11 HAL TENTANG MAKANAN BAYI
Setelah si kecil mulai mendapat MPASI, begitu banyak ragam bahan makanan yang bisa diberikan. Berikut 11 makanan yang paling "akrab" dengan bayi disertai penjelasan dr. Purnamawati S. Pujiarto, Sp.A(K).
1.Oatmeal/bubur gandum untuk bayi
Bubur gandum/oatmeal merupakan sumber karbohidrat. Makanan yang mengandung serat, fitokemikal, vitamin, mineral, protein dan juga rendah lemak ini baik untuk kesehatan, termasuk kesehatan bayi. Kandungan seratnya baik untuk pencernaan karena mencegah konstipasi/sembelit dan sifat seratnya yang larut dalam air akan menurunkan kadar kolesterol, serta mampu "mengatur" penyerapan karbohidrat yang baik untuk penderita diabetes. Bahkan oatmeal mengandung substansi untuk mencegah kanker. Oatmeal juga membuat lambung terasa penuh untuk jangka waktu cukup panjang.
Bayi bisa diberikan oatmeal sejak berusia 7 bulan. Rebus serpihan gandumnya sebentar dengan sedikit air hingga lembut. Bubur gandum untuk bayi bisa disajikan plain (apa adanya) atau dicampur dengan susu atau buah, bisa juga dibuat kue camilan. Namun, gandum yang merupakan bahan oatmeal mengandung gluten yang pada sebagian bayi dapat memicu alergi.
2. Mi, kentang, pasta, umbi-umbian
Makanan bayi tak harus berupa nasi tim saja. Bisa dimulai pemberiannya pada usia 6 atau 7 bulanan (saat dimulainya pemberian MPASI). Sumber karbohidrat lain seperti mi beras dan terigu, kentang, ubi, jagung, roti gandum, atau pasta boleh saja diberikan. Namun dalam pengolahannya hindari bumbu yang berlebihan terutama bumbu yang berasal dari kemasan mi instan (lihat Aturan Pemberian Bumbu).
3. Daging ayam
Manakah yang lebih baik, daging ayam kampung atau ayam negeri? Sebenarnya baik daging ayam kampung maupun ayam negeri sama baiknya, selama ayam itu sehat. Ada anggapan ayam kampung lebih baik daripada ayam negeri karena hidup ayam kampung relatif lebih alamiah ketimbang ayam negeri yang banyak diberi suntikan hormon, vaksin dan lainnya.
Perlu dicermati, sebagian besar sapi, ayam, dan binatang peliharaan lain juga diternakkan dalam kondisi "factory-like" atau dalam jumlah besar dan secara rutin diberi antibiotik dosis rendah melalui makanan atau air minumannya. Di Amerika Serikat diperkirakan 70% antibiotik dipergunakan untuk hewan ternak. Hal ini potensial menyuburkan kuman yang resisten terhadap antibiotik. Sebagian bakterinya ini bisa menyebar melalui daging yang dimasak tidak sampai matang.
Residu bahan-bahan kimia pada daging ternak terkonsentrasi pada lemak dan kulit. Untuk memperkecil risiko dampak buruknya, buang lemak dan kulit dari daging ternak sebelum memasaknya.
4. Ikan air tawar atau ikan laut?
Selain tinggi protein, ikan memiliki kandungan lemak tak jenuh yang sangat bermanfaat bagi pembentukan otak bayi. Ikanbaik ikan air tawar maupun ikan laut seperti tuna, tengiri, makarel, dan kakap besardapat diberikan kepada bayi usia 9 bulan ke atas. Pengolahannya bisa ditim, dipanggang, ditumis, atau dipepes. Cara pengolahan seperti ini relatif paling "aman" karena nilai gizi ikan hanya akan berkurang sedikit. Sementara cara pengolahan ikan dengan direbus atau digoreng berisiko menghilangkan mineral-mineral yang terkandung pada ikan karena larut dalam air atau minyak yang digunakan.
5. Telur ayam
Telur merupakan makanan kaya protein. Namun, pemberian telur kepada bayi terutama bagian putihnya, sering memicu alergi. Jadi kalaupun ingin menyajikan menu telur berikan kuning telurnya saja, itu pun setelah bayi usia 7 bulan. Sementara putih telur umumnya direkomendasi baru setelah usia bayi di atas 9 bulan.
Telur bisa disajikan dalam bentuk sup (telur dikocok lalu dimasukkan ke dalam air rebusan sup ayam atau sup lainnya). Atau rebuslah telur, lalu kuningnya dijadikan campuran tumis sayuran. Puding bayi pun dapat diperkaya kandungan gizinya dengan penambahan susu dan kuning telur.
6. Buah
Buah yang paling sering diberikan kepada bayi di awal pemberian MPASI adalah pisang. Namun, bukan berarti pisang adalah buah terbaik. Kebiasaan ini semata-mata terbentuk karena meniru begitu saja apa yang dilakukan kebanyakan orangtua dulu. Padahal banyak alternatif buah yang dapat diberikan, seperti pepaya, pir, apel, melon, semangka, mangga, avokad, dan jeruk. Sampai usia 7 bulan sebaiknya buah, kecuali avokad, diberikan setelah dikukus sebentar atau direbus dengan sedikit air, lalu dilumatkan menjadi seperti saus dengan atau tanpa susu.
7. Keju
Keju merupakan olahan dari susu dan termasuk dairy product yang dapat diberikan kepada bayi mulai usia 7 atau 8 bulan. Kandungannya tidak berbeda jauh dari susu ternak, yakni protein, lemak, vitamin, dan mineral. Olahan keju bisa dicampurkan ke dalam porsi makanan bayi bisa dengan cara diparut. Baik untuk menambahkan rasa gurih yang bermanfaat pada makanan bayi. Gunakan secukupnya atau kira-kira seukuran dadu dengan panjang, lebar, dan tinggi 1/2 ukuran kartu domino.
8. Madu
Beberapa zat yang terkandung dalam madu adalah fruktosa (gula buah), protein, vitamin, dan mineral. Soal boleh tidaknya pemberian madu pada bayi masih memunculkan kontroversi. Penelitian modern menemukan, madu asli (yang diambil langsung dari sarang lebah tanpa diolah lagi) ternyata mengandung kuman clostridium botulinum yang dibawa oleh kaki-kaki tawon. Spora dari clostridium botulinum ini bisa hidup dalam tubuh bayi dan menyebabkan infantile botulism dengan gejala panas, kembung, dan kejang. Penyakit ini amat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. Itulah mengapa, terutama madu asli (yang masih mengandung lilin) amat tidak disarankan bagi bayi.
Untuk amannya, jangan memberikan madu sampai anak berusia 2 tahun. Tanpa madu pun bayi tak akan merugi. Bayi justru bisa merugi kalau diberi madu karena bisa menimbulkan keracunan botulism.
9. Yoghurt
Selain dari susu segar, yoghurt juga dapat dibuat dari susu skim (susu tanpa lemak) yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu tergantung pada kekentalan produk yang diinginkan. Yoghurt boleh diberikan sejak bayi berusia 7 atau 8 bulan. Itu pun yoghurt yang memang dibuat khusus agar dapat dikonsumsi bayi, bukan sembarang yoghurt. Banyaknya sekitar 25 ml per hari. Setelah berusia setahun barulah anak dapat mengonsumsi semua jenis yoghurt dan menikmati manfaatnya sebagai sumber protein, kalsium, fosfor, dan lemak.
Yoghurt sebenarnya tidak berbeda jauh dengan susu karena pada dasarnya yoghurt adalah susu yang difermentasi dengan memasukkan bakteri lactobacillus, yaitu bakteri baik yang ada di saluran cerna dan ASI. Penambahan ini membuat asam dan laktosa (gula susu) terurai dan tekstur susu pun berubah jadi menggumpal.
Untuk konsumsi bayi, pilih yoghurt murni (tanpa penambahan rasa apa pun termasuk rasa buah). Kemudian campurkan dengan buah asli seperti mangga, pisang, stroberi, kiwi, melon, avokad atau pepaya yang dihaluskan (dilumat atau diblender).
Konsumsi yoghurt juga baik dilakukan di saat bayi mengalami diare serta membantu bayi yang menderita intoleransi terhadap laktosa. Laktosa susu pada yoghurt yang sudah dipecah oleh bakteri baik melalui proses fermentasi jadi mudah diserap pencernaan. Itulah mengapa yoghurt amat disarankan sebagai pengganti susu bagi anak yang tidak mampu mencerna laktosa dengan baik. Dengan minum yoghurt, anak terhindar dari diare akibat intoleransi laktosa. Selain itu, mengonsumsi yoghurt secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan saluran pencernaannya.
10. Es krim
Es krim boleh diberikan untuk bayi di atas 6 bulan sebagai camilan karena kandungan gizinya sama dengan susu. Rasa yang dipilih boleh apa saja; vanila, cokelat, stroberi dan lainnya tergantung pada selera bayi. Orangtua juga bisa membuat es krim sendiri dengan bahan bubur kacang hijau dicampur susu dan diblender kemudian dibekukan dan diblender lagi. Bayi juga menyukai fruit milk shake dari buah dengan es krim vanila dan susu yang diblender.
11. Aneka makanan botol siap saji
Kandungan gizi produk makanan bayi siap saji (umumnya produk impor dan dikemas dalam botol kecil-kecil) sudah diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan gizi bayi. Boleh saja diberikan kepada bayi dalam keadaan "emergensi" (umpamanya saat bepergian). Untuk sehari-hari, buatlah makanan rumah dari bahan lokal. Selain lebih murah, juga lebih mudah, sehat, dan segar.
ATURAN PEMBERIAN BUMBU PADA MAKANAN BAYI
Masakan tim untuk bayi usia 9 bulan ke atas sudah boleh diberi bumbu masak alami. Contoh bumbu alami adalah bawang bombai, bawang merah, bawang putih, bawang daun, seledri, salam, serai, daun jeruk, kemangi, lengkuas, kunyit, kencur, dan lainnya.
Namun, garam sebaiknya tidak diberikan kepada bayi di bawah 1 tahun karena bisa memperberat kerja ginjalnya. Lagi pula kebutuhan natrium yang terkandung dalam garam sudah tercukupi lewat makanan. Lada atau merica, sebaiknya tidak diberikan dulu karena rasanya yang pedas.
Pemberian gula pun harus hati-hati karena bila terlalu banyak bisa mengganggu pencernaan bayi (mencret) atau pada anak yang sudah punya gigi akan mempermudah kemungkinan kerusakan gigi.
Jadi, perlu diketahui, sebetulnya pemberian gula dan garam tidak menambah kandungan nutrisi dalam makanan. Malah akan membuat anak jadi terbiasa dengan makanan manis atau asin di kemudian hari yang merupakan kebiasaan kurang sehat.
Hindari pula bumbu masak artifisial seperti vetsin atau penyedap rasa lain yang umumnya mengandung monosodium glutamat (MSG), zat pengawet, maupun pewarna karena tak bermanfaat, bahkan dapat merugikan kesehatan bayi.
(tabloit nikita.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar