Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia (tingginya kadar glukosa dalam darah). Diabetes melitus dapat mengakibatkan kerusakan pada beberapa organ tubuh seperti mata, syaraf dan ginjal. Serta berpotensi berkembangnya proses penyakit aterosklerosis yang akan berefek pada gangguan jantung, otak dan organ lain dalam tubuh.
Prevalensi diabetes melitus di seluruh dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Di tahun 2003, prevalensi di daerah urban sebesar 14.7 % (8.2 juta jiwa), sedangkan di daerah rural 7.2 % (5.5 juta jiwa) dibandingkan dengan total populasi di atas usia 20 tahun. Jadi total prevalensi sebesar 13.8 juta jiwa.
Sementara itu organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan pasien diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 dan menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 berdasarkan konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus 2006). Sementara itu, berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2002, Indonesia merupakan negara ke-4 terbesar untuk prevalensi diabetes melitus.
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Pradana Soewondo, SpPD-KEMD, mengatakan terdapat perbedaan usia antara penderita diabetes di negara maju dan berkembang. "Di negara maju tingkat usia yang rentan diabetes di atas 65 tahun, sementara di negara berkembang mulai dari usia 45-64. Hal ini menjadi beban pemerintah dan masyarakat karena pada rentang usia tersebut adalah usia produktif," ujar Pradana pada acara media edukasi penyakit diabetes melitus dalam rangka memperkenalkan terapi baru diabetes melitus dengan obat hipoglikemik oral (OHO), Vildagliptin, di Jakarta, Kamis (16/10). Untuk penatalaksanaan diabetes di Indonesia, khususnya diabetes melitus tipe 2 dibutuhkan empat langkah. Pertama, edukasi atau penyuluhan. Kedua, mengatur makan atau terapi gizi medis kemudian dilanjutkan dengan latiah jasmani. Tearkhir yaitu obat-obatan " Empat cara tersebut yaitu edukasi atau penyuluhan, seperti yang dilakukan sekarang, mengatur makan atau terapi gizi medis, latihan jasmani dan yang terakhir obat-abatan," jelasnya.
Diabetes melitus dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan oleh kompilasi akut dan kronik. Namun jika penderita dapat menghindari kompilasi akut maka resiko kematian kecil. Salah satu caranya yaitu dengan mengurangi beban hidup, menghindari pemicu stres yang dapat menaikan kadar gula darah.
"Orang gemuk juga rentan terkena diabetes, untuk itu segeralah mengurangi berat badan sebanyak 10% dari berat badan dalam waktu 6 bulan," tambah Pradana. Dia menuturkan, meskipun diabetes merupakan penyakit turunan. Namun dapat diturunkan risikonya melalui pola hidup sehat seperti olah raga teratur, konsumsi buah dan sayur seimbang, mengatur pola makan dan meningkatkan kualitas hidup. Dia juga mengatakan tahap awal melalui penyuluhan mengenai diabetes harus terus diperjuangkan guna memperkecil kasus diabetes. "Penyuluhan itu seumur hidup, tidak bisa berhenti," pungkasnya.
republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar