Penyebab Kegagalan Bayi Tabung
Program bayi tabung menjadi pilihan pasangan suami istri yang sulit memperoleh anak. Namun sampai saat ini, tingkat keberhasilan bayi tabung masih rendah dan sering mengalami kegagalan. Apa faktor utama penyebab
kegagalan bayi tabung?
Program bayi tabung adalah salah satu teknik rekayasa reproduksi yang disebut juga in vitro fertilisation (IVF). Proses bayi tabung ini mempertemukan sperma suami dengan ovum atau sel telur istri di luar hingga tercapai pembuahan.
Mengapa program bayi tabung sering gagal?
Dilansir dari Advancedfertility, Senin (11/10/2010), sering gagalnya bayi tabung disebabkan oleh gagalnya prosesnya implantasi (penanaman) embrio.
Kegagalan implantasi bisa disebabkan oleh masalah pada embrio atau masalah pada rahim si ibu. Sebagian besar ahli kesuburan mengatakan bahwa 95 persen kegagalan bayi tabung disebabkan akibat gagalnya penangkapan embrio.
Gagalnya penangkapan embrio sering disebabkan oleh kelainan kromosom atau genetik dalam embrio yang membuatnya terlalu lemah untuk melanjutkan pengembangan normal dan implantasi.
Sayangnya, permasalahan tersebut masih menjadi 'kotak hitam' besar hingga saat ini. Belum ada teknologi yang aman dan hemat biaya yang memungkinkan ilmuwan menyelidiki kromosom atau masalah genetik dengan cara tidak merusak embrio normal secara signifikan.
Selain masalah genetik, keberhasilan bayi tabung juga ditentukan oleh banyak hal, antara lain sebagai berikut:
1. Usia ibu
Pada prinsipnya keberhasilan program bayi tabung akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Wanita di bawah 30 tahun peluangnya mencapai 50%, usia 30-35 tahun peluangnya 35%, usia 40 tahun keberhasilannya 10-15%, sementara di atas usia 40 tahun peluangnya tinggal 8%.
2. Kualitas dan kuantitas telur
Kualitas embrio ditentukan sel telur dari ibu dan usia produksi menurun sejak 35 tahun.
3. Kualitas sperma
Untuk suami yang diperiksaan adalah kualitas maupun kuantitas spermanya dengan jumlah ideal di atas 20 juta per cc.
4. Kualitas stimulasi ovarium IVF, tergantung pada keterampilan dokter mengendalikan prosesnya
5. Kualitas laboratorium IVF
6. Keterampilan dokter dalam pengambilan telur dan efisiensi secara keseluruhan
7. Keterampilan transfer embrio, baik dokter maupun peralatan yang digunakan
8. Jumlah telur yang diambil
9. Penyebab infertilitas pasien
10. Proses perkembangan, kualitas embrio dan tingkat penangkapan selama perkembangan embrio di laboratorium
Sebelumnya ahli kandungan dari Klinik Yasmin RSCM, dr R Muharam SpOG (K) mengatakan dalam proses penanaman embrio kerap terjadi kegagalan karena penanaman embrio di rahim tergantung kemampuan rahim menangkap embrio. Komunikasi embrio dengan rahim kadang tidak berjalan karena ada infeksi atau mioma uteri, polip dan kista.
Nah, kalau sudah begitu biasanya pasien dianjurkan untuk mengulang. Proses mengulang inilah yang juga salah satu yang membuat biaya membengkak. Belum lagi si ibu harus minum obat-obatan hormon.
Jika biaya rata-rata di Indonesia sebesar Rp 35-50 juta, bisa jadi karena proses mengulang itulah yang membuat biaya juga bertambah melebihi angka rata-rata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar