Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh virus. Ada beberapa macam jenis virus yang menyebabkan demam berdarah, namun untuk Negara Indonesia hanya dikenal 2 jenis virus yakni virus chikungunya dan dengue. Terjangkitnya demam berdarah disebabkan oleh virus dengue. Oleh sebab itu, masyarakat kita banyak yang mengenal penyakit demam berdarah dengan sebutan demam berdarah dengue.
Hal utama yang sangat diperlukan oleh penderita demam berdarah dengue adalah cairan. Asupan cairan yang diberikan pada pasien tidak harus minuman khusus, seperti jus jambu, dll. Yang paling penting cairan itu mudah diserap oleh tubuh.
Gejala demam yang dialami oleh penderita DBD atau demam berdarah tidak mempunyai ciri khas tertentu. Oleh sebab itu, pertolongan pertama yang perlu dilakukan pada pasien demam adalah memilih obat demam yang akan diberikan pada pasien DBD.
Menurut, dr. Marisa Melisa, dari Medical Marketing Glaxo Smith Kline bahwa, “Obat penurun panas itu ada banyak golongannya, tapi yang sering dipakai itu ada tiga golongan obat, yaitu paracetamol, ibuprofen, dan asetosal. Ini bukan merek, tapi nama-nama bahan aktif. Ketiga obat tersebut, secara klinis memiliki tingkat efektivitasnya sama, tapi dalam hal safety, paling aman adalah paracetamol.”
WHO sudah menyetujui paracetamol sebagai obat penurun panas yang aman dikonsumsi oleh ibu hamil serta menyusui. Penggunaan paracetamol di saat lambung kosong juga masih aman. Kesimpulannya, obat penurun panas dengan kandungan bahan aktif paracetamol masih aman dikonsumsi di saat Anda belum makan. “Misalnya, mengalami demam atau sakit kepala saat puasa, ketika berbuka langsung minum obat paracetamol itu aman. Tapi, kalau yang mengandung asetosal harus makan dulu,” katanya.
Obat yang mampu membunuh virus dengue sampai sekarang belum ada. Pengobatan yang diberikan hanya sebatas untuk mengobati gejala-gejala yang muncul, contohnya obat penurun panas, obat sakit kepala, dan mengkonsumsi cairan dalam jumlah yang banyak. Jika hal ini tidak dilakukan, maka akan menyebabkan iritasi pada lambung dan risiko pendarahan semakin besar.
Kaitan antara penggunaan paracetamol dengan demam berdarah yaitu pemakaian paracetamol yang merupakan obat yang direkomendasikan WHO sebagai obat penurun panas dengan bahan aktif. “Sebelum diketahui seorang pasien menderita DBD, diawali dengan gejala seperti demam. Sedangkan penyebab demam itu bermacam-macam. Bisa jadi karena hanya batuk dan pilek, juga bisa DBD. Jadi, bisa penyakit yang ringan sampai yang parah. Saat masih demam saja, kita tidak tahu apakah itu demamnya apa. Jadi yang pertama disarankan ialah penurun panas yang paling aman, yaitu paracetamol,” katanya.
Sindrom reye bisa saja terjadi jika demam yang dialami anak disebabkan oleh infeksi virus dan obat yang diberikan adalah asetosal. “Sindrom reye menyebabkan trombosit turun. Kalau sampai terjadi kerusakan liver yang parah, maka pasien bisa sampai meninggal. Untuk itulah, pertama-tama dianjurkan menggunakan paracetamol dulu, sampai ketahuan oleh dokter diagnosisnya apa. Kalau batuk pilek, ya pakai ibuprofen tidak apa. Tapi kalau demam-demam yang karena infeksi virus, jangan pakai asetosal, lalu juga demam-demam yang memiliki risiko perdarahan tinggi, seperti demam berdarah ini. Jika DBD, jangan pakai ibuprofen atau asetosal,” tambahnya.
Di Indonesia penyakit demam berdarah dengue adalah salah satu jenis penyakit yang selalu ada setiap tahun. Oleh sebab itu banyak yang menyebutnya sebagai penyakit endemis. Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak dengan umur antara 4 sampai 10 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat menyerang bayi yang usianya 1 tahun. Penyakit demam berdarah dengue beberapa tahun terakhir sudah menjangkit orang dewasa dengan usia antara 18-25 tahun. Siapa saja perlu mewaspadai penyakit ini, karena penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa terkecuali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar