Kamis, 24 November 2011

Terapi Sulih Hormon Bisa Hambat Kanker Payudara

Terapi sulih hormon yang kerap dianggap meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita, sebaliknya justru terbukti dapat mengurangi risiko kanker tersebut. Terutama pada wanita yang memiliki mutasi gen tertentu yang berkaitan dengan penyakit ganas tersebut. Demikian diungkap peneliti dari Amerika Serikat, baru-baru ini.

Dr. Steven Narod dari Women's College Hospital di Toronto memandang, terapi sulih hormon pada wanita yang akan memasuki masa menopauce (postmenopause) dengan mutasi gen BRCA1 menunjukan adanya peningkatan yang signifikan dalam menghambat pertumbuhan kanker seperti dilansir kantor berita Reuters, belum lama ini.

Di antara 472 wanita dari sembilan negara, mereka yang menjalani terapi sulih hormon terbukti 42% dapat menurunkan stadium kanker payudara dibandingkan mereka yang tidak. Hal itu dilaporkan oleh Narod dan tim peneliti dalam Journal of the National Cancer Institute.

Banyak wanita dengan mutasi BRCA1 memilih untuk mengangkat indung telur untuk mengurangi risiko meningkatnya kanker payudara. Namun, bagi mereka yang sudah menopause lebih dianjurkan untuk menjalani proses operasi karena terapi hormon pada wanita menopause dapat menyebabkan gejala-gejala seperti rasa panas dan insomnia.

Pada penelitian sebelumnya, ada peringatan mengenai terapi sulih hormon yang cukup keras. Peringatan itu berkaitan dengan efek samping yaitu meningkatkan risiko kanker payudara, stroke, dan gangguan jantung lainnya.

Tetapi, risiko kanker payudara pada wanita postmenopause dengan mutasi gen BRCA1 tidak terlihat jelas. Demikian dijelaskan Narod.

Dia mengatakan, penemuan itu seharusnya bisa menjadi jalan keluar yang melegakan hati wanita dengan mutasi gen, yang menginginkan indung telur mereka diangkat sebelum menopause untuk menurunkan risiko pertumbuhan kanker payudara atau kanker rahim. Namun, sebagian wanita kuatir jika menjalani terapi sulih hormon akan merasakan gejala-gejala yang timbul sesudahnya.

"Sebenarnya pada saat saya praktek di Women's College Hospital di Toronto, tidak ada keraguan apapun mengenai terapi sulih hormon pada wanita muda yang memiliki mutasi gen BRCA1 dan mengenai operasi pada wanita menopause," jelas Narod.

"Kami juga meninginkan manfaat pengangkatan ovarium melalui operasi dalam rangka pencegahan kanker untuk mempertahankan qualitas hidup yang baik. Dan kami pikir cara yang terbaik untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik dengan terapi sulih hormon," Narod menambahkan.

Terapi sulih hormon dapat dilakukan dengan terapi estrogen saja atau gabungan estrogen dan progesteron, yaitu terapi hormon sintetis dengan efek samping tertentu seperti efek samping terapi progesteron.

Narod tidak menemukan adanya perbedaan penurunan resiko antara terapi hormon estrogen ataupun estrogen-progesteron.

Namun tidak semua orang yakin akan hal ini. Dua orang ahli yang menulis komentar mengenai maslah itu dalam jurnal yang sama dan ikut serta dalam penelitian mengatakan, mereka memberikan fakta-fakta untuk keamanan tapi tidak cukup terpercaya dalam laporan rutin harian.

"Hasilnya, harus ada informasi lanjutan yang bijaksana dan jelas mengenai terapi sulih hormon kepada perempuan dengan mutasi gen BRCA1 yang memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara," ujar Dr. Rowan Chlebowski dari Universitas California, Los Angeles dan Ross Prentice dari lembaga penelitian kanker the Fred Hutchinson di Seattle.
republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar