampaikan melalui beberapa cara, yaitu: penampilan fisik, sikap tubuh dan cara berjalan, ekspresi wajah dan sentuhan.
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal teramati padat.
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara Pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emosi, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melaluisentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi
Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter dan Perry, 1993)
a. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, bidan harus mengerti pengaruh dari perkembangan usia baik dari sisi bahasa maupun proses pikir dari orang tersebut. Cara berkomunikasi dengan anak usia remaja dengan balita sangat berbeda. Kepada remaja, anda mungkin perlu belajar bahasa remaja sehingga mereka yang di ajak berbicara akan merasa kita mengerti dan komunikasi diharapkan menjadi lancar.
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini di bentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
c. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi bidan untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya. Perbedaan nilai tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut; misalnya klien memandang abortus bukan merupakan perbuatan dosa sementara perawat memandang bahwa abortus merupakan perbuatan dosa. Hal ini dapat menyebabkan konflik.
d. Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
e. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.
f. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda. Tanned
(1990) menyebutkan bahwa lelaki dan wanita mempunyai gaya komunikasi yang berbeda. Dari usia 3 tahun wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam grup kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung ke intiman. Laki-laki di lain pihak, menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian dari aktivitas dalam grup yang lebih besar,dimana jika mereka ingin berteman mereka melakukannya dengan bermain.
h. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuaannya rendah akan sulit berespon terhadap pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang tinggi.
g. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan di antara orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang bidan dengan koleganya dengan cara berkomunikasi seorang bidan dengan kliennya pasti beda tergantung dengna perannya.
h. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan.
i. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan kontrol.
Empat zona jarak dalam berkomunikasi (Stuart dan Sunden,1995)
1. Jarak intim: sampai dengan 45,5 cm (18 inchi)
2. Jarak personal 45,5-120 cm (18 inchi-4 feet)
3. Jarak konsultatif-sosial: 270-360 cm (9-12 feet)
4. Jarak publik: 360 cm (12 feet) dan lebih.
REFERENSI :
1. MNH. Modul Pelatihan Keterampilan KIP/K. 2002
2. Rakhmat J. Psikologi komunikasi. PT Remaja Rosda Karya:Bandung; 2003.
3. Devito. Komunikasi antar persona.Agus Maulana MSM, editor. Professional Books:Jakarta; 1997.
4. Damaiyanti. Komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan. Refika Aditama: Bandung; 2008
Jumat, 29 Januari 2010
SIFILIS; RAJA SINGA YANG BERBAHAYA
Data yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai 5.000 – 10.000 kasus per tahun. Sementara di Cina, menunjukkan jumlah kasus yang dilaporkan naik dari 0,2 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 2005. Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.
Pola penularan yang mereka pantau sangat berubah dalam periode tahun 1998 hingga 2002. Bila di tahun 1990-an sifilis hanya terjadi pada kaum heteroseksual, sejak 2001 jumlah pria yang melakukan hubungan seks dengan sesama pria tercatat hampir 60 persen. Antara tahun 2000 hingga 2002 tim yang dipimpin Ciesielski juga mewawancarai mereka yang terkena sifilis. Hasilnya, lebih dari 14 persen kasus penularan sifilis terjadi melalui seks oral. Jumlah ini dlaporkan oleh 20 persen gay dan 7 persen pria dan wanita heteroseksual.
Wanita tunasusila merupakan faktor risiko terbesar. Di USA 160 kasus merupakan kasus sifilis kongenital karena tidak menjalankan pemeriksaan antenatal yang adekuat. Hubungan seksual dengan penderita sifilis baik yang primer ataupun skunder mepunyai risiko 50% untuk menderita penyakit ini.
Definisi
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum, merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh. Ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.
Etiologi
Trepanoma pallidum. Trepanoma pallidum berbentuk spiral, negatif-Gram dengan panjang rata-rata 11 um (antara 6-20 um) dengan diameter antara 0,09 s/d 0,18 um. Sebagaimana mikroorganisme negatif-Gram, dijumpai dua lapisan. Sitoplasma yang merupakan lapisan dalam, mengandung mesosome, vakuol ribosom, dan mungkin juga bahan-bahan nukleoid. Lapisan luar dilapisi oleh bahan mukoid dan tidak dijumpai pada Trepanoma yang tidak patogen.
Cara Penularan :
1. Hubungan seks, bakteri menular pada saat hubungan seks yang dilakukan baik secara oral maupun transvagina
2. Transplasenta: melalui plasenta dari ibu ke janinnya
3. Transfusi darah: apabila pendonor menderita sifilis
Gejala
1. Biasanya Asimptomatik, tetapi kelahiran mati atau lahirnya bayi dengan lues kongenita menunjuk ke arah diagnostik. Maka perlu dilakukan anamnesa sebelumnya dengan penderita sifilis
2. Pada persalinan janin atau plasenta tampak hidrifilik.
3. Pada kehamilan, jika terdapat luka primer pada daerah genital maka luka tampak lebih besar dari pada yang biasa hal ini dikarenakan vaskularisasi pada keadaan hamil daerah genital lebih banyak.
4. Infeksi primer menimbulkan Chancre, tergantung pada besarnya inokulum serta imunitas penderita.
5. Infeksi sekunder akan tampak limfadenopati serta rash.
6. Pada sifiliskongenita akan tampak gejala seperti
a. Pemfigus sifilitikus
b. Deskwamasi pada telapak kaki dan tangan
c. Rhagade pada kanan –kiri mulut
Pemeriksaan Laboratorium
1. Diagnosis pasti sefilis dini yaitu dengan pemeriksaan sediaan langsung pada lapangan gelap serta direct fluorescent antibody tests pada lesi atau jaringan.
2. Kemungkinan lain untuk mendiagnosa dengan 2 tipe pemeriksaan serologi yaitu;
Tes antibodi treponema ;
a. FTA – ABS ( fluorescent treponemal antibody absorbed )
b. MHATP ( microhemagglutination assay for antibody to T. pallidum )
Ditambah dengan pemeriksaan tes nontreponema misalnya
c. VDRL ( venereal disease reseach laboratory )
d. RPR ( rapidplasma regin )
Diagnosis:
1. Luka primer di daerah genital/ tempat lain seperti di mulut. Pada lues sekunder kadang timbul kandiloma lata. Lues laten dan telah lama dapat mengenai organ – organ tubuh lainnya.
2. Pemeriksaan serologis: reaksi wasermann dan VDRL.
3. Kelahiran mati atau anak yang lalu dengan lues kongenital merupakan petunjuk bahwa ibu menderita sifilis.
Gejala yang mungkin terjadi pada wanita, yang terurai dalam empat stadium berbeda.
Stadium satu
Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
Stadium dua
Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemukan adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
Stadium tiga
Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
Stadium empat
Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.
Gambaran klinis
Sifilis primer
waktu rata-rata inkubasi 3 minggu. Papula yang membentuk ulkus yang tidak nyeri (chancre primer) terbentuk didaerah inokulasi pada penis atau serviks atau labia. Limfadenopati inguinal terjadi, dan juga lesi sembuh secara spontan setelah beberapa minggu.
Sifilis sekunder
terjadi rata-rata 6-8 minggu kemudian dengan ruam makulopapular generalisata (termasuk ditelapak tangan dan kaki), limfadenopati generalisata, dan kondiloma lata (plak yang lembab, lebar, dan sangat infeksius didaerah intertriginosa yang hangat). Gejala sistemik terdiri dari demam, nyeri kepala, dan nyeri tenggorokan.
Sifilis laten
gejala dan tanda menghilang. Satu-satunya manisfetasi infeksi adalah pemeriksaan serologis yang positif. Infeksi SSP asimtomatik pada silifis laten ini umum terjadi.
Sifilis tersier
guma (lesi granulomatosa yang keras) muncul setelah 3-10 tahun diberbagai tempat, termasuk dikulit, dimana terjadi ulkus setelah ada kerusakan jaringan kartilago dan jaringan ikat dibawahnya. Efek dari sifilis tersier ini adalah terjadinya aortitis, terjadi setelah 10-30 tahun dan menyebabkan aneurisma aorta asendens. Neurosilifis menyebabkan penyakit dengan spektrum gejala yang luas termasuk: meningovaskuler (4-7 tahun), general paresis of the insane (10-20 tahun), tabes dorsalis (15-25).
Pengaruh sifilis terhadap kehamilan:
1. Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16 kehamilan dan pada kehamilan dini, dimana Treponema telah dapat menembus barier plasenta.
2. Akibatnya kelahiran mati dan partus prematurus.
3. Bayi lahir dengan lues konginetal : pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak tangan-kaki, serta kelainan mulut dan gigi.
4. Bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan terjadi lues konginetal.
Pengobatan
Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari.
Pengobatan pada wanita hamil
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum hamil atau pada triwulan I untuk mencegah penularan terhadap janin. Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi wassermann dan VDRL, bila perlu diobati.
Pencegahan penularan
1. pada pasien yang terinfeksi sifilis harus berhenti melakukan aktivitas seksualnya sampai sifilisnya benar-benar sembuh (negatif terinfeksi sifilis).
2. Jangan berganti-ganti pasangan dalam melalukan hubungan seksual
3. Pasien sifilis harus melakukan tes HIV pada saat didiagnosis sifilis.
4. Pasien harus selalu memeriksakan diri setiap 3-6 bulan sekali setelah diterapi
5. Selalu menjaga kebersihan di daerah kelamin
6. Dalam melalukan hubungan seksual hendaknya yang pria menggunakan kondom
7. Setelah melakukan hubungan seksual baik pria maupun wanita mencuci tangan dengan air dan sabun hingga bersih.
8. pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.
Dalil SF, Maksa WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi menular seksual. Fakultas kedokteran UI;Jakarta;2005.
Manuaba, IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC. Jakarta;1998.
Bagian obstetri dan ginekologi FK UNPAD. Ginekologi. Elstar Offset. Bandung;1997.
http://www.2blowhards.com/Sifilis%20poster.jpg/ gambar
Pola penularan yang mereka pantau sangat berubah dalam periode tahun 1998 hingga 2002. Bila di tahun 1990-an sifilis hanya terjadi pada kaum heteroseksual, sejak 2001 jumlah pria yang melakukan hubungan seks dengan sesama pria tercatat hampir 60 persen. Antara tahun 2000 hingga 2002 tim yang dipimpin Ciesielski juga mewawancarai mereka yang terkena sifilis. Hasilnya, lebih dari 14 persen kasus penularan sifilis terjadi melalui seks oral. Jumlah ini dlaporkan oleh 20 persen gay dan 7 persen pria dan wanita heteroseksual.
Wanita tunasusila merupakan faktor risiko terbesar. Di USA 160 kasus merupakan kasus sifilis kongenital karena tidak menjalankan pemeriksaan antenatal yang adekuat. Hubungan seksual dengan penderita sifilis baik yang primer ataupun skunder mepunyai risiko 50% untuk menderita penyakit ini.
Definisi
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum, merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh. Ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.
Etiologi
Trepanoma pallidum. Trepanoma pallidum berbentuk spiral, negatif-Gram dengan panjang rata-rata 11 um (antara 6-20 um) dengan diameter antara 0,09 s/d 0,18 um. Sebagaimana mikroorganisme negatif-Gram, dijumpai dua lapisan. Sitoplasma yang merupakan lapisan dalam, mengandung mesosome, vakuol ribosom, dan mungkin juga bahan-bahan nukleoid. Lapisan luar dilapisi oleh bahan mukoid dan tidak dijumpai pada Trepanoma yang tidak patogen.
Cara Penularan :
1. Hubungan seks, bakteri menular pada saat hubungan seks yang dilakukan baik secara oral maupun transvagina
2. Transplasenta: melalui plasenta dari ibu ke janinnya
3. Transfusi darah: apabila pendonor menderita sifilis
Gejala
1. Biasanya Asimptomatik, tetapi kelahiran mati atau lahirnya bayi dengan lues kongenita menunjuk ke arah diagnostik. Maka perlu dilakukan anamnesa sebelumnya dengan penderita sifilis
2. Pada persalinan janin atau plasenta tampak hidrifilik.
3. Pada kehamilan, jika terdapat luka primer pada daerah genital maka luka tampak lebih besar dari pada yang biasa hal ini dikarenakan vaskularisasi pada keadaan hamil daerah genital lebih banyak.
4. Infeksi primer menimbulkan Chancre, tergantung pada besarnya inokulum serta imunitas penderita.
5. Infeksi sekunder akan tampak limfadenopati serta rash.
6. Pada sifiliskongenita akan tampak gejala seperti
a. Pemfigus sifilitikus
b. Deskwamasi pada telapak kaki dan tangan
c. Rhagade pada kanan –kiri mulut
Pemeriksaan Laboratorium
1. Diagnosis pasti sefilis dini yaitu dengan pemeriksaan sediaan langsung pada lapangan gelap serta direct fluorescent antibody tests pada lesi atau jaringan.
2. Kemungkinan lain untuk mendiagnosa dengan 2 tipe pemeriksaan serologi yaitu;
Tes antibodi treponema ;
a. FTA – ABS ( fluorescent treponemal antibody absorbed )
b. MHATP ( microhemagglutination assay for antibody to T. pallidum )
Ditambah dengan pemeriksaan tes nontreponema misalnya
c. VDRL ( venereal disease reseach laboratory )
d. RPR ( rapidplasma regin )
Diagnosis:
1. Luka primer di daerah genital/ tempat lain seperti di mulut. Pada lues sekunder kadang timbul kandiloma lata. Lues laten dan telah lama dapat mengenai organ – organ tubuh lainnya.
2. Pemeriksaan serologis: reaksi wasermann dan VDRL.
3. Kelahiran mati atau anak yang lalu dengan lues kongenital merupakan petunjuk bahwa ibu menderita sifilis.
Gejala yang mungkin terjadi pada wanita, yang terurai dalam empat stadium berbeda.
Stadium satu
Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
Stadium dua
Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemukan adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
Stadium tiga
Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
Stadium empat
Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.
Gambaran klinis
Sifilis primer
waktu rata-rata inkubasi 3 minggu. Papula yang membentuk ulkus yang tidak nyeri (chancre primer) terbentuk didaerah inokulasi pada penis atau serviks atau labia. Limfadenopati inguinal terjadi, dan juga lesi sembuh secara spontan setelah beberapa minggu.
Sifilis sekunder
terjadi rata-rata 6-8 minggu kemudian dengan ruam makulopapular generalisata (termasuk ditelapak tangan dan kaki), limfadenopati generalisata, dan kondiloma lata (plak yang lembab, lebar, dan sangat infeksius didaerah intertriginosa yang hangat). Gejala sistemik terdiri dari demam, nyeri kepala, dan nyeri tenggorokan.
Sifilis laten
gejala dan tanda menghilang. Satu-satunya manisfetasi infeksi adalah pemeriksaan serologis yang positif. Infeksi SSP asimtomatik pada silifis laten ini umum terjadi.
Sifilis tersier
guma (lesi granulomatosa yang keras) muncul setelah 3-10 tahun diberbagai tempat, termasuk dikulit, dimana terjadi ulkus setelah ada kerusakan jaringan kartilago dan jaringan ikat dibawahnya. Efek dari sifilis tersier ini adalah terjadinya aortitis, terjadi setelah 10-30 tahun dan menyebabkan aneurisma aorta asendens. Neurosilifis menyebabkan penyakit dengan spektrum gejala yang luas termasuk: meningovaskuler (4-7 tahun), general paresis of the insane (10-20 tahun), tabes dorsalis (15-25).
Pengaruh sifilis terhadap kehamilan:
1. Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16 kehamilan dan pada kehamilan dini, dimana Treponema telah dapat menembus barier plasenta.
2. Akibatnya kelahiran mati dan partus prematurus.
3. Bayi lahir dengan lues konginetal : pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak tangan-kaki, serta kelainan mulut dan gigi.
4. Bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan terjadi lues konginetal.
Pengobatan
Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari.
Pengobatan pada wanita hamil
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum hamil atau pada triwulan I untuk mencegah penularan terhadap janin. Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi wassermann dan VDRL, bila perlu diobati.
Pencegahan penularan
1. pada pasien yang terinfeksi sifilis harus berhenti melakukan aktivitas seksualnya sampai sifilisnya benar-benar sembuh (negatif terinfeksi sifilis).
2. Jangan berganti-ganti pasangan dalam melalukan hubungan seksual
3. Pasien sifilis harus melakukan tes HIV pada saat didiagnosis sifilis.
4. Pasien harus selalu memeriksakan diri setiap 3-6 bulan sekali setelah diterapi
5. Selalu menjaga kebersihan di daerah kelamin
6. Dalam melalukan hubungan seksual hendaknya yang pria menggunakan kondom
7. Setelah melakukan hubungan seksual baik pria maupun wanita mencuci tangan dengan air dan sabun hingga bersih.
8. pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.
Dalil SF, Maksa WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi menular seksual. Fakultas kedokteran UI;Jakarta;2005.
Manuaba, IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC. Jakarta;1998.
Bagian obstetri dan ginekologi FK UNPAD. Ginekologi. Elstar Offset. Bandung;1997.
http://www.2blowhards.com/Sifilis%20poster.jpg/ gambar
Kamis, 28 Januari 2010
KONDILOMA AKUMINATA SI JENGGER AYAM
Kondiloma Akuminata merupakan salah satu penyakit menular seksual. Selain Gonore (GO), Sifilis,Chlamydia, Herpes Genetalis, kutu kemaluan (pubic lice), Vaginitis.
Penularan penyakit menular seksual umumnya adalah melalui hubungan seksual, sedangkan cara lainnya yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik, ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, dan lain-lain.
Di Amerika Serikat cenderung meningkat 4-5 kali lipat dalam dua dekade terakhir, insidensi tertinggi pada wanita usia 20-30 tahun. Setiap tahun ada 500.000-1.000.000 kasus baru yang ditemukan di Amerika Serikat. Laporan lain telah mencatat bahwa prevalensi penyakit ini empat kali lebih tinggi dalam dua dekade terakhir ini. Laporan dari klinik penyakit menular seksual (PMS) di Inggris, bahwa jumlah kasus baru meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir ini. Di negara Hongkong penyakit ini menduduki peringkat kedua PMS, dan akhir-akhir ini insidensi penyakit ini meningkat terus. Data rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara penyakit penular seksual, sesudah uretritis gonore dan non gonore.
Condyloma accuminatum [Kondiloma akuminata ] juga dikenal sebagai:
1. Kutil kelamin
2. Kutil kemaluan
3. Kutil genital (kutil genitalia)
4. Genital warts
5. Veruka akuminata
6. Venereal wart
7. Jengger ayam
Definisi
Kondiloma akuminata adalah:
1. Tumor pada genitalia yang ditemukan pada laki-laki maupun perempuan dan bersifat lunak seperti jengger ayam.
2. Pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superfisial, terutama di daerah genitalia (kelamin)
3. Penyakit Menular Seksual disebabkan infeksi virus papiloma human (VPH) tipe 6 dan 11. Pertumbuhan nya mula – mula kecil, kemudian cenderung berkelompok dan menyatu membentuk suatu benjolan yang besar yang menyerupai bunga kol [seperti jengger ayam atau brokoli].
Penyebab
Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV). HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger ayam). HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat). HPV tipe 16 dan 18 seringkali berhubungan dengan karsinoma genitalia (kanker ganas pada kelamin). Masa inkubasi Kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). VPH (virus papiloma humanus) masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, sehingga kondiloma akuminata sering timbul di daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual. Pada pria, tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum, dll.
Patofisiologi
Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV. Hal ini berpenetrasi melalui kulit dan menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase virus laten dimulai dengan tidak ada tanda atau gejala dan dapat berakhir hingga bulan dan tahun. Mengikut fase laten, produksi DNA virus, kapsid dan partikel dimulai. Sel Host menjadi terinfeksi dan timbul atipikal morfologis koilocytosis dari kondiloma akuminata. Area yang paling sering terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks, perineum dan perineal. Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx, larynx, dan trachea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah dilaporkan di area lain yang tidak biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple juga sering dan melibatkan keadaan subklinis sebagaimana anatomi yang berdifferensiasi dengan baik. Infeksi subklinis telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan onkogenik.
Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk:
1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
Gejala Klinis
a. Terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam.
b. Terkadang penderita mengeluh nyeri. Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap.
c. Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna. Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis. Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri.
Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan:
1. Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).
2. kolposkopi
merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.
3. Histopatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.
Diagnosis Banding
1. Kondiloma lata atau kondiloma latum (pada sifilis).
2. Moluskum kontagiosum.
3. Veruka vulgaris.
4. Karsinoma sel skuamos
5. Rhabdomyolysis
Masalah lain yang dipertimbangkan
a. Bowen disease
b. Condyloma lata
c. Darier disease
d. Fibroepitheliomas
e. Hailey-Hailey disease
f. Neoplasia
g. Nevi
h. Pearly penile papules
i. Squamous cell carcinoma in situ
j. Vulvar neurofibromatosis
k. Vulvar vestibular papillae
Penatalaksanaan
1. Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin).
2. Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4. Bedah listrik (elektrokauterisasi).
5. Bedah beku dengan nitrogen cair.
6. Bedah skalpel.
7. Laser karbondioksida.
8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).
a. Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6 minggu atau
dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu.
b. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut.
9. Pada pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi (khitan).
Prognosis
Penyakit ini dapat disembuhkan total, namun kadang – kadang dapat kambuh setelah pengobatan karena adanya infeksi ulang atau timbulnya penyakit yang masih laten. Mengingat virus ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker serviks [kanker mulut rahim], maka jika memang seseorang sudah positif terkena kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan test pap smear juga. Test ini juga dianjurkan bagi wanita paling tidak setiap 1 tahun setelah aktif secara seksual.
Tahukah Anda
a. Mortalitas merupakan hal sekunder terhadap perubahan maligna menjadi karsinoma pada pria dan wanita.
b. Infeksi HPV tampak untuk menjadi lebih sering dan memburuk pada pasien dengan variasi tipe defisiensi imun. Angka rekurensi, ukuran, ketidaknyamanan dan risiko dari perkembangan onkologis merupakan yang tertinggi di antara pasien ini. Infeksi sekunder adalah hal yang tidak biasa.
c. Kesakitan laten menjadi lebih aktif selama kehamilan. Vulva kondiloma akuminata dapat berkaitan dengan parturitas. Trauma kemudian dapat muncul, menghasilkan krusta atau eritema. Perdarahan telah dilaporkan pada lesi yang besar yang dapat timbul selama kehamilan.
c. Pada pria, perdarahan telah dilaporkan sesuai datarnya meatus uretra penis, biasanya dikaitkan dengan HPV-16. Akhirnya, obstruksi uretra akut pada wanita juga dapat timbul.
d. Kedua jenis kelamin dapat rentan terhadap infeksi.
e. Penyakit tambahan dapat menjadi lebih sering pada pria (dilaporkan pada 75% pasien).
f. Prevalensi adalah yang terbesar pada orang dengan usia antara 17-33 tahun, dengan insidensi meningkat pada orang yang berusia 20-24 tahun.
g. Merokok, kontrasepsi oral, pasangan seksual yang banyak, dan usia koitus awal merupakan factor resiko dalam mendapatkan kondiloma akuminata.
h. Umumnya, dua pertiga individu yang mempunyai kontak seksual dengan seorang partner yang mempunyai kondiloma akuminata akan timbul lesi dalam waktu 3 bulan.
j. Keluahan utama biasanya salah satu dari benjolan yang tidak nyeri, pruritus, atau keluar cairan..
Manuaba, IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC. Jakarta;1998.
Bagian obstetri dan ginekologi FK UNPAD. Ginekologi. Elstar Offset. Bandung;1997.
Malik SR, Amin S, Anwar AI. Gonore. In: Amiruddin MD, editor. Penyakit Menular Seksual. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004.
Dalil SF, Maksa WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi menular seksual. Fakultas kedokteran UI;Jakarta;2005.
Penularan penyakit menular seksual umumnya adalah melalui hubungan seksual, sedangkan cara lainnya yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik, ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, dan lain-lain.
Di Amerika Serikat cenderung meningkat 4-5 kali lipat dalam dua dekade terakhir, insidensi tertinggi pada wanita usia 20-30 tahun. Setiap tahun ada 500.000-1.000.000 kasus baru yang ditemukan di Amerika Serikat. Laporan lain telah mencatat bahwa prevalensi penyakit ini empat kali lebih tinggi dalam dua dekade terakhir ini. Laporan dari klinik penyakit menular seksual (PMS) di Inggris, bahwa jumlah kasus baru meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir ini. Di negara Hongkong penyakit ini menduduki peringkat kedua PMS, dan akhir-akhir ini insidensi penyakit ini meningkat terus. Data rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara penyakit penular seksual, sesudah uretritis gonore dan non gonore.
Condyloma accuminatum [Kondiloma akuminata ] juga dikenal sebagai:
1. Kutil kelamin
2. Kutil kemaluan
3. Kutil genital (kutil genitalia)
4. Genital warts
5. Veruka akuminata
6. Venereal wart
7. Jengger ayam
Definisi
Kondiloma akuminata adalah:
1. Tumor pada genitalia yang ditemukan pada laki-laki maupun perempuan dan bersifat lunak seperti jengger ayam.
2. Pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superfisial, terutama di daerah genitalia (kelamin)
3. Penyakit Menular Seksual disebabkan infeksi virus papiloma human (VPH) tipe 6 dan 11. Pertumbuhan nya mula – mula kecil, kemudian cenderung berkelompok dan menyatu membentuk suatu benjolan yang besar yang menyerupai bunga kol [seperti jengger ayam atau brokoli].
Penyebab
Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV). HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger ayam). HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat). HPV tipe 16 dan 18 seringkali berhubungan dengan karsinoma genitalia (kanker ganas pada kelamin). Masa inkubasi Kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). VPH (virus papiloma humanus) masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, sehingga kondiloma akuminata sering timbul di daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual. Pada pria, tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum, dll.
Patofisiologi
Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV. Hal ini berpenetrasi melalui kulit dan menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase virus laten dimulai dengan tidak ada tanda atau gejala dan dapat berakhir hingga bulan dan tahun. Mengikut fase laten, produksi DNA virus, kapsid dan partikel dimulai. Sel Host menjadi terinfeksi dan timbul atipikal morfologis koilocytosis dari kondiloma akuminata. Area yang paling sering terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks, perineum dan perineal. Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx, larynx, dan trachea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah dilaporkan di area lain yang tidak biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple juga sering dan melibatkan keadaan subklinis sebagaimana anatomi yang berdifferensiasi dengan baik. Infeksi subklinis telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan onkogenik.
Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk:
1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
Gejala Klinis
a. Terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam.
b. Terkadang penderita mengeluh nyeri. Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap.
c. Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna. Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis. Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri.
Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan:
1. Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).
2. kolposkopi
merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.
3. Histopatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.
Diagnosis Banding
1. Kondiloma lata atau kondiloma latum (pada sifilis).
2. Moluskum kontagiosum.
3. Veruka vulgaris.
4. Karsinoma sel skuamos
5. Rhabdomyolysis
Masalah lain yang dipertimbangkan
a. Bowen disease
b. Condyloma lata
c. Darier disease
d. Fibroepitheliomas
e. Hailey-Hailey disease
f. Neoplasia
g. Nevi
h. Pearly penile papules
i. Squamous cell carcinoma in situ
j. Vulvar neurofibromatosis
k. Vulvar vestibular papillae
Penatalaksanaan
1. Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin).
2. Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
4. Bedah listrik (elektrokauterisasi).
5. Bedah beku dengan nitrogen cair.
6. Bedah skalpel.
7. Laser karbondioksida.
8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).
a. Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6 minggu atau
dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu.
b. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut.
9. Pada pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi (khitan).
Prognosis
Penyakit ini dapat disembuhkan total, namun kadang – kadang dapat kambuh setelah pengobatan karena adanya infeksi ulang atau timbulnya penyakit yang masih laten. Mengingat virus ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker serviks [kanker mulut rahim], maka jika memang seseorang sudah positif terkena kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan test pap smear juga. Test ini juga dianjurkan bagi wanita paling tidak setiap 1 tahun setelah aktif secara seksual.
Tahukah Anda
a. Mortalitas merupakan hal sekunder terhadap perubahan maligna menjadi karsinoma pada pria dan wanita.
b. Infeksi HPV tampak untuk menjadi lebih sering dan memburuk pada pasien dengan variasi tipe defisiensi imun. Angka rekurensi, ukuran, ketidaknyamanan dan risiko dari perkembangan onkologis merupakan yang tertinggi di antara pasien ini. Infeksi sekunder adalah hal yang tidak biasa.
c. Kesakitan laten menjadi lebih aktif selama kehamilan. Vulva kondiloma akuminata dapat berkaitan dengan parturitas. Trauma kemudian dapat muncul, menghasilkan krusta atau eritema. Perdarahan telah dilaporkan pada lesi yang besar yang dapat timbul selama kehamilan.
c. Pada pria, perdarahan telah dilaporkan sesuai datarnya meatus uretra penis, biasanya dikaitkan dengan HPV-16. Akhirnya, obstruksi uretra akut pada wanita juga dapat timbul.
d. Kedua jenis kelamin dapat rentan terhadap infeksi.
e. Penyakit tambahan dapat menjadi lebih sering pada pria (dilaporkan pada 75% pasien).
f. Prevalensi adalah yang terbesar pada orang dengan usia antara 17-33 tahun, dengan insidensi meningkat pada orang yang berusia 20-24 tahun.
g. Merokok, kontrasepsi oral, pasangan seksual yang banyak, dan usia koitus awal merupakan factor resiko dalam mendapatkan kondiloma akuminata.
h. Umumnya, dua pertiga individu yang mempunyai kontak seksual dengan seorang partner yang mempunyai kondiloma akuminata akan timbul lesi dalam waktu 3 bulan.
j. Keluahan utama biasanya salah satu dari benjolan yang tidak nyeri, pruritus, atau keluar cairan..
Manuaba, IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC. Jakarta;1998.
Bagian obstetri dan ginekologi FK UNPAD. Ginekologi. Elstar Offset. Bandung;1997.
Malik SR, Amin S, Anwar AI. Gonore. In: Amiruddin MD, editor. Penyakit Menular Seksual. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004.
Dalil SF, Maksa WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi menular seksual. Fakultas kedokteran UI;Jakarta;2005.
JAHATNYA SI KENCING NANAH (GONORE)
Penyakit ini mempunyai insidens yang tinggi dibanding penyakit menular seksual lainnya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah “kencing nanah”.
Selama beberapa abad, bermacam nama telah digunakan untuk mendeskripsikan infeksi yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae ini, diantaranya; ‘strangury’ yang digunakan oleh Hipocrates, penamaan gonore sendiri diberikan oleh Galen (130 SM) untuk menggambarkan eksudat uretra yang sifatnya seperti aliran air mata (flow of seed) dan M. Neisser, dikenalkan oleh Albert Neisser, yang menemukan mikroorganisme tersebut pada tahun 1879 dari pewarnaan apusan yang diambil dari vagina, uretra dan eksudat konjungtiva. Kultur dari bakteri N. gonorrhoeae dilaporkan pertama kali oleh Leistikow dan Loffler pada tahun 1882 dan dikembangkan pada tahun 1964 oleh Thayer dan Martin yang menemukan tempat biakan selektif pada media agar khusus. Media Thayer-Martin merupakan media yang selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
N. gonorrhoeae tidak mengenal ras, sosial ekonomi atau kondisi geografis. Laki-laki, wanita baik dewasa maupun anak-anak dapat tertular penyakit ini. Penyebaran infeksi ini secara global didukung oleh kebiasaan manusia berpindah tempat yang turut meningkatkan faktor resisten.
Epidemiologi
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara populasi wanita pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per 100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000). Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada tiap – tiap negara berkembang. Di Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang menderita pada tahun 1970. Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita, pada tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar 31/100.000 orang yang menderita. Di Amerika Serikat, insiden dari kasus gonore mengalami penurunan. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap tahunnya.
Definisi
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva) dan bagian tubuh yang lain.
Etiologi
Gonore disebabkan oleh gonokok yang dimasukkan ke dalam kelompok Neisseria, sebagai Neisseria Gonorrhoeae. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 u, panjang 1,6 u, dan bersifat tahan asam. Kuman ini juga bersifat negatif-Gram, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 derajat C, dan tidak tahan zat desinfektan. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.
Gambaran klinik
Pada pria
1. Masa tunas gonore sangat singkat, umumnya berlangsung 2-5 hari.
2. Kuman yang ada di uretra menimbulkan uretritis. Paling banyak uretritis anterior akuta.
3. Keluhan berupa rasa gatal
4. Panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium distal eksternum
5. Disuria
6. Polakisuria
7. Keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang disertai darah
8. Nyeri pada waktu ereksi
9. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum kemerahan, edema, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
Pada wanita
1. Masa tunas sulit untuk ditemukan karena pada umumnya asimtomatik, gejala awal bisa timbul pada waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
2. Pada wanita, penyakit akut atau kronik jarang ditemukan gejala subjektif dan objektifnya.
3. Infeksi pada wanita, pada mulanya henya mengenai serviks uteri
4. Keluhan: kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah, demam, keluarnya cairan dari vagina, nyeri ketika berkemih dan desakan untuk berkemih.
5. Pada pemeriksaan serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen, duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servitis akut.
Komplikasi
Pada pria
a. Tisonotis (radang kelenjar tyson)
b. Para uretritis
c. Littritis (radang kelenjar littre)
d. Cowperitis (radang kelenjar cowper)
e. Prostatitis
f. Vesikulitis
g. Funikulitis
h. Epididimitis
i. Infertilitas
j. Trigonitis
Pada wanita
a. Infeksi pada serviks (servisitis gonore)
b. Salpingitis (penyakit radang panggul)
c. Infertilitas
d. Infeksi pada uretra dapat terjadi para uretritis
e. Pada kelenjar Bartholin (bartholinitis)
f. adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat infeksi gonokokkus pada wanita hamil
g. adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu
pada janin dan bayi baru lahir
a. kebutaan, untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore
b. pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah
c. penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan.
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum penderita. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore bias menyebabakn gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan pembantu.
Pemeriksaan Khusus
a. Eksudat untuk diplokok intraselular gram-negatif
b. Biakan pada media khusus
c. Pemeriksaan antibodi fluoresensi
d. Biakan dan kanalis ani pada pria homoseksual
e. Biakan dan serviks pada wanita
f. Biakan dan faring pada kasus-kasus yang dicurigai terjadi kontak orogenital
g. Tes serologik untuk sifilis
Pengobatan
Antibiotik adalah pengobatan untuk gonore. Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati sesegera mungkin bila terdiagnosis gonore. Hal ini berlaku untuk pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual terakhir bila selama 2 bulan ini tidak ada aktivitas seksual. Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonorrhea, membasmi N.gonorrhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala, dan mengurangi kemungkinan terjadinya gejala sisa.
Pilihan utama adalah penisilin + probenesid. Antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore, antara lain:
1. Amoksisilin 2 gram + probenesid 1 gram, peroral
2. Ampisilin 2-3 gram + probenesid 1 gram. Peroral
3. Azitromisin 2 gram, peroral
4. Cefotaxim 500 mg, suntikan Intra Muskular
5. Ciprofloxacin 500 mg, peroral
6. Ofloxacin 400 mg, peroral
7. Spectinomisin 2 gram, suntikan Intra Muskular
Obat-obat tersebut diberikan dengan dosis tunggal.
Pengobatan pada situasi khusus, misalnya:
Hamil/menyusui
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai infeksi C. trachomatis.
Pencegahan
a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi.
b. Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini
c. hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
d. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan
e. wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar
f. Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.
Sumber:
Manuaba, IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC. Jakarta;1998.
Bagian obstetri dan ginekologi FK UNPAD. Ginekologi. Elstar Offset. Bandung;1997.
Malik SR, Amin S, Anwar AI. Gonore. In: Amiruddin MD, editor. Penyakit Menular Seksual. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004.
Dalil SF, Maksa WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi menular seksual. Fakultas kedokteran UI;Jakarta;2005.
Selasa, 26 Januari 2010
HAMIL DENGAN HEPATITIS B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B", suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia. Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.
Diagnosis
Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA rantai ganda yang merupakan penyebab hepatitis akut pada kehamilan yang paling sering. Masa inkubasi dari waktu terpapar sampai muncul gejala adalah 6 minggu sampai 6 bulan. Di Amerika Serikat sebagian besar infeksi terjadi akibat hubungan seksual. Penyakit ini dapat terjadi dalam bentuk akut, subklinis dan kronik. Hepatiti B akut mempuyai gejala klinis yang hampir sama dengan hepatitis A akut. HBV ditemukan pada darah, cairan semen, air liur, air susu ibu, dan cairan amnion. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual, penggunaan obat jarum suntik yang terkontaminasi, akupuntur, tato dan transfusi darah. Sekitar setengah infeksi HBV akut adalah simptomatik pada orang dewasa dimana 1% kasus menjadi gagal hati akut dan mati. Seseorang dengan infeksi akut memperlihatkan gambaran kehilangan nafsu makan, mual, muntah, panas, sakit perut dan ikterus.
Karateristik serologi hepatitis B adalah kompleks tapi telah diketahui dengan baik. Antigen permukaan virus (HBsAg) dapat dideteksi dengan cepat setelah terjadi infeksi, meninggi dalam serum pada permulaan penyakit, dan tidak terdeteksi pada kebanyakan kasus selama beberapa minggu setelah masa penyembuhan. Jika HBsAg tetap ada setelah 6 bulan, dipertimbangkan bahwa penderita menjadi chronic carrier dari antigen.
Segera setelah antigen permukaan terdeteksi, antibodi terhadap inti protein virus terbentuk (HBcAb) dan umumnya antibodi ini tetap ada untuk seumur hidup. Antibodi terhadap antigen permukaan (HBsAb) tidak terdeteksi setelah beberapa minggu sesudah resolusi HBsAg. Antigen E (HBeAg) muncul dalam serum segera setelah HBsAg dan, setelah kira-kira 2 minggu menghilang, diikuti dengan munculnya antibodi terhadap antigen E (HBeAb). Antibodi ini berhubungan erat dengan aktivitas polimerase DNA dalam inti virus dan menandakan tingginya resiko terinfeksi. Munculnya HbeAb maternal berhubungan dengan kira-kira 90% resiko transmisi perinatal.
Dibandingkan virus AIDS (HIV), virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN).
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5).
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktifitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain. Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning. Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Penularan
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan. Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama serta hubungan seksual dengan penderita.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima terkena reaktif Hepatitis, Sipilis terlebih-lebih HIV/AIDS. Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit ini.
Bagaimana Perawatannya
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang baik.
Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik (menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Saat ini ada beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini. Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator sistem kebal seperti Interferon Alfa.
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa), sambiloto (Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus urinaria), daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput mutiara (Hedyotis corymbosa), pegagan (Centella asiatica), buah kacapiring (Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang (Taraxacum officinale).
Infeksi hepatitis pada ibu hamil
Merupakan masalah yang serius. Infeksi hepatitis B ditularkan melalui cara horizontal yaitu melalui parenteral dengan terpapar darah, semen, sekresi vagina, saliva dan vertikal ibu ke janin. Penularan secara vertikal dapat melalui beberapa cara yaitu melaui plasenta, kontaminasi darah selama melahirkan, transmisi fekal-oral pada masa puerperium atau permulaan partus, transmisi melalui laktasi (Akbar,1996; Reinus,1999; Cunningham,2001).
Pengaruh Hepatitis B Terhadap Janin/Neonatus
3,5 % Risiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga atau masa nifas ; dan risiko ini jauh lebih rendah (5-10%) jika ibu terinfeksi pada awal kehamilan. Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran atau melalui kontak ibu bayi, daripada secara transplasental.
Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda infeksi ikterus ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Status carrier ini dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang terinfeksi, 60% pada anak < 5 tahun dan 2%-6% pada dewasa. Diantaranya, seseorang dengan infeksi kronik HBV, risiko kematian dari sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15% - 25%. Infeksi HBV bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat insidens berat lahir rendah yang lebih tinggi diantara bayi-bayi dengan ibu yang menderita infeksi akut selama hamil. Pada satu penelitian hepatitis akut maternal (tipe B atau non-B) tidak mempengaruhi insidens dari malformasi kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan peningkatan insidens prematuritas. Antepartum
Infeksi hepatitis B kadang tidak disadari karena hanya menimbulkan demam ringan. Hanya 30% penderita yang mengalami kuning, mual, muntah, dan nyeri perut kanan atas. Oleh karena itu, diagnosis ditegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah yang spesifik untuk hepatitis B (HbsAg, anti-HBs) dan fungsi hati yaitu enzim SGOT dan SGPT. Infeksi hepatitis B tidak menyebabkan kematian atau kecacatan pada janin. Namun infeksi saat kehamilan kerap berkaitan dengan berat lahir rendah dan lahir prematur. Penularan ke bayi lebih besar terjadi jika ibu terinfeksi pada trimester ke tiga, yaitu 10% pada trimester pertama dan 60-90% pada trimester ketiga.
Yang harus dilakukan oleh ibu hamil
a. Mendapat kombinasi antibodi pasif (immunoglobulin) dan imunisasi aktif vaksin hepatitis B. b. Tidak minum alkohol
c. Menghindari obat-obatan yang hepatotoksis seperti asetaminofen yang dapat memperburuk kerusakan hati
d. Tidak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan. Tidak menggunakan alat pribadi yang dapat terpapar darah dengan orang lain
e. Menginformasikan pada dokter anak, dokter Kebidanan dan bidan bahwa mereka carrier hepatitis B, Memastikan bahwa bayi mereka mendapat vaksin hepatitis B waktu lahir, umur 1 bulan, dan 6 bulan.
f. Kontrol sedikitnya setahun sekali ke dokter
g. Mendiskusikan risiko penularan dengan pasangan mereka dan mendiskusikan pentingnya konseling dan pemeriksaan
Persalinan
Walaupun persalinan secara seksio sesarea sudah dianjurkan dalam arti untuk penurunan transmisi HBV dari ibu ke anak, jenis persalinan ini tidak berarti secara bermakna dapat menghentikan transmisi HBV. Tetapi seksio sesarea sangat disarankan oleh Centers for Disease Control (CDC) dan American College of Obstetricians and Ginyecologists (ACOG).
Bayi baru lahir
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik) harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis B.
Apakah boleh menyusui
Dengan imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak memperlihatkan risiko tambahan untuk penularan dari carrier virus hepatitis B Asalkan bayi sudah mendapatkan HBIG dan vaksin hepatitis B selama 12 jam pertama kelahiran, maka ibu dapat menyusui tanpa khawatir si kecil tertular. Awasi juga keadaan puting ibu, agar tidak terluka atau lecet. Setiap ibu selesai menyusui, puting susu dibersihkan dengan air hangat tanpa sabun. Sabun dapat membuat kulit kering dan mudah luka.
Prevalensi
HbsAg pada wanita hamil di perkotaan pada bangsa kulit putih non hispanik sebesar 0,60%, kulit hitam non hispanik 0,97 %, hispanik 0,14 % dan bangsa Asia 5,79 %. Insiden batu empedu selama kehamilan meningkat. Pada suatu penelitian di Italia dengan pemeriksaan ultrasound didapatkan lebih dari 40 % wanita hamil mengidap batu empedu. Hal ini dihubungkan dengan hasil lithogenik peningkatan saturasi kolesterol dan penurunan asam deoksiribonukleik pada kandung empedu selama periode tingginya konsentrasi estrogen dan pengurangan fungsi pengosongan kandung empedu selama kehamilan. Setiap tahun di Amerika Serikat diperkirakan 250.000 orang, terinfeksi virus Hepatitis B, tiga puluh lima ribu diantaranya anak-anak, sekitar 5.000 orang meninggal karenanya. Diseluruh dunia, 350 juta orang terinfeksi kronis, menyebabkan 1 sampai 2 juta kematian tiap tahunnya. Penularan perinatal dari ibu pengidap HBs Ag kepada anaknya merupakan jalur transmisi penting untuk terjadinya kronisitas infeksi. Pada tinjauan kasus ini kami akan membahas penanganan seorang penderita Hepatitis B Akut dengan kehamilannya.
Siapa yang harus menjalani pemeriksaan
1. Semua wanita hamil saat ANC pertama kali harus di cek HBsAg.
2. Setiap wanita yg akan melahirkan yang tidak menjalani pmeriksaan HBsAg saat kunjungan ANC-nya.
3. Lebih dari 90% dari perempuan ditemukan HBsAg positif pada rutin pemutaran film akan
4. Semua rentan kontak (termasuk semua anggota keluarga) dengan panel hepatitis B (HBsAg, antiHBc, antiHBs).
5. Skrining dan vaksinasi yang rawan kontak harus dilakukan
Rekomendari untuk perempuan
Advisory Committee on Immunization Practice, mereka merekonmendasikan semua perempuan hamil diperiksa HbsAg pada masa kehamilan awal. Setiap bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif atau ibu yang HbsAg-nya tidak diketahui, harus mendapat vaksin hepatitis B dan HBIG (hepatitis B Immunoglobulin). Booster vaksin hepatitis B kemudian diberikan dua kali yaitu saat bayi berusia 1 bulan dan usia 3-6 bulan. Setelah vaksin diberikan lengkap, maka pada usia 9-18 bulan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan HbsAg dan anti-HBs. Bila pemeriksaan anti-HBs dilakukan sebelum usia 9 bulan, bisa jadi anti-HBS positif akibat pemberian HBIG dan bukan antibodi yang dihasilkan oleh si bayi.
Cunningham, at All, Obstetri William 21th , EGC, Jakarta, 2005
Berbagai sumber
MENJAHIT LASERASI JALAN LAHIR
Robekan perineum bisa terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan selanjutnya. Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.
Memeriksa laserasi jalan lahir
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet. Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
4. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum.
Bila laserasi jalan lahir berada pada derajat III dan IV: Rujuk segera
Tujuan dari penjahitan perlukaan perineum atau akibat episiotomi adalah :
1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan perlukaan sehingga proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan.
2. Untuk menghentikan perdarahan yang terjadi akibat perlukaan yang menyebabkan pembuluh darah terbuka.
Langkah-langkah penjahitan robekan perineum A. Persiapan Alat
1. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
a. Wadah berisi :
Sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
b. Kapas DTT
c. Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT
d. Patahkan ampul lidokain
2. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur
3. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4. Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
5. Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun pada air mengalir
6. Pakai satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
7. Ambil spuit dengan tangan yang berasarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan
letakkan kembali ke dalam wadah DTT
8. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada tangan sebelah kiri
9. Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
10. Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua.
B. Anestesi Lokal Keuntungan Anestesi Lokal
1. Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).
2. Bidan lebih leluasa dalam penjahitan.
3. Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).
4. Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).
5. Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %. Tidak Dianjurkan Penggunaan
Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis jaringan).
Lidocain dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidocain dan memperpanjang efek
kerjanya).
Tindakan Anastesi Lokal
1. Beritahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu bagian sudut bahwa vulva.
3. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
4. Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka daerah perineum
5. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik sepanjang luka pada mukosa vagina
6. Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
C. Penjahitan Laserasi pada Perineum
1. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.
2. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen
3. Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
4. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
5. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler
6. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang cincin himen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya
7. Masukkan jari ke dalam rektum
8. Periksa ulang kembali pasa luka
9. Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang diinginkan
10. Beri ibu informasi kesehatan tentang :
a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
c. Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 x per hari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
MACAM – MACAM JAHITAN A. Jahitan Kulit 1. Jahitan interrupted :
a. Jahitan simple interrupted (Jahitan satu demi satu)
Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak digunakan. Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap jahitan, semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.
b. Jahitan Matras 1) Jahitan matras vertikal
Jahitan jenis ini digunakan jika tepi luka tidak bisa dicapai hanya dengan menggunakan jahitan satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lemak subkutisnya dan tepi satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lunak subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk ke dalam. 2) Jahitan matras horizontal
Jahitan ini digunakan untuk menautkan fasia dan aponeurosis. Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena membuat kulit diatasnya terlihat bergelombang
c. Jahitan Continous 1) Jahitan jelujur : Mudah dipelajari, tidak nyeri, sedikit jahitan, lebih cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan jahitan terputus. Kelemahannya jika benang putus / simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka.
2) Jahitan interlocking, feston
3) Jahitan kantung tembakau (tabl sac)
2. Jahitan Subkutis a. Jahitan continous : jahitan terusan subkutikuler atau intrademal. Digunakan jika ingin dihasilkan hasil yang baik setelah luka sembuh. Juga untuk menurunkan tengan pad aluka yang lebar sebelum dilakukan penjahitan satu demi satu.
b. Jahitan interrupted dermal stitch
3. Jahitan Dalam
Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat dari guntingan sarunga tangan fungsi dren adalah mengelirkan cairan keluar berupa darah atau serum.
Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan penjahitan.
2. Menggunakan sedikit jahitan.
3. Menggunakan selalu teknik aseptik.
4. Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.
PERAWATAN LUKA HEATING PERINEUM a. Penanganan Komplikasi
1. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan. Jika tidak ada tanda infeksi dan perdarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.
2. Jika terdapat infeksi, buka dan drain luka
1) Lalu berikan terapi ampisilin 500 mg per oral 4 x sehari selama 5 hari
2) Dan metronidazol 400 mg per oral 3 x sehari selama 5 hari
b. Perawatan Pasca Tindakan
1. Apabila terjadi robekan tingkat IV (Robekan sampai mukosa rektum), berikan anti biotik profilaksis dosis tunggal
Ampisilin 500 mg per oral dan metronidazol 500 mg per oral
2. Observasi tanda-tanda infeksi
3. Jangan lakukan pemeriksaan rektal selama 2 minggu
4. Berikan pelembut feses selama seminggu per oral
Informasi kesehatan untuk ibu
Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang diberikan diantaranya :
1) Menjaga daerah vulva dan perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih.
2) Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.
3) Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin.
4) Menyarankan ibu mengkonsumsi nutrisi dan makanan bernilai gizi tinggi.
5) Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh, atau sedikitnya minum 8 gelas sehari.
6) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu setelah melahirkan untuk memeriksa luka jahitan.
Referensi
Dep.Kes RI. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta; 2004
Mochtar, R. Sinopsis Obstetri, Edisi 2 Jilid 1, EGC, Jakarta; 1998
Pusdiknakes. Buku 3 Asuhan Intrapartum, Jakarta; 2003
Sarwono P. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, YBP SP, Jakarta; 2003
Lusa.web dan ayurai.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)