Kembali bekerja atau tidak setelah melahirkan merupakan dilema yang umum dihadapi para ibu bekerja. Zaman sekarang sebagian besar para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan, meski menyadari kembali bekerja berarti harus mempekerjakan tenaga pengasuh untuk merawat anak selama ibu bekerja.
Teresa Wilson, penulis buku Working Parents Companion sekaligus tutor diskusi pascapersalinan pada National Childbirth Trust (NCT) mengemukakan, ada empat alasan yang paling umum melatari ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan, antara lain karena merasa terisolir.
Ibu bekerja umumnya merasa sudah akrab dengan lingkungan pekerjaannya, sehingga ketika tinggal beberapa bulan di rumah dalam rangka cuti melahirkan, dia merasa tidak mengenal secara baik orang-orang di sekitar rumahnya.
Ibu yang sudah terbiasa bekerja di kantor butuh penyesuaian untuk menghadapi kehidupan yang sama sekali berbeda dengan kehidupannya di tempat kerja. Kehadiran bayi, tentu mengacaukan spontanitas mereka untuk beberapa waktu lamanya, dan kondisi ini tak mungkin ditolak.
“Sehingga, tidaklah mengherankan bila para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan untuk mendapatkan kembali kehidupan dunia kerja yang sudah sangat diakrabinya,” kata Teresa dalam bukunya.
Sebagian besar ibu yang kembali bekerja, bukan karena mereka ingin bekerja. Bagaimanapun, perasaan bersalah meninggalkan anak diasuh orang lain tetaplah ada. Namun, mereka juga tidak dapat menutup mata dengan kenyataan bahwa biaya hidup zaman sekarang sangatlah tinggi.
“Ini kenyataan yang kerap dihadapi oleh para ibu sebagai pengelola keuangan keluarga. Tidak ingin kesulitan dengan uang yang ada, para ibu banyak yang memilih kembali bekerja setelah melahirkan anak mereka,” terang Teresa.
Selain dua hal diatas, Teresa juga mengungkap alasan lain yang membuat ibu kembali bekerja usai cuti melahirkan yaitu mendapatkan jaminan pada hari tua karena kesadaran bertanggung jawab atas nasibnya sendiri dan pengalaman memiliki ibu yang bekerja sebagai panutasn semasa kecil.
“Anak perempuan yang ibunya bekerja, cenderung bersikap sama ketika dewasa. Anak-anak yang tetap merasa gembira dan bahagia meskipun para ibu mereka bekerja, cenderung berpikir bahwa anak-anak mereka pun, meskipun ditinggal bekerja, akan tetap gembira,” tegasnya.
republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar