Dewasa ini merebak usaha bisnis melalui pendidikan untuk anak pra sekolah atau anak usia dini yang sering disebut Play Group atau PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini ). Hampir disetiap lingkungan terutama di kota – kota atau daerah pinggiran kota yang padat penduduk tumbuh play group / PAUD. Sebagian muncul karena ada orang yang punya modal sedang yang lain karena tuntutan yayasan induk PAUD tersebut.
Kebutuhan akan adanya PAUD dirasakan perlu oleh masyarakat terutama ibu – ibu dalam rangka mendidik putra – putri mereka sejak dini. Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan menjadi salah satu alasan bagi mereka, walaupun sebenarnya secara umum karena kurangnya waktu bagi “khususnya Ibu – ibu” untuk mendidik putra – putri mereka hanya karena urusan karier / pekerjaan. Atau kalau boleh sedikit “menyentil” bisa jadi hanya karena “kemalasan” orang tua meluangkan waktu untuk si kecil atau tidak mau repot – repot. Lebih jelas seorang psikolog menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat dalam mendidik putra – putrinya melalui Play Group / PAUD. Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi, pakar perkembangan dan pendidikan anak, masuk playgroup itu tidak harus. Selama ada yang bisa menjaga anak dengan aman di rumah dan mampu menstimulasi dengan baik, balita tidak harus masuk playgroup. Dan sepanjang orangtua atau pengasuh mampu menerapkan berbagai parenting style yang tepat, anak tak harus masuk sekolah sebelum usia 4 tahun. “Dengan pola pengasuhan yang baik di rumah, balita justru bisa bermain dengan lebih bebas dan tenang. Tentunya juga perlu tambahan pengalaman bermain di luar rumah dengan para tetangga,” terang Nina.
Soal indikator, menurut Nina berbeda untuk tiap usia. Rata-rata anak dikatakan cukup siap sekolah jika dia sudah lebih bisa mandiri dan tak terlalu menempel kepada orangtua. “Dia juga sebaiknya sudah bisa mengontrol buang airnya sehingga tak terus-terusan ngompol atau buang air besar,” jelas Nina. Menurut Nina, anak di bawah 4 tahun boleh masuk sekolah jika syarat-syarat ini terpenuhi:
Memilih Prasekolah. Menurut Nina, sekolah terbaik itu tak ada. Yang ada adalah sekolah yang paling tepat untuk balita kita. Contohnya, sekolah harus tidak terlalu jauh dari rumah, paling jauh adalah 30 menit perjalanan (Menghitungnya bukan dari jarak tempuh namun waktu tempuh, mengingat sekarang jalanan begitu macet). Jika anak aktif, ada baiknya bersekolah di sekolah yang memiliki halaman luas dengan kurikulum yang memungkinkan balita punya berbagai kegiatan aktif. Sementara untuk anak yang cenderung pemalu, lebih baik pilih yang jumlah anak di kelasnya sedikit saja atau guru berhasil mengenalkan anak kepada beberapa teman yang minatnya sama (tentu saja baik sekali kalau guru mengenal anak secara pribadi).”
Bagi orangtua yang merasa perlu memasukkan balitanya ke prasekolah, penting untuk mengecek apakah anaknya berkembang sesuai dengan usianya atau ada keterlambatan yang harus segera dikejar,” terang Nina. Karena, tujuan sekolah di usia dini bukanlah untuk mempersiapkan diri masuk SD, tapi lebih berupa stimulasi yang tepat untuk usianya.
Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk prasekolah terutama adalah bagaimana si guru memperhatikan dan mengasuh anak, karena guru sebetulnya adalah pengganti orangtua di sekolah. Selain itu, prasekolah sebaiknya mengutamakan anak senang sekolah, bukannya menuntut anak menguasai kurikulum tertentu. Fasilitas yang lain hanyalah tambahan.
Jadi marilah bersikap bijak sejak dini bagi putra – putri kita. Meluangkan waktu yang lebih bagi putra – putri bukan merupakan pilihan, tetapi sebuah kewajiban demi masa depan mereka yang akan mereka hadapi di masa depan. Ingat bahwa waktu / masa dari anak – anak kita akan sangat berbeda keadaannya dengan masa kita. Sumber : www.bayisehat.com
Kebutuhan akan adanya PAUD dirasakan perlu oleh masyarakat terutama ibu – ibu dalam rangka mendidik putra – putri mereka sejak dini. Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan menjadi salah satu alasan bagi mereka, walaupun sebenarnya secara umum karena kurangnya waktu bagi “khususnya Ibu – ibu” untuk mendidik putra – putri mereka hanya karena urusan karier / pekerjaan. Atau kalau boleh sedikit “menyentil” bisa jadi hanya karena “kemalasan” orang tua meluangkan waktu untuk si kecil atau tidak mau repot – repot. Lebih jelas seorang psikolog menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat dalam mendidik putra – putrinya melalui Play Group / PAUD. Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi, pakar perkembangan dan pendidikan anak, masuk playgroup itu tidak harus. Selama ada yang bisa menjaga anak dengan aman di rumah dan mampu menstimulasi dengan baik, balita tidak harus masuk playgroup. Dan sepanjang orangtua atau pengasuh mampu menerapkan berbagai parenting style yang tepat, anak tak harus masuk sekolah sebelum usia 4 tahun. “Dengan pola pengasuhan yang baik di rumah, balita justru bisa bermain dengan lebih bebas dan tenang. Tentunya juga perlu tambahan pengalaman bermain di luar rumah dengan para tetangga,” terang Nina.
Soal indikator, menurut Nina berbeda untuk tiap usia. Rata-rata anak dikatakan cukup siap sekolah jika dia sudah lebih bisa mandiri dan tak terlalu menempel kepada orangtua. “Dia juga sebaiknya sudah bisa mengontrol buang airnya sehingga tak terus-terusan ngompol atau buang air besar,” jelas Nina. Menurut Nina, anak di bawah 4 tahun boleh masuk sekolah jika syarat-syarat ini terpenuhi:
- Tidak ada yang bisa memastikan keamanan anak di rumah. Misalnya, karena yang menjaganya di rumah adalah pengasuh yang belum sepenuhnya kita percaya.
- Tidak ada yang mengerti cara menstimulasi anak sesuai usianya. Misalnya, karena anak pertama, ibu atau pengasuh hanya membiarkannya saja untuk menonton TV karena tak tahu apa yang harus dilakukan atau karena malas.
- Tidak punya waktu untuk menstimulasi, misalnya ibu bekerja.
- Tak ada yang paham tentang pengasuhan yang tepat untuk anak, sehingga anak terus saja dimarahi.
- Tak ada yang mengerti apakah anak normal atau ada gangguan dalam perkembangannya.
- Anak memang betul-betul terlihat punya minat pergi ke sekolah, tapi yang terakhir ini tak boleh dipaksa, karena walaupun berminat, mungkin saja sesekali dia malas sekolah.
Memilih Prasekolah. Menurut Nina, sekolah terbaik itu tak ada. Yang ada adalah sekolah yang paling tepat untuk balita kita. Contohnya, sekolah harus tidak terlalu jauh dari rumah, paling jauh adalah 30 menit perjalanan (Menghitungnya bukan dari jarak tempuh namun waktu tempuh, mengingat sekarang jalanan begitu macet). Jika anak aktif, ada baiknya bersekolah di sekolah yang memiliki halaman luas dengan kurikulum yang memungkinkan balita punya berbagai kegiatan aktif. Sementara untuk anak yang cenderung pemalu, lebih baik pilih yang jumlah anak di kelasnya sedikit saja atau guru berhasil mengenalkan anak kepada beberapa teman yang minatnya sama (tentu saja baik sekali kalau guru mengenal anak secara pribadi).”
Bagi orangtua yang merasa perlu memasukkan balitanya ke prasekolah, penting untuk mengecek apakah anaknya berkembang sesuai dengan usianya atau ada keterlambatan yang harus segera dikejar,” terang Nina. Karena, tujuan sekolah di usia dini bukanlah untuk mempersiapkan diri masuk SD, tapi lebih berupa stimulasi yang tepat untuk usianya.
Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk prasekolah terutama adalah bagaimana si guru memperhatikan dan mengasuh anak, karena guru sebetulnya adalah pengganti orangtua di sekolah. Selain itu, prasekolah sebaiknya mengutamakan anak senang sekolah, bukannya menuntut anak menguasai kurikulum tertentu. Fasilitas yang lain hanyalah tambahan.
Jadi marilah bersikap bijak sejak dini bagi putra – putri kita. Meluangkan waktu yang lebih bagi putra – putri bukan merupakan pilihan, tetapi sebuah kewajiban demi masa depan mereka yang akan mereka hadapi di masa depan. Ingat bahwa waktu / masa dari anak – anak kita akan sangat berbeda keadaannya dengan masa kita. Sumber : www.bayisehat.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar