Minggu, 29 Juli 2012

Keputihan saat hamil, bahayakah?

 

     Keputihan saat hamil, bahayakah? Sebagian ibu hamil mungkin tidak pernah mengeluhkan keputihan yang dideritanya karena merasa tidak terganggu. Namun keputihan yang berlarut-larut bisa membahayakan kehamilan, termasuk menyebabkan persalinan prematur, ketuban pecah sebelum waktunya, atau berat bayi lahir rendah.
     Wanita hamil lebih rentan mengalami keputihan karena perubahan kondisi pencernaan serta  hormonal yang salah satu dampaknya adalah meningkatnya jumlah produksi cairan dan penurunan keasaman vagina. Waspadai jika mulai timbul gejala gatal yang sangat hingga cairan berbau pada keputihan. Terdapat tiga jenis keputihan pada kehamilan, yaitu :
  • Kandidosis Vulvovaginal
     Kandidosis Vulvovaginal memiliki gejala cairan kental, berbau sangat tajam dan disertai rasa gatal akibat cairan keputihan sudah mengiritasi dan membuat lecet vulva. Pada kondidi ini, ibu hamil akan merasakan nyeri saat berkemih dan bersenggama.
     Kandidosis vulvovaginal dapat terjadi akibat berlebihnya pertumbuhan sel-sel jamur. Kondisi yang memudahkan pertumbuhan sel-sel jamur adalah kehamilan, pemakaian kontrasepsi oral kombinasi, pemakaian antibioka berlebih, menstruasi, diabetes melitus, penyakit-penyakit yang menurunkan daya kekebalan tubuh, kebiasaan membilas vagina menggunakan pewangi vagina, atau pemakaian celana dalam ketat.
  • Vaginosis Bakterialis
     Kondisi ini memiliki gejala munculnya cairan kental dan berbau tajam. Ketika kondisi semakin parah, akan terasa gatal. Vaginosis bakterialis berawal dari adanya perubahan ekosistem dalam area genital.
Keadaan di mana menghilangnya jumlah laktobasili yang normal dan disertai pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme lain dalam konsentrasi tinggi. Vaginosis Bakterialis pada perempuan hamil cukup tinggi dibandingkan pada saat tidak hamil, yaitu 16-24 persen.
  • Trikomoniasis
     Trichomonas Vaginatis, sebuah protozoa yang memiliki flagel dan pada manusia biasanya ditemukan di  uretra (saluran kemih). Penularan umumnya melalui hubungan seksual.
     Gejala yang timbul berupa iritasi pada area genital, rasa panas, gatal dan nyeri terasa di daerah vulva dan paha, perineum (kulit di antara vagina dan anus). Bisa juga terasa nyeri saat berkemih dan senggama. Keluar bercak darah setelah senggama setelah kontak langsung dengan leher rahim yang meradang.
Kondisi ini ditandai juga dengan keluarnya cairan keputihan yang berbuih dan berwarna putih keabuan atau berwarna kuning kotor kehijauan serta berbau busuk. Ketika kondisi semakin parah, vagina dan leher rahim dapat bengkak dan meradang kemerahan.

Cara Mengatasi Keputihan
     Atasi keputihan yang terjadi selama kehamilan dengan cara berikut ini :
  1. Berkonsultasi pada dokter kandungan.
  2. Lakukan pemeriksaan bersama pasangan, bagi Anda yang sudah berkeluarga.
  3. Lakukan uji resistensi obat dan mengganti dengan obat lain jika masih belum sembuh setelah menjalani pengobatan. Kemungkinan hal ini karena kuman resisten pada obat yang diberikan.
  4. Lakukan pap smear bagi yang sudah menikah, terlebih jika usia menginjak 35 tahun lebih dan mengalami keputihan diikuti dengan adanya sesuatu yang mencurigakan di mulut rahim. Idealnya, pap smear dilakukan setahun sekali.
  5. Jika positif terkena virus, lanjutkan dengan pemeriksaan mulut rahim dan sebagai penunjang lakukan juga tes urin dan tes darah.
     Segera konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami keputihan saat hamil. Kenali lebih dalam mengenai keputihan normal dan patalogis. Jagalah kebersihan vagina dan jalani pola hidup sehat agar daya tahan tubuh kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar