Selasa, 30 Agustus 2011

Asap Knalpot Bikin Bayi Lahir Kelak Berisiko Asma



Polusi kendaraan bisa menyebabkan bayi yang lahir mengidap penyakit pernapasan dan alergi, berdasarkan penelitian.

Jika Anda saat ini sedang mengandung atau mempersiapkan diri dalam perencanaan mendapat kehamilan, berhati-hatilah pada kebiasaan Anda sehari-hari. Bila Anda sering terkena paparan asap kendaraan bermotor setiap hari, ada baiknya jika Anda membaca artikel yang dilansir oleh Parentdish. Sebuah penelitian mendapatkan hasil bahwa ibu yang terkena terpaan asap kendaraan bermotor saat mengandung lebih banyak melahirkan bayi yang mengidap penyakit pernapasan seperti asma dan alergi.

Hasil penelitian tersebut ditulis dalam sebuah website Kanada, Autos.ca yang melaporkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Sunderland, Inggris. Pemimpin penelitian Mohammad Sahmssian dan tim peneliti melakukan uji fungsi paru-paru dari 1.397 anak dalam rentang usia 7 hingga 10 tahun di Kairo, salah satu kota paling padat di dunia. Dari penelitian tersebut, peneliti menemukan sejumlah anak yang menderita penyakit asma, mengi, eksim dan berbagai alergi saluran pernapasan lainnya.

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa polusi udara menyebabkan dua juta kematian prematur di seluruh penjuru dunia. "Kami telah mengidentifikasi bahwa polutan seperti nitrogen dan sulfur dioksida, serta partikel dari knalpot kendaraan dan debu jalanan terkait dengan timbulnya asma," ujar Sahmssian. "Risiko ini dapat dimulai saat seorang anak masih dalam kandungan. Karena plasenta tidak memberi perlindungan pada janin saat ibu terkena polusi. Polutan memasuki sirkulasi darah janin dan memiliki dampak yang signifikan pada pertumbuhan dan perkembangannya,"

Mohammad Sahmssian juga menambahkan bahwa dalam beberapa kasus berkaitan dengan polusi udara, bayi-bayi dapat terlahir dengan keterbelakangan mental, cacat dan berat badan bayi yang redah saat dilahirkan. Tidak hanya pada bayi, anak-anak yang bertempat tinggal di pinggir jalan dengan lalu lintas berat juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena serangan asma. Mulai dari bersin, batuk kering, dan hal itu akan terus terulang hingga anak-anak itu lebih sering mengalami rawat inap di rumah sakit dan tidak masuk sekolah.

Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Mohammad Sahmssian menunjukkan keterkaitan penelitiannya dengan penelitian yang dilakukan di California. Saat polusi udara pada suatu kota/daerah berkurang, maka risiko untuk terkena asma dan penyakit saluran pernapasan juga berkurang. Dari data tahunan rawat inap, terjadi penurunan pasien asma dari 22 persen menjadi 6 persen. Sedangkan bronkitis sebanyak 40 persen berkurang menjadi 20 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar