Senin, 24 Oktober 2011

Mengajar Anak Mandiri Saat Ibu Bekerja

Mengajar anak untuk belajar mandiri memang dibutuhkan kesabaran yang sangat cukup. Tuntutan ekonomi kadang membuat wanita harus ikut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Bagi yang belum memiliki anak hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah, namun akan berbeda keadaannya jika Anda telah memiliki anak, terutama yang masih bayi. Berpisah dengan anak yang masih bayi akan terasa sangat berat karena sadar sang bayi masih sangat membutuhkan Anda, apalagi bila mereka menangis saat ditinggalkan ke kantor terutama sang ibu. Selain membuat iba, anak yang menangis saat ditinggalkan juga akan membuat konsentrasi Anda saat bekerja menjadi terpecah.
      Sebetulnya bukan masalah besar bila bayi Anda belum berusia 6 bulan, namun bila bayi Anda telah berusia 8 bulan ke atas akan berbeda pula ceritanya. Bayi yang belum berusia 6 bulan akan lebih mudah untuk ditinggalkan ibunya bekerja karena dia akan mudah beradaptasi dengan orang yang mengasuhnya, asalkan kebutuhan mereka seperti susu tetap terpenuhi. Sementara, bayi berusia di atas 8 bulan akan lebih sulit untuk ditinggalkan karena mereka sudah sedikit mengerti konsep kehilangan, sehingga akan merasakan kecemasan saat berpisah dari orangtuanya. Mereka belum memiliki kemampuan konseptual bahwa orangtuanya akan selalu kembali, sehingga merasa terancam dengan perginya Anda ke kantor serta dibayangi keraguan apakah Anda akan kembali lagi atau tidak.
      Meski begitu, bukan berarti dengan keadaan bayi yang seperti itu menjadikan Anda tidak boleh bekerja bukan? Beberapa tips berikut dapat Anda lakukan untuk mengatasi tangisan si kecil, sehingga dia tidak akan merasa terancam dan cemas lagi saat Anda tinggalkan bekerja.
Belajar sambil bermain
Anda dapat mengajaknya bermain petak umpet dalam mengajarkan konsep tentang kekonstanan sebuah objek. Meskipun sederhana, namun dengan melakukan permainan petak umpet tersebut sedikit demi sedikit sang anak akan mengerti bahwa sebenarnya Anda tetap ada meskipun dia tidak bisa melihat Anda saat itu. Hal tersebut akan memberikan gambaran bahwa meskipun Anda meninggalkannya untuk bekerja, namun nantinya akan kembali lagi, sehingga bayi Anda tidak akan menangis lagi saat ditinggalkan.
Berkomunikasilah
Jangan pergi bekerja tanpa pesan, seolah anak Anda tidak mengerti apa-apa. Walaupun anak Anda masih bayi, namun biasanya mereka mengerti apa yang Anda katakan meskipun terlihat diam saja dan tidak merespon kata-kata Anda. Berbicaralah padanya bahwa Anda akan pergi bekerja dan dia akan bersama dengan pengasuh seperti neneknya, saudara atau baby sitter. Anda juga dapat menyampaikan pesan seperti jangan nakal atau menyuruhnya bermain dan belajar dengan pengasuhnya tersebut selama Anda pergi. Yakinkan juga bahwa Anda akan pulang dengan waktu yang dimengertinya, misalnya setelah dia mandi sore hari.
Jangan menyelinap pergi
Hindari menyelinap dan pergi begitu saja untuk menghindari tangis anak Anda karena hal tersebut akan membuatnya tidak percaya dan marah pada Anda. Hal tersebut juga akan membuatnya tetap menangis saat tidak berhasil menemukan Anda yang pergi diam-diam. Daripada melakukan hal tersebut, lebih baik beritahukan kepergian Anda dengan memberikan senyuman pada si kecil dan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Dengan demikian, sang anak akan melepas kepergian Anda dengan sukarela dengan iringan senyum yang dapat membuat semangat kerja Anda meningkat serta jam kerja pun terasa singkat.
Rasa aman
Responlah selalu setiap tangisan anak Anda sejak lahir, karena itu berarti dia membutuhkan sesuatu dari Anda. Dengan selalu diresponnya setiap tangisan anak Anda dan dipenuhi segala kebutuhannya, maka sang anak akan merasakan dirinya dicintai. Selain itu, kemampuan untuk menenangkan dirinya sendiri akan ikut berkembang sehingga akan lebih mudah mengatasi rasa cemas yang dirasakannya saat Anda tinggalkan bekerja.
Mulailah sejak dini untuk mengajar anak hidup mandiri saat Anda tinggalkan bekerja.
source: melindahospital.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar