ASA , Antibodi Antisperma
Salah satu penyebab infertilitas yang tak terjelaskan adalah antibodi antisperma (ASA). Nah, kasus seperti Desy ini juga bisa dicurigai sebagai antibodi sperma.
Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan kelainan antibodi antisperma? Adakah hubungannya dengan sistem kekebalan tubuh atau antibodi?
Pemahaman itu memang tak sepenuhnya salah. Kelainan yang disebut ASA ini memang memiliki kaitan dengan kekebalan tubuh. Tepatnya, kekebalan tubuh yang mengenali sel sperma layaknya virus.
Normalnya, pada tubuh sel sperma terdapat pelindung unik yang menyebabkan ia tak dikenali tubuh wanita sebagai benda asing. Pada beberapa kasus, pelindung ini tidak berjalan dengan baik. Sperma pun bisa dikenali layaknya virus, sehingga diserang oleh antibodi pasangannya.
Saat berkontak pertama kali, tubuh wanita membentuk antibodi yang cukup kuat untuk menghalau sperma.
Bila antibodi terkena pada bagian ekor sperma, akan menyebabkannya sulit berenang secara terarah untuk mencapai tuba falopi guna bertemu sel telur. Dan bila antibodi terkena pada bagian kepala sel sperma, akan menyebabkan ia sulit membuahi sel telur.
Intinya, antibodi yang dibentuk spesifik terhadap sel sperma ini menyebabkan sel sperma sulit membuahi sel telur. Meskipun analisis sperma menunjukkan, sperma terdapat dalam jumlah cukup banyak dan mampu berenang cepat.
Antisprema
Bukan hanya pasangan yang sulit hamil tanpa gangguan reproduksi saja, ASA juga bisa dicurigai pada wanita yang kerap mengalami keguguran. Berdasarkan literatur medis, satu dari sekian banyak penyebab keguguran pada trimester pertama adalah ASA.
Sedangkan keguguran pada trimester kedua lebih banyak disebabkan penyakit autoimun lupus, sindrom darah kental, dan sindroma antiphospolipid.
Selain itu, pasangan yang telah memiliki anak pertama tapi kemudian kesulitan memiliki anak selanjutnya dengan pasangan yang sama, juga dapat dicurigai menderita ASA.
Bisa jadi kelahiran anak pertamanya merupakan faktor keberuntungan, dimana pembuahan terjadi sebelum tubuh membentuk antibodi yang cukup kuat terhadap sel sperma. Namun, pada kehamilan selanjutnya, sel sperma secara efektif dihalau oleh antibodi yang sudah terbentuk. Kehamilan pun bakal sulit terjadi dengan adanya antibodi antisperma ini pada tubuh sang wanita.
Ragam Faktor
Rusaknya pelindung sel sperma yang menyebabkan sel sperma teridentifikasi sebagai benda asing, dapat disebabkan banyak faktor. Pada pria, kerusakan pelindung ini bisa disebabkan luka pada buah pelir, buah pelir terpelintir, kelainan testis yang tidak masuk sempurna pada buah pelir, pembatalan vasektomi, varikokel, dan kanker buah pelir.
Pada wanita, antibodi antisperma dapat diproduksi pada lendir servik. Antibodi ini menghalangi sperma yang berenang melewati serviks menuju tuba falopi untuk bertemu sel telur. Biasanya kelainan ini didapat secara bakat dari keturunannya.
Namun, ASA tidak bisa serta merta dipastikan pada seseorang dengan gejala yang kasat atau jelas. Tidak ada indikasi secara jelas seseorang mengalami ASA seperti halnya mekanisme pertahanan tubuh dari infeksi kuman.
Menurut Indra, pasien infertilitas tanpa sebab bisa saja melakukan pemeriksaan ASA yang akurat, baik istri maupun suami. Caranya, sperma suami terlebih dulu dicuci untuk memisahkan sperma dari pengaruh seminal plasma. Tujuannya, agar betul-betul diperoleh spermatozoa-nya saja.
Spermatozoa dari suami ini lalu diuji di laboratorium dan dilihat apakah ada reaksi peningkatan titer ASA pada kekebalan tubuh istri. Meningkatnya titer ASA ini merupakan indikasi adanya respons imun tubuh (imuno-stimulasi) terhadap spermatozoa suami.
Imunisasi & Terapi
Jika seseorang telah dinyatakan memiliki ASA, selanjutnya dokter perlu memberitahukan beberapa kiat untuk menurunkan derajat antibodi antisperma. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh, baik secara klasik maupun dengan teknik tertentu.
Cara menurunkan antibodi antisperma secara klasik bisa dengan menggunakan kondom selama 6 bulan.
Tujuannya, untuk menurunkan antibodi terhadap sperma, sehingga setelah terapi dilakukan, peluang sperma untuk mencapai sel telur bisa meningkat. Cara lain bisa juga dengan memberikan imunosupresor yang mampu menekan kemampuan antibodi istri.
Reaksi imun yang lemah ini dapat memperbesar peluang sperma melakukan pembuahan. Dan cara yang paling mutakhir adalah dengan melakukan paternal leukocyte immunization (PLI) atau imunisasi sel darah putih suami terhadap istri. Cara ini dianggap lebih baik daripada menggunakan imunosupresor, yang menurunkan kekebalan tubuh secara menyeluruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar