Minggu, 31 Oktober 2010
Janin cacat akibat kelebihan Vitamin A
7 Nutrisi Penambah Kesuburan/Fertilitas
Sabtu, 30 Oktober 2010
Imunisai Dasar
KAPAN pemberian Imunisasi ?
Semua anak yang berumur 0 – 12 bulan harus mendapat imunisasi.
*Umur 0 – 1 Bln : BCG, Polio, Hepatitis B1
*Umur 2 Bln : DPT 1, Polio 2, Hepatitis B2
*Umur 3 Bln : DPT 2, dan Polio 3
*Umur 4 Bln : DPT3 dan Polio 4
*Umur 9 Bln : Campak, Hepatitis B3
Macam-macam Vaksin
1.Vaksin BCG
kepada bayi dan balita terhadap penyakit TBC Paru Paru.
2.Vaksin DPT ( Dipteri, Pertusis,Tetanus )
Imunisasi DPT tujuannya untuk memberikan kekebalan yang
bersamaan terhadap penyakit Dipteri, Pertusis dan Tetanus.
3.Vaksin Polio
Imunisasi Polio tujuannya untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan balita terhadap penyakit
poliomielitis atau kelumpuhan.
4.Vaksin Hepatitis B
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian
disuntikkan pada otot lengan atau paha. Dosis
leukemia, keganasan
*Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi
*Hamil
* Ada riwayat kejang
* Pernah sebelumnya divaksinasi DPT menunjukkan: anafilaksis, ensefalopati, kejang, renjatan,
* infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius
* gangguan sistem kekebalan
* pemakaian obat imunosupresan
* alergi terhadap protein telur
* hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
satu bulan setelah imunisasi.
yang perlu disampaikan kepada ibu yang anaknya demam setelah diimunisasi
* lebih sering meneteki (ASI) dari biasanya, untuk menjamin bayi/anak menerima cukup zat cair.jika bayi
* memberikan obat penurun panas dengan dosis sesuai anjuran dokter.
* mengompres dahi bayi dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat.
* membawa bayi ke dokter atau layanan kesehatan jika demam berlanjut.
Tabel berikut adalah jenis imunisasi yang dianjurkan pada masa kanak-kanak serta tabel penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada anak-anak.
Penyakit | Waktu | Reaksi | Perlindungan |
Imunisasi DPT, difteri, batuk rejan (partusis), tetanus | Suntikan pada umur 2, 4, 6, 18 bulan. Dan diulang pada 4-5 tahun | Anak bisa demam, tempat suntikan terasa sakit. | Tetanus harus diulang setiap 5 tahun supaya terhindar dari tetanus |
Polio | Vaksin diminum pada usia 0, 2, 3, 4, 6, 18 bulan dan ulangi pada umur 5 tahun | Tidak ada | Harus diulang agar selalu terlindung |
Campak | Suntikan pada usia 9 bulan dan diulang pada usia 6 tahun | Demam dan timbul bercak-bercak | Tidak diketahui berapa lama sejak vaksinasi terakhir |
Tuberkolosa (BCG) | Suntikan pada usia 0-3 bulan dan diulang pada usia 10-13 tahun, kalau dianggap perlu. | Sakit dan kaku di tempat suntikan | Seumur hidup |
Kelahiran Lotus (Lotus Birth)
Negara perintis Lotus birth adalah Amerika. Lotus birth dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia. Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat keputusan tersebut.
Primatolog Jane Goodall, adalah orang pertama untuk melakukan apapun studi jangka panjang dari simpanse di alam bebas Pada hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik hampir sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta utuh, tidak merusaknya bahkan memotongnya. Hal itu dikenal dengan fakta primatologis. Beberapa praktisi kelahiran teratai simpanse merujuk kepada praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.
Informasi mengenai lotus birth ini terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen serta Yahudi.
Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh, anak-anak kudus. Kelahiran referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.
Sampai sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai penyakit kuning dan kehilangan berat badan bayi karena tindakan Lotus birth.
Pengertian Kelahiran Lotus (Lotus Birth)
Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta dibiarkan, tanpa dijepit atau dipotong, dan membiarkan tali pusat terlepas dari bayi secara alami. Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit dan satu kesatuan yang membentuk bayi. Umumnya tali pusat terlepas secara alami dua atau tiga hari setelah kelahiran.
Perawatan Placenta pada lotus birth
Plasenta yang baru dilahirkan biasanya mengeluarkan cairan, pada kelahiran Lotus, cairan itu di tampung dan disimpan di dalam waskom atau mangkuk, selanjutnya didekatkan pada bayi. Kain yang digunakan untuk menutupi plasenta haruslah memungkinkan terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta tidak berbau busuk dan menjadi kering. Ada yang menggunakan garam laut untuk mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang ada yang mengoleskan minyak esensial, seperti lavender atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem, dicampurkan dengan lavender sebagai anti bakteri. Kalau pengeringan plasenta tidak dilakukan secara baik, maka plasenta akan mengeluarkan bau tidak sedap. Bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara langsung atau didinginkan (menyimpan dalam lemari es) setelah minggu pertama pasca persalinan. Kelahiran Lotus jarang dilakukan di rumah sakit. Lebih sering terjadi pada persalinan di rumah dan pusat-pusat kelahiran Lotus.
Manfaat Lotus Birth
- Tali pusat dibiarkan hingga memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke janin.
- Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar mulai bernapas sendiri.
- Lotus birth memungkinkan bayi segera menangis setelah lahir.
- Bayi tetap berada di dekat ibu setelah persalinan. Hal itu memungkinkan bounding attachment lebih lama.
kelahiran Lotus di sebut juga praktek non-kekerasan. Tidak hanya tali pusat tidak dipotong, itu hanya withers jauh biasanya pada hari ketiga. Anak memiliki waktu untuk membiasakan kepada dunia, tanpa memisahkan tiba-tiba dari teman hangat dan peduli, yang telah menemani dalam rahim selama sembilan bulan.Hal ini mendapatkan momentum lebih banyak dan lebih dewasa ini, sebagai orang tua menyadari pentingnya kelahiran bagi perkembangan psikologis dan kesehatan anak.
Plasenta adalah bagian dari bayi. Plasenta mulai berkembang di implantasi dari sumber yang sama sebagai bayi - kista ledakan. Janin bergantung pada plasenta, tidak hanya untuk gizi, tetapi juga untuk pertukaran gas, pembuangan sampah, endokrin dan dukungan kekebalan tubuh. Perkembangan benar plasenta adalah penting untuk pengembangan embrio dan janin.
Ketika lahir, bayi masih mengandalkan plasenta. Meninggalkannya melekat pada bayi setelah lahir, Anda membuat transisi alami untuk mengambil tempat. Tidak ada terburu-buru, dan tidak kebingungan. plasenta adalah nutrisi yang paling berharga, hormon, zat dukungan kekebalan masuk ke tubuh bayi. Meninggalkan plasenta utuh juga termasuk menjaga tubuh bayi dari infeksi yang mungkin muncul dalam bentuk potongan tali placenta.
Kamis, 28 Oktober 2010
Tips merawat keindahan kaki dan tumit kasar
Penampilan cantik yang sempurna bukan hanya di lihat dari wajah saja, tapi termasuk juga bagian – bagian yang jarang terekspos sekalipun. Salah satunya kaki dan tumit, Bagi sebagian wanita merawat keindahan kaki adalah hal yang mutlak dilakukan.
Apalagi untuk para wanita yang bekerja di luar yang sering menggunakan high heels terbuka di kesehariannya, kaki yang mulus dan tumit yang lembut tanpa kulit kasar pastilah jadi dambaan dan membuat tampil lebih percaya diri.
Bagaimana caranya merawat keindahan kaki anda. Yuk kita lihat beberapa tips di bawah ini.
1. Gunakan khasiat lemon dan minyak zaitun. Caranya: satu cangkir jus lemon, 2 sendok makan minyak zaitun,sedikit susu dan air secukupnya lalu Campurkan semua bahan di dalam baskom, rendam kaki ke dalam baskom selama kurang lebih 10 menit,keringkan kaki kemudian bilas hingga bersih. lakukan 2x seminggu untuk hasil lebih maksimal.
2. Saat menjelang tidur malam bersihkan dan rendam kaki anda dengan air hangat, keringkan dan oleskan lotion atau krim khusus perawatan kaki yang mengandung banyak pelembab lalu gunakan kaos kaki sepanjang malam.
3. Rajinlah menggosok tumit kaki anda dengan batu apung setiap anda mandi. Bila susah mendapatkan batu apung, anda dapat beli penghalus tumit kaki berbahan batu apung yang sudah tersedia di toko-toko kosmetik.
4. Saat senggang anda dapat membuat ramuan masker penghalus dan pelembut kaki di rumah, caranya ambil madu secukupnya, susu dan kuning telur, campur dan aduk rata. Oleskan pada kaki yang telah dibersihkan sampai di bawah lutut. Lakukan 2 minggu sekali untuk hasil yang maksimal.
Selamat mencoba :)
Selasa, 26 Oktober 2010
ETIKA DAN ETIKET
1. Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti, karakter, watak, kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
2. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai "the discipline which can act as the performanceindex or reference for our control system" yang artinya disiplin yang dapat bertindak sebagai acuan atau indeks capaian untuk sistem kendali kita/kami. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.
3. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian etika adalah : Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral, Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, Nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.
Istilah lain yang iden¬tik dengan etika, yaitu:
a. Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su).
b. Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
B. ETIKET
1. adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain.
2. ber¬kaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal.
3. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan.
4. Etiket berasal kata dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi, pesta dan resepsi un¬tuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan si kap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi.
5. Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab. Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat ter¬tentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan
Persamaan etika dan etiket yaitu:
a. Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
b. Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.
Perbedaan etika dan etiket yaitu:
ETIKET
1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
3. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja
ETIKA
1. Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika member norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain.
3. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
Sumber
1. Wahyuningsih HP, Yetty Asmar. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta;2005.
2. Guwandi. Etika dan Hukum Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, balai Penerbitan FKUI, 1991
3. Berten k. Etika. Gramedia Pustaka utama, Jakarta : 2001
4. Setiawan dan Maramis. Etika Kedokteran. Airlangga University Press; Surabaya; 1999.
5. Dep kes. RI, Etika dan kode etik profesi. Jakarta :Dep kes RI; 2002.
6. Jones. R Shirley. Ethics in midwafery. London : Mosby; 2000.
7. Suryani S. Etika kebidanan dan hukum kesehatan : EGC; 2005
PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Pada zaman sekarang ini etik perlu dipertahankan karena tanpa etik dan tanpa diperkuat oleh hukum, manusia yang satu dapat dianggap sebagai saingan oleh sesama yang lain. Saingan yang dalam arti lain harus dihilangkan sebagai akibat timbulnya nafsu keserakahan manusia. Kalau tidak ada etik yang mengekang maka pihak yang satu bisa tidak segan¬segan untuk melawannya dengan segala cara. Segala cara akan ditempuh untuk menjatuhkan dan mengalahkan lawannya sekadar dapat tercapai tujuan.
PENGERTIAN ETIKA
Etika diartikan "sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan".
Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia.
Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak (Jones, 1994)
Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai:
YUNANI Ã Ethos, kebiasaan atau tingkah laku
INGGRIS Ã Ethis, tingkah laku/prilaku manusia yg baik –> tindakan yg harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa:
ETIK adalah aplikasi dari proses & teori filsafat moral terhadap kenyataan yg sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar & konsep yg membimbing makhluk hidup dalam berpikir & bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka.
(Shirley R Jones- Ethics in Midwifery)
TEORI MORAL
Teori moral mencoba memformulasikan suatu prosedur dan mekanisme untuk pemecahan masalah-masalah etik.
Terdapat beberapa pendapat apa yang dimaksud dengan moral.
1. Menurut kamus lenqkap Bahasa Indonesia (Tim Prima Pena).
• Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai akhlak.
• Akhlak dan budi pekerti
• Kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin, dll.
2. Ensiklopedia Pendidikan (Prof. Dr. Soeganda Poerbacaraka).
• Suatu istilah untuk menentukan batas-batas dari sifat-sifat, corak-corak, maksud-¬maksud, pertimbangan-pertimbangan, atau perbuatan-perbuatan yang layak dapat dinyatakan baik/buruk, benar/salah.
• Lawannya amoral
• Suatu istilah untuk menyatakan bahwa baik/benar itu lebih daripada yang buruk/salah.
Bila dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral keagamaan dan moral sekuler. Moral keagamaan kiranya telah jelas bagi semua orang, sebab untuk hal ini orang tinggal mempelajari ajaran-ajaran agama yang dikehendaki di bidang moral.
Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pads ajaran agama dan hanya bersifat duniawi semata-mata. Bagi kita umat beragama, tentu moral keagamaan yang harus dianut dan bukannya moral sekuler.
Karma etik berkaitan dengan filsafat moral maka sebagai filsafat moral, etik mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau salah, baik atau buruk, yang secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia. Dan moral diartikan mengenai apa yang dinialinya seharusnya oleh masyarakat dan etik dapat diartikan pula sebagai moral yang ditujukan kepada profesi. Oleh karma itu etik profesi sebaiknya jugs berbentuk normatif.
"Pada hakikatnya moral menunjuk pada ukuran–ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas dan moral jugs bersumber pada kesadaran hidup yang berpusat pada slam pikiran" (Maman Rachman, 2004). Moral tidak hanya berhubungan dengan larangan seksual, melainkan lebih terkait dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari.
SISTEMATIKA ETIKA
Sebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain:
1. Etika deskriptif,
yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingakh laku manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hai,mana yang boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat.
2. Etika Normatif,
membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi-.
a. Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
b. Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
• Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan antarsesama manusia dalam aktivitasnya,
• Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai pribadi,
• Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi
Pada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapan MPR-RI No.VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan bangsa bersumber pada agama yang universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yaitu Pancasila. Etika kehidupan berbangsa antara lain meliputi: Etika Sosial Budaya, Etika Politik dan Pemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakkan Hukum yang Berkeadilan, Etika Keilmuan, Etika Lingkungan, Etika Kedokteran dan Etika Kebidanan.
FUNGSI ETIKA DAN MORALITAS DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yg merugikan/membahayakan orang lain
3. Menjaga privacy setiap individu
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa alasannya
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu masalah
7. Menghasilkan tindakan yg benar
8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya
10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di dalam organisasi profesi
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg biasa disebut kode etik profesi.
HAK KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien. Sedang kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.
A. Hak Pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien:
1). Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.
2). Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3). Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa diskriminasi.
4). Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.
5). Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan bayinya yang baru dilahirkan.
6). Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses persalinan berlangsung.
7). Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
8). Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.
9). Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengatahuan dokter yang merawat.
10). Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.
11). Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:
a. Penyakit yang diderita
b. Tindakan kebidanan yang akan dilakukan
c. Alternatif terapi lainnya
d. Prognosisnya
e. Perkiraan biaya pengobatan
12). Pasien berhak men yetujui/mem berikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
13). Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
14). Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
15). Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
16). Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.
17). Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
18). Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal-praktek.
B. Kewaiiban Pasien
1). Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tat tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
2). Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang merawatnya.
3). Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
4). Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
C. Hak Bidan
1). Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2). Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan.
3). Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi.
4). Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.
5). Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan.
6). Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk mmingkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
7). Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
D. Kewajiban Bidan
1). Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
2). Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.
3). Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
4). Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga.
5). Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
6). Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
7). Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta risiko yang mungkiri dapat timbul.
8). Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan.
9). Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
10). BidanwajibmengikutiperkembanganIPTEKdanmenambahilmupengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal.
11). Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
KODE ETIK PROFESI BIDAN
Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian dokter, perawat,bidan, guru dan sebagainya yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik.
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Kode etik profesi merupakan "suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntunan bagi angotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya baik yang berhubungan dengan klien /pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendin". Namun dikatakan bahwa kode etik pada zaman dimana nilai–nilai perada ban semakin kompleks, kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai pegangan satu–satunya dalam menyelesaikan masalah etik, untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum. Benar atau salah pada penerapan kode etik, ketentuan/nilai moral yang berlaku terpulang kepada profesi.
TUJUAN KODE ETIK
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
1). Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dad pihak luar atau masyarakat mencegah orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode kehormatan.
2). Untuk menjaga dan memelihara kesejahtraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Dalam hal kesejahteraan materil angota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota profesi.
3). Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4). Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.
Dimensi Kode Etik
1. Anggota profesi dan Klien/ Pasien.
2. Anggota profesi dan sistem kesehatan.
3. Anggota profesi dan profesi kesehatan
4. Anggota profesi dan sesama anggota profesi
Prinsip Kode Etik
1. Menghargai otonomi
2. Melakukan tindakan yang benar
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4. Memberlakukan manisia dengan adil.
5. Menjelaskan dengan benar.
6. Menepati janji yang telah disepakati.
7. Menjaga kerahasiaan
Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI.
KODE ETIK BIDAN
Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam kongres nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaanya disyahkan dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada kongres nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah, tujuan dan bab.
SECARA UMUM KODE ETIK TERSEBUT BERISI 7 BAB YAITU:
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
1). Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2). Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6). Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan - tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
1). Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
2). Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
3). Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau dipedukan sehubungan kepentingan klien.
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
1). Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
2). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
1). Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2). Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan meningkatkan kemampuan profesinya seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3). Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenis yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
1). Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
2). Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)
1). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan¬ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat.
2). Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
7. Penutup (1 butir)
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.
Sumber
1. Marimbi, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan, Mitra Cendikia Press; Jogjakarta; 2008.
2. Wahyuningsih HP, Yetty Asmar. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta;2005.
3. Guwandi. Etika dan Hukum Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, balai Penerbitan FKUI, 1991
4. Berten k. Etika. Gramedia Pustaka utama, Jakarta : 2001
5. Setiawan dan Maramis. Etika Kedokteran. Airlangga University Press; Surabaya; 1999.
6. Dep kes. RI, Etika dan kode etik profesi. Jakarta :Dep kes RI; 2002.
7. Jones. R Shirley. Ethics in midwafery. London : Mosby; 2000.
MENJADI DOSEN YANG PROFESIONAL
Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya.
Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.
Menjadi dosen yang profesional adalah impian setiap dosen. Alasan paling mendasar adalah Karena itu akan meningkatkan harga dirinya sebagai manusia. Dosen adalah pendidik dan juga peneliti. Ia bekerja di perguruan tinggi yang sering disebut sebagai garba ilmiah, tempat bersemai dan berkembang ilmu pengetahuan. Ada yang mengatakan bahwa dosen adalah peneliti yang mengajar. Ia meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan ia juga mengajar atau mendidik calon-calon praktisi dan ilmuwan yang akan mengembangkan ilmu pengetahuan dan menerapkan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan berbagai persoalan masyarakat. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimanakah ciri-ciri dosen yang ideal itu?
Berikut ini adalah sepuluh ciri yang telah digambarkan melalui karya Milton Hildebrand dan Kenneth Feldman. Dosen yang memiliki semua ciri tersebut dianggap sebagai dosen yang “hebat” oleh mahasiswa dan teman sejawat mereka serta para staf administrasi. Dosen yang memiliki kekuatan di sebagian bidang ini (dan lemah di sebagian yang lain) dianggap sebagai dosen yang baik oleh sebagian pengamat dan sebagai dosen yang jelek oleh pengamat yang lain.
1. Gaya Mengajar Yang Merangsang Belajar
• Menyajikan kuliah dengan cara yang menarik dan melibatkan mahasiswa.
• Menggunakan humor untuk membantu mempertahankan perhatian mahasiswa
• Memperkuat setiap poin utama dengan memberikan rujukan, contoh, dan ilustrasi yang bermakna
• Mengaitkan materi kuliah dengan dunia mahasiswa
• Mengaitkan materi kuliah pada pengalaman sebenarnya dalam dunia nyata
• Memusatkan perhatian pada pelajaran yang akan menjadi bagian permanen dari kehidupan seseorang dan akan digunakan berulang kali di luar kampus
• Mengembangkan rasa ingin tahu
• Menyediakan waktu untuk membuat mahasiswa secara psikologis siap untuk belajar
2. Kemampuan Untuk Berkomunikasi Secara Jelas
• Menyampaikan informasi dengan cara yang jelas dan dapat difahami
• Mampu mereduksi pengetahuan sampai pada komponen-komponennya yang paling sederhana
• Mengaitkan satu sama lain informasi yang diberikan
• Mengaitkan teori, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep pada penerapan praktis
• Merumuskan tujuan belajar dengan jelas dan memberitahukannya keapda mahasiswa
• Menjawab pertanyaan secara tuntas dan bebas
• Memberikan umpan balik secara teratur dengan cara yang mendorong mahasiswa belajar
• Menjelaskan kritik yang diberikan kepada mahasiswa
3. Menguasai Materi Kuliah Yang Dipegangnya
• Memiliki pengetahuan yang cukup luas dan mendalam di bidang ilmu yang dikuliahkan
• Memiliki pengetahuan yang mutakhir di bidang ilmu yang dikuliahkan
• Memiliki komitmen terhadap bidang yang menjadi spesialisasinya (selalu membaca literatur, menghadiri pertemuan profesional, dsb.)
• Memelihara kontak dengan teman-teman sejawat di bidangnya (di dalam dan di luar kampus)
• Dapat mendemonstrasikan dan menggambarkan aspek-aspek yang penting, serta menjelaskannya
• Mengetahui materi kuliahnya dengan cukup baik sehingga dapat menekankan aspek-aspeknya yang paling penting
• Menunjukkan dan perbedaan dan implikasi berbagai teori dan prinsip di bidang ilmu itu
• Menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konep yang lebih penting kepada bidang studi yang berkaitan
4. Siap dan Terorganisir
• Merencanakan dengan baik kegiatan kuliah untuk satu semester, unit, minggu, sehari
• Memberikan silbaus yang berisi tujuan mata kuliah, bibliografi, tugas, laporan laboratorium, pekerjaan rumah, jadwal tes, tugas khusus, penilaian, dan pedoam
• Datang ke ruang kuliah siap untuk mengajarkan topik tersebut
• Menggunakan waktu kuliah secara efektif dan efisien
• Menyajikan kuliah sedemikian rupa sehingga mahasiswa dapat melihat hubungan-hubungan yang ada di dalam materi kuliah itu
• Menggaris bawahi ide-ide yang utama
• Menggunakan alat bantu belajar secara efektif
• Memubat rangkuman untuk membantu mahasiswa mempelajari dan mengingat materi kuliah
5. Memiliki Antusiasme Yang Dinamis
• Merasa tertarik dan senang mengajar, dan menunjukkan hal itu
• Secara tulus tertarik pada mata kuliah itu
• Membuat belajar itu menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan
• Memancarkan sikap yang positif ke arah kehidupan secara umum
• Mengembangkan gaya kemanusiaannya sendiri yang unik
• Mau berusaha lebih keras untuk membuat mahasiswa melakukan apapun yang diperulukan untuk belajar
6. Memiliki Kepedulian Pribadi Terhadap Mahasiswa
• Secara tulus menghormati mahasiswa dan menunjukkan sikap peduli dan siap membantu ini
• Menunjukkan dengan jelas bahwa ia ingin membantu mahasiswa belajar
• Menyediakan waktu dan berusaha untuk mengenal mahasiswa dan kebutuhan mereka
• Bekerja dengan setiap mahasiswa sebagai pribadi
• Berbicara dengan mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kelas
• Membantu mahasiswa menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri
• Dihargai karena nasihat-nasihatnya pada hal-hal selain masalah kuliah, serta dalam kegiatan di dalam kelas
7. Ketrampilan Berinteraksi
• Melihat kebutuhan mahasiswa dan selalu mengikuti perkembangan kemajuan setiap mahasiswa
• Menggunakan reaksi dan umpan balik dari mahasiswa untuk meningkatkan danmemandu tindakannya
• Secara akurat membaca dan mengomunikasikan sinyal-sinyal non-verbal
• Mengetahui ketika para mahasiswa tidak mengerti
• Memandang mahasiswa ketika berbicara kepada mereka, di dalam atau di luar ruang kuliah—kontak mata menunjukkan adanya kesadaran sebenarnya
• Berusaha agar mahasiswa saling mengenal
• Memuji prestasi mahasiswa yang berhasil untuk memotivasi belajar mereka di masa mendatang
8. Fleksibilitas, Kreativitas, Keterbukaan
• Menggunakan berbagai ragam gaya dan metode penyajian kuliah
• Membagi setiap jam kuliah menjadi setidaknya tiga kegiatan yang terpisah
• Bekerja dengan berbagai mahasiswa secara bebeda
• Mengubah pendekatan mengajar untuk menyesuaikan dengan situasi baru
• Secara berkala, mencoba ide-ide baru dan berbeda
• Terus meneus mencari ide-ide, pendekatan dan metode mengajar yang baru
• Terbuka terhadap saran mahasiswa mengenai isi, metode perkuliahan, dan tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa
• Menggunakan individualitas dan originalitas dalam mengatur kegiatan belajar mengajar
9. Memiliki Kepribadian Yang Kuat
• Memiliki integritas dan krjujuran dalam semua hubungannya dengan mahasiswa
• Mengemukakan di depan semua peraturan dan persyaratan khusus tanpa ada harapan yang disembunyikan
• Tidak mengubah peraturan tanpa persetujuan mahasiswa
• Sangat berhati-hati dan bertindak adil dalam memberikan nilai dan ujian
• Menjaga kerahasiaan mahasiswa
• Bersedia mengambil resiko untuk berbuat salah dan kemudian memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya
• Memiliki kesabaran dan pengertian bagi mahasiswa baru
10. Komitmen
• Menunjukkan keingingan tulus untuk mengajar
• Menjadikan mengajar sebagai poritas nomor satu
• Menerima pembatasan dan kerja yang diperlukan menjalankan tugas secara benar
• Melakukan segala apa yang diperlukan untuk selalu memberi tahu mahasiswa tentang kemajuan, keberhasilan, dan kebutuhannya
• Meminta masukan dari mahasiswa, teman sejawat, dan pegawai administrasi untuk tujuan perbaikan
• Menerima kritik dan saran sebagai tanda perubahan yang positif
• Selalu mencari cara-cara mengajar yang baru dan lebih baik
• Berbagi ide-ide terbaik dengan teman sejawat demi peningkatan profesional mereka
Mahasiswa tidak hanya termotivasi oleh antusiasme, tetapi juga termotivasi oleh organisasi, kejelasan, keilmuan, dan teknik mengajar yang baik. Hal ini difahami oleh setiap dosen yang benar-benar peduli dan benar-benar ingin mengajar dengan baik! Yang juga menggembirakan adalah bahwa, bahkan perbedaan kecil pun sering cukup untuk mempertahankan perhatian sedikit lebih baik atau menyampaiakn ide dengan lebih jelas. Kita harus percaya pada diri kita sendiri dan bekejra keras untuk menjadi dosen sebaik mungkin, sesuai dengan ciri-ciri kita masing-masing.
“Tidak banyak dosen yang hebat; mungkin tidak ada dosen yang selalu baik. Tetapi, banyak dosen yang kadang-kadang hebat.” (Milton Hildebrand, 1973) Kita perlu berusaha keras untuk membuat kehebatan yang kadang-kadang ini terjadi lebih sering!
Sumber:
a. Principles of College Teaching seperti dimuat dalam http://www.k state.edu/catl/teach/gtahandbook/effectv.htm diakses tanggal 6 Juli 2009.
b. http://www.pendidikanislam.net/index.php/untuk-guru-a-dosen/39-pendidikan/80-ciri-ciri-dosen-profesional?showall=1
Senin, 25 Oktober 2010
DOKUMENTASI PADA MASA INTRA PARTUM
Catatan harus tepat / teliti dan lengkap karena ini akan dipakai sebagai landasan untuk menentukan rancana asuhan yang akan diberikan.
I. : Pengkajian waktu masuk kamar bersalin : parameter untuk dokumentasi.
I. Meninjau riwayat pasien : melihat catatan waktu antenatal.
II. Pengkajian awal untuk kebidanan.
a. Alasan masuk ke RS/RB, termasuk jam, tanggal dan cara masuk.
b. Pengkajian kontraksi uterus, termasuk kekuatan, lama dan frekuensinya.
c. Pengkajian tentang aie ketuban, sudah / belum keluar air, kalau sudah, kapan, jumlah, sifat, warna.
d. Keluaran dari vagina : iar ketuban, darah, darah lendir, sifat, warna, jumlah dan keistimewaan lain.
e. Pemeriksaan dalam sesuai dengan indikasi dan protokol.
1. Sifat portio, pembukaan
2. Bagian terendah yang teraba, posisi.
3. Turunnya bagian terendah.
4. Pengkajian lain, molage, kaput suksedanium, tali pusat dan keistimewaan lainnya yang teraba.
f. Tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan, termasuk denyut jantung janin dan cara pemeriksaannya (fetoskop, monitor).
g. Adanya edema.
h. Letak janin, turunnya bagian terendah, presentasi (kepala punggung / Lopold I-IV).
i. Hasil pemeriksaan urin (protein, glukosa, keton).
j. Makan terakhir kali, kapan, jenis makanan.
k. Permintaan khusus waktu bersalin.
l. Rencana pemberian minum bayi.
III. Pengkajian umum (termasuk riwayat kesehatan).
A. Allergi (makanan, obat, lingkungan)
B. Obat yang sedang dipakai.
C. Penampilan umum / pemeriksaan fisik.
1. Tinjauan sistim tubuh.
a. Pernafasan / ventilasi
b. Sirkulasi.
c. Keutuhan kulit / higiene.
d. Eliminasi.
e. Mobilitas.
D. Perawatan di RS sebelumnya, operasi.
E. Riwayat transfusi.
F. Kemungkinan kontak dengan penyakit menular akhir-akhir ini.
G. Gejala infeksi akhir-akhir ini atau sedang terjadi (termasuk PMS).
H. Kebutuhan khusus untuk keamanan.
I. Penggunaan alkohol, zat terlarang akhir-kahir ini.
IV. Pengkajian perilaku.
A. Perhatian untuk pekerjaan, interes dan lingkungan.
B. Cara mengatasi stres sebelumnya.
C. Defisit sensorik.
D. Kenutuhan agama, kebudayaan.
E. Sikap tubuh.
F. Interaksi dengan orang yang mendukung.
G. Pengkajian akan nyeri / tidak nyaman.
H. Harapan akan kelahiran. Tujuan.
I. Latar belakang sosial budaya.
V. Tindakan asuhan yang diberikan.
A. Perkenalan dengan lingkungan kamar bersalin.
B. Cukur kalau diperlukan.
C. Enema sesuai dengan protokol dan permintaan ibu.
D. Pemberian obat kalau ada / perlu.
E. Pemberian infus jika ada indikasi (induksi partus misalnya).
F. Intake dan out put.
G. Panduan pelaksanaan pengendalian infeksi jika ada sesuai.
PENCATATAN DALAM SELAMA MASA INTRAPARTUM
Pencatatan waktu intrapartal harus tepat dan lengkap dan ini akan memudahkan asuhan dan mejamin keselamatan untuk ibu, janin dan bayi baru lahir. Data-data khusus harus dihimpun dan dicatat selama masa intrapartum untuk memudahkan pengkajian dan perencanaan asuhan.
Data-data berikut diperlukan di kamar bersalin selama persalinan dan intervensinya
I. Keadaan ibu
A. Tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
B. Kontraksi : frekuensi, kekuatan dan interval (termasuk cara pemeriksaan).
C. Pembukaan dan pendataran serviks.
D. Presentasi dan turunnya bagian terendah.
E. Ketuba : positif? Kalau sudah pecah bagaimana keadaan air ketuban, warna, jumlah dan keluaran vagina yang lain.
F. Intake dan out put.
II. Keadaan fetus.
A. Fetal Heart Rate (termasuk cara pemeriksaan, lokasi dan hubungan dengan pola kontraksi).
B. Kegiatan fetus.
III. Reaksi perilaku ibu.
A. Kecemasan.
B. Nyeri / kenyamanan.
C. Interaksi dengan orang yang mendampingi.
D. Persepsi tentang proses persalinan.
E. Pemahaman akan proses persalinan (butuh penjelasan dan bimbingan).
IV. Tindakan asuhan dan intervensi yang diberikan.
A. Pemeriksaan dalam.
B. Observasi aktivitas uterus dan janin, pemakaian alat monitor, kontinyu atau intermiten.
C. Interpretasi rekaman monitor elektronik (kalau ada) pola kegiatan uterus dan denyut jantung janin.
D. Asuhan untuk pemberian rasa nyaman pada wanita inpartu.
E. Efek atau respon terhadap anestesi regional selama persalinan (kalau diberikan).
F. Dukungan emosional.
G. Pemberian obat termasuk analgetik, oxutocin.
H. Pemberian cairan, darah, atau produk darah.
I. Intervensi darurat yang dipergunakan untuk meningkatkan perfusi utero placenta (termasuk perubahan posisi atau pemberian oxygen).
J. Keterlibatan keluarga dalam proses persalinan.
K. Hasil pemeriksaan laboratorium kalau ada.
CATATAN SELAMA KALA II.
I. Pengkajian ibu.
A. tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
B. Pola kontraksi uterus, interpretasi dan intervensi yang dilakukan.
C. Darah lendir dan keluaran vagina.
D. Pengkajian ketuban.
E. Pemeriksanaan dalam dan semua hasil dan intervensi yang dilakukan.
F. Posisi ibu.
G. Kemampuan dan teknik mengejan.
H. Kapan mulai mengejan, spontan atau dipimpin. Lamanya. Kala II.
I. Kemajuan kala II.
J. Intervensi, pengobatan yang dilakukan selama kala II.
K. Catat dengan teliti jam / waktu anak lahir.
L. Tindakan yang dilakukan segera terhadap ibu maupun bayi setelah lahir.
II. Pengkajian kondisi fetus.
A. Denyut jantung janin dalam hubungan dengan pola kontraksi.
B. Perputaran paksi dan turunnya bagian terendah.
C. Catat dengan teliti jam / waktu anak lahir.
D. Tindkaan yang dilakukan terhadap bayi segera setelah lahir (pengisapan lendir, perawatan / pemotongan tali pusat).
III. Pengkajian perilaku ibu.
A. Reaksi denyut jantung janin terhadap perubahan posisi ibu, pemberian oxigen bila ada.
B. Peningkatan rasa nyaman,: perubahan posisi, pemberian minum, cara bernafas, elusan, kipas-kipas dll.
C. Respon pasien terhadap analgetik / anastesi.
D. Pembuatan episiotomi. Waktu dilakukan dan jenis episiotomi.
E. Bayi baru lahir,
hal yang perlu dicatat adalah :
1. Waktu bayi lahir.
2. Jenis persalinan.
3. Nilai Apgar pada satu dan lima menit kalau keadaan jelek mungkin waktu sepuluh menit.
4. Pemeliharaannya lancarnya jalan nafas misalnya penghisapan lendir, rangsangan.
5. Identifikasi bayi, cap kaki, gelang, kartu nama dan ditempat lain sesuai prosedur setempat.
6. Pemberian lingkungan yang hangat dan aman.
7. berat badan, panjang dan masa gestasi.
8. pemberian pertolongan darurat (RJP, inkubasi dan oxigen).
9. Fasilitasi keterikatan orang tua bayi (kontak kulit, gendong dll).
10. Membantu ibu memulai pemberian ASI / pengisapan.
11. Obat-obatan yang diberikan.
12. Observasi adanya penyimpangan. Tidak normal atau kelainan kongenital..
Dokumentasi pada kala III dan IV
I. Terlepas dan lahirnya plasenta
A. Jam / Waktu lahirnya placenta.
B. Warna placenta.
C. Bau placenta.
D. Presentasi waktu dilahirkan, bagian fetal atau maternal.
E. Ukuran, tiga dimensi, dapat juga diukur dengan tangan yang sudah disamakan dengan Cm atau dengan meteran yang tersedia (mis 18 x 20 x 2 cm).
F. Beratnya placenta.
G. Panjangnya tali pusat, insertio tali pusat pada placenta (sentral, lateral, marginal atau vellamentosa).
H. Robekan selaput ketuban, sentral, lateral atau marginaldan apakah ada pembuluh darah yang terputus ditemukan pada robekan selaput ketuban.
I. Keistimewaan yang ada pada jaringan placenta, misalnya jaringan infark, perkapuran, edema.
J. Keistimewaan yang ada pada bentuk placenta : Suksenturiata (anak placenta), bentuk bipartita (placenta teridiri dari dua tubus yang terpisah) atau tri psstite (tiga lobus).
K. Kelengkapan placenta dan selaput serta tindakan yang menyertai setelah pemeriksaan placenta, misalnya diadakan pemeriksaan / eksplorasi bila ada kecurigaan adanya sisa placenta dan
L. Obat-obat yang diberikan waktu kala tiga : jenis, dosis, rute, waktu pemberian.
II. Hasil observasi / pemeriksaan ibu.
A. tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi, pernfasan setiap 15 menit untuk 1 jam pertama.
B. Kontraksi uterus, konsistensi, posisi, dan tingginya fundus uteri.
C. Perdarahan, apakah ada bekuan darah, perembesan.
D. Kandung kemih, eliminasi.
E. Integritas perineum.
F. Jahitan.
G. Interaksi perilaku keluarga.
H. Pemberian ASI.
I. Pengkajian rasa nyeri.
J. Kelelahan, kehabisan tenaga, lapar, haus dan tingkat kesadaran.
K. Respon terhadap kelahiran ini.
III. Intervensi – semua intervensi harus dicatat.
A. Mulainya penyuluhan (lihat dibagian penyuluhan).
B. Pemberian obat-obatan utero tonika.
C. Masase uterus.
D. Kalau ada infus yang diteruskan.
E. Pemberian rasa nyaman, kompres es, analgetik.
F. Intervensi untuk mendukung kesatuan unit keluarga (termasuk pemberian ASI/ menyusukan).
IV. Pencatatan persalinan.
A. Waktu persalinan.
B. Jenis Persalinan.
C. Resume persalinan misalnya : spontan partus, G2 P2 A0, kehamilan 38 minggu, presentasi belakang kepala, u u k depan.
D. Lama persalinan menurut kala I-IV.
E. Banyaknya perdarahan baik terukur maupun perkiraan.
F. Kesimpulan ketuban.
G. Catatan tentang placenta (lihat diatas).
H. Perineum dan penjahitan.
I. Hasil pemeriksaan jalan lahir, intervensi yang dilakukan.
J. Keistimewaan lain yang menyertai, misalnya adanya haematoma, kondiloma, ………cuminata, hemoroid serta tindakan dan rencana pertolongan yang telah dan akan diberikan.
CATATAN SOAP PADA INTRAPARTUM
Tgl 20 April 2008, jam 11.30
S:
Berusia 28 tahun, G3P2, umur kehamilan sekitar 39 minggu. Kontraksi mulai jam 7, terjadi setiap 5 menit, berlangsung selama 30 detik. Air ketuban belum keluar, tidak ada perdarahan.
Bayi bergerak. Ibu sedikit beristirahat tadi malam. Ikut ANC 5 kali di BPS Rahimah. Riwayat kehamilan normal. Riwayat kelahiran sebelumnya normal, tanpa komplikasi. Suami menemani.
O:
TD 110/60, Nadi 86, Pernafasan 18, Suhu 37,2
Keadaan umum baik
Konjungtiva normal
TF : 35 cm
Presentasi : kepala
DJJ 144
Kontraksi : 3/10 menit, 30 detik
Pembukaan : 3 cm, tipis
Penurunan kepala 3/5, tidak ada molase
Ketuban utuh
Bloody show
A:
G3P2 aterm dalam persalinan Kala 1, fase laten
Keadaan bayi dan ibu baik
P:
Dukungan persalinan, berjalan-jalan
Pantau DJJ, kontraksi, dan nadi setiap 30 menit
Pantau suhu dan tekanan darah setiap 4 jam
Ulangi pemeriksaan 4 jam kemudian, atau per indikasi
Kala 1
Jam 13.45
S :
Ibu merasa ketubannya pecah, kontraksi terasa lebih kuat, lebih sakit.
O :
Air ketuban jernih
Pembukaan 7 cm; tipis; bloody show
Penurunan kepala 2/5
DJJ 140
Kontraksi 4/10, 50 detik
Nadi 90
A:
Fase aktif
Ketuban pecah, air jernih
Kemajuan normal
Keadaan bayi baik
Keadaan ibu baik; merasa sakit
P:
Anjurkan berdiri, bernapas saat kontraksi; counterpressure oleh suami
Anjurkan buang air kecil
Ulangi PD 2 jam kemudian, atau per indikasi
Mengisi partograf
Kala 2
Jam 14.45
S :
Ibu mau meneran. Sakit sekali di pinggang.
O :
Pembukaan lengkap
Kontraksi 4 kali/10 menit; 40 detik
DJJ 140
A :
Kala 2 persalinan, kemajuan baik
Keadaan bayi dan ibu baik; ibu merasa sakit tapi dapat melewatinya
P:
Antisipasi persalinan spontan
Bimbingan proses meneran ; anjurkan merubah posisi untuk mengurangi sakit
Kala 4
Jam 16.30
S :
Merasa banyak darah yang keluar saat berdiri. Merasa mulas saat bayi menyusui.
O:
1 pembalut menyerap darah; tidak ada gumpalan darah
Kontraksi yang baik
TF: 1 jari dibawah pusat
TD: 110/60; Nadi 85
Bayi menghisap dengan baik
A:
Perdarahan pada Kala 4 normal
Tanda-tanda vital stabil
Cara pemberian ASI benar; bayi menghisap
P:
Penyuluhan mengenai perdarahan
Anjurkan ibu masase fundus
Anjurkan ibu buang air kecil
Evaluasi ulang kontraksi uterus 15 menit kemudian
TEKNIK PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
I. Naratif
Bentuk naratif merupakan pencatatan tradisional dan bertahan paling lama serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi pada sumber. Sumber atau asal dokumentasi dapat siapa saja dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Setiap narasumber memberikan, hasil observasinya, menggambarkan aktifitas dan evaluasinya yang unik.
Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologis. Biasanya kebijakan institusi menggariskan siapa mencatat/melaporkan apa, bagaimana sesuatu akan dicatat dan harus dicatat dimana. Ada lembaga yang menetapkan bahwa setiap jenis petugas kesehatan harus mencatat di formulir yang telah dirancang khusus, misalnya catatan dokter, catatan perawat atau fisioterapi atau petugas gizi. Ada juga institusi yang membuat rancangan format yang dapat dipakai untuk semua jenis petugas kesehatan dan semua catatan terintegrasi dalam suatu catatan. Berhubung sifat terbukanya catatan naratif (orientasi pada sumber data) sehingga dapat digunakan pada setiap kondisi klinis. Tidak adanya struktur yang harus diakui memungkinkan bidan/perawat mendokumentasikan hasil observasinya yang relevan dan kejadian secara kronologis.
Keuntungan catatan naratif
1) Pencatatan secara kronologis memudahkan penafsiran secara berurutan dari kejadian dari asuhan/tindakan yang dilakukan
2) Memberi kebebasan kepada bidan untuk mencatat menurut gaya yang disukainya
3) Format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi, rekasi pasien dan outcomes
Kelemahan catatan naratif
1) Cenderung untuk menjadi kumpulan data yang terputus-putus, tumpang tindih dan sebenarnya catatannya kurang berarti
2) Kadang-kadang sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh catatan atau sebagian besar catatan tersebut
3) Mengabdikan sistem menguburkan pesanan dimana mencatat masalah pasien secara suferpisial/dangkal daripada mengupasnya secara mendalam
4) Perlu meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis pasien secara menyeluruh
5) Dapat membuang banyak waktu karena format yang polos menuntun pertimbangan hati-hati untuk menentukan informasi yang perlu dicatat setiap pasien
6) Kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi karena informasi yang bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang sama
7) Mengikuti perkembangan pasien bisa menyita banyak waktu
Kalau di tempat institusi tempat anda bekerja secara tradisi menggunakan metoda pencatatan naratif dan anda belum sempat mengembangkan format dengan metode pencatatan yang baru untuk dokumentasi asuhan kebidanan dengan pendekatan Manajemen Kebidanan yang berdasarkan pendekatan pemecahan masalah,
ada baiknya anda memperhatikan beberapa hal dalam pencatatan naratif ini, yaitu :
1) Pakai terminologi yang sudah lazim dipakai, misalnya : pengkajian, perencanaan, diagnosa, prognosa, evaluasi dan lain-lain
2) Dalam pencatatan perhatikan langkah-langkah : kumpulkan data subjektif, data objektif, kaji kebutuhan pasien dan tentukan diagnosa, prognosa, kemudian buat perencanaan asuhan/tindakan dengan memberi batasan waktu untuk pencapaian hasil yang diprediksi/perkembangan yang diharapkan atau waktu untuk evaluasi, laksanakan rencana itu dan perhatikan perkembangan pasien atau responnya terhadap tindakan kebidanan/keperwatan kemudian evaluasi sesuai rencana yang ditetapkan, kaji ulang seluruh proses dan revisi rencana kalau dinilai perlu
3) Tulis, perbaiki/sempurnakan dan pertahankan rencana asuhan sebagai bagian dari catatan anda
4) Buat penilaian anda secara periodik dan monitor kondisi fisik dan psikologis pasien dan tindakan perawatan misalnya melaksanakan rencana medik/dokter, penyuluhan pasien dan perkembangan pasien
5) Catat semua pernyataan evaluasi pada saat tertentu misalnya waktu masuk, pindah pulang atau pada saat adanya perubahan situasi/kondisi
II. Flow sheet /checklist
Flow sheet memungkinkan perawat untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara naratif, termasuk data klinik klien tentang tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu), berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam dan pemberian obat. Flow sheet yang biasanya dipakai adalah catatan klinik, catatan keseimbangan cairan dalam 24 jam, catatan pengobatan catatan harian tentang asuhan keperawatan. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flow sheet. Oleh karena itu flow sheet lebih sering digunakan di unit gawat darurat, terutama data fisiologis.
Lembar alur yang unik, berupa kesimpulan penemuan , termasuk flowsheet instruksi dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan catatan pemulangan klien. Rangkaian informasi dalam sistem pendekatan orientasi masalah. Catatan ini dirancang dengan format khusus pendokumentasian informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah terdaftar.
Flow sheet sendiri berisi hasil observasi dan tindakan tertentu. Beragam format mungkin digunakan dalam pencatatan walau demikian daftar masalah, flowsheet dan catatan perkembangan adalah syarat minimal untuk dokumentasi pasien yang adekuat/memadai.
SUMBER
1. Kusnadi, Dadang, , Dokumentasi Catatan Medik Rumah Sakit, Rumah sakit Budi Mulia.
2. lawintano, Laurensia, 2000, Dokumentasi Kebidanan, Jakarta; St. Carolus.
3. http://infobidanfitri.blogspot.com