Jumat, 05 Agustus 2011

Ayah Juga Butuh Cuti untuk Temani Ibu Menyusui



Di Indonesia, jatah cuti melahirkan dan menyusui hanya dimiliki oleh para karyawan perempuan. Namun menurut pakar laktasi, laki-laki juga butuh cuti agar bisa memberikan dukungan penuh bagi istrinya yang sedang menyusui.

Dukungan bagi kaum ibu dalam memberikan ASI Ekslusif bagi bayinya dapat memberikan pengaruh signifikan. Menurut sebuah penelitian tahun 1974, ibu-ibu menyusui yang mendapat dukungan dari suaminya memiliki tingkat kesuksesan 98,1 persen sementara yang tidak didukung hanya 26,9 persen.

Pendapat itu disampaikan oleh pakar laktasi dari RS St Carolus, dr Oetami Roesli yang juga menyebut bahwa proses menyusui juga butuh kesetaraan gender. Artinya baik laki-laki maupun perempuan punya hak dan kewajiban yang sama untuk menyukseskannya.

"Bukan berarti karena secara fisik tidak bisa menyusui, laki-laki tidak bisa ambil bagian. Dalam banyak penelitian, peran ayah sangat penting. Itu yang kita namakan breastfeeding gender," ungkap dr Tami saat ditemui usai peresmian Klinik Laktasi RS Puri Cinere Depok, Kamis (4/8/2011).

Karena itu dr Tami menilai laki-laki juga berhak mendapat cuti untuk mendampingi istrinya menyusui. Di banyak negara seperti Swedia contohnya, perusahaan memberikan jatah cuti untuk ayah yang punya anak yang lamanya mencapai 1 tahun.

Selain membantu menyukseskan program ASI Ekslusif, jatah cuti untuk ayah yang punya anak juga bisa mencegah diskriminasi terhadap perempuan dalam mendapatkan kesempatan kerja. Menurut dr Tami, tidak bisa dipungkiri bahwa laki-laki banyak diuntungkan saat mencari kerja.

Salah satunya seperti dicontohkan dr Tami, beberapa perusahaan cenderung memilih punya karyawan laki-laki dengan pertimbangan tidak akan terlalu sering ambil cuti. Kalau karyawan perempuan, dikhawatirkan sedikit-sedikit ambil jatah cuti hamil dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar