Rabu, 25 Juli 2012

Asuhan Keperawatan TBc Paru pada Anak

Asuhan Keperawatan TBc Paru pada Anak
Oleh : Jubaedah (C.I. RSHS)

I.                   Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis tipe Humanus dan tipe Bovis pada jaringan paru

II.                Sifat Basil TBc
Basil gram positif, batang tahan asam, dapat hidup dalam keadaan kering, mati pada suhu 60° C dalam waktu 15 – 20 menit dan mati oleh cahaya matahari.
Protein basil TBc menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam mengakibatkan terjadi fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.

III.             Penularan :
-          melalui udara , sebagian besar fokus primer TBc terdapat dalam paru
-          melalui per orang sakit (minum susu yang mengandung m.. Bovis)
-          kontak langsung lewat luka atau lecet pada kulit

IV.             Patofisiologi
Basil TBc ® paru melalui udara ® kuman akan bermultiplikasi ® merangsang eksudasi poli morfonuklear dan proliferasi sel epitel ® terbentuk fokus primer ® basil TBc menyebar dengan cepat ® melalui saluran getah bening ® menuju kelenjar regional ® reaksi eksudasi ® membentuk kompleks primer (terjadi 2 – 10 minggu) setelah terkena infeksi ® bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi hipersensitifikasi terhadap tuberkulo protein ® terlihat dari tes tuberkulin ® terjadi daerah subpleura dan banyak terjadi dilapangan bawah paru dari pada di lapangan atas.

V.                Gambaran Klinik
Pada anak ® tidak khas dan sukar diketahui ® karena penyakit mulainya perlahan-lahan ® TBc pada anak kadang tanpa keluhan.

Adapun yang sering timbul gejala pada TBc paru adalah :
1.      Panas badan, sering dijumpai pada awal penyakit. Panas tidak begitu tini, terjadi selama ± 2 – 3 minggu.
2.      Pada keadaan berat disertai batuk-batuk, sesak napas, sianosis.
3.      Nafsu makan anak berkurang
4.      Berat badan anak menurun atau tidak naik
5.      Berkeringat malam hari
6.      Kelainan kelenjar etah bening di leher
7.      Adanya konjungtivitis phlyctaenularis
 Pendekatan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa TBc paru pada anak :
1.      Anamnesa ® ditanyakan gejala dan kontak dengan penderita TBc orang dewasa.
2.      Pemeriksaan fisik ® diperhatikan adanya kelainan yang dapat menyertai infeksi TBc :
·        gizi buruk
·        pembesaran kelenjar getah bening ® leher
·        kelainan pada mata ® konjungtivitis phlyctaenularis
·        kelainan pada kulit ® eritema nodosum
·        kelainan pada tulang ® spondilitis, dll.
3.      Tes Tuberkulin (PPD)
PPD 5 TU ® 0,1 ml (I.C) ® daerah volair lengan, dibaca hasilnya 48 – 72 jam. Apabila indurasi :
* 0 – 5 mm             ® negatif
* 5 – 9 mm             ® meragukan
* 10 - > 10 mm       ® positif
Bila PPD (+) dapat diartikan :
·        pernah mendapat infeksi basil TBc ® tetapi tidak menjadi sakit
·        sedang sakit TBc
·        TBc yang telah sembuh
·        Pernah TBc
Bila PPD (-) dapat diartikan :
·        anak belum pernah kena infeksi ® tidak adanya sensitifitas
·        ada vaskularisasi lokal yang berlebihan ® waktu demam
·        dosis yang diberikan kurang
·        kekuatan PPD kurang ® karena cahaya atau panas
·        anak KEP atau TBc berat, morbili, varicella, pertusis, difteri, tifoid, obat kortikosteroid, vaksin polio.
4.      Toraks photo didapatkan antara lain :
·        adanya pembesaran kelenjar di daerah mediastinum
·        tampak cairan di ronga pleura
·        tampak fokus primer berupa lesi yang bulat
·        tampak paru-paru kolaps / emfisema
·        tampak gambaran milier
·        tampak gambaran pneumonia
5.      Pemeriksaan laboratorium
·        didapatkan BTA (+)
·        periksakan bilas lambung untuk bayi dan anak
·        periksakan sputum untuk anak yang lebih besar
·        periksakan LED
VI.             Klasifikasi TBc Paru (Kenzig, 1990) :
0 ® tidak TBc : tidak ada infeksi, tidak ada kontak, PPD (-)
I ® kontak Tbc : tidak ada tanda infeksi, kontak (+), PPD (-)
II ® infeksi TBc tanpa penyakit : PPD (+), tidak ada gejala, bakteriologis (-), rontgen foto normal
III ® TBc aktif bila kontak (+) : PPD (+), foto paru ada gambaran TBc, anamnesis pemeriksaan fisik mencurigakan TBc / tanpa BTA dan kultur positif.
IV ® TBc tidak aktif bila kontak (-), PPD (+)
V ® suspek TBc.
VII.          Terapi TBc Paru
1.      Diberikan triple drug yaitu : INH, PAS, Streptomycin ® 15 – 18 bulan ® sangat efektif
2.      Rifampisin dan Pyrazinamid INH
3.      Sistem DOTS (Directly Observed Treatment, Short – Course)
VIII.       Komplikasi
1.      Radang selaput otak
2.      TBc tulang, Tbc kulit, Pleuritis exudativa ® 6 – 12 bulan setelah sakit
IX.             Perbedaan TBc anak dengan TBc dewasa
TBc anak :
TBc orang dewasa :
1. Lokalisasi tidap pada satu tempat
1. lokalisasi pada satu tempat
2. Penyebaran limphogen
2. tidak ada penyebaran limphogen
3. ada pembesaran kelenjar getah bening
3. tidak ada pembesaran kelenjar getah
    bening
4. bisa terjadi TBc milier
4. tidak terjadi TBc milier



X.                Proses Keperawatan
Pengkajian :
1.      Identitas klien dan identitas orang tua
2.      Tanda-tanda vital : respirasi, nadi, tekanan darah, suhu tubuh
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi respirasi dan sirkulasi. Fungsi respirasi  dipengaruhi : emosi, exercise, kesehatan, lingkungan.
Fungsi sirkulasi dipengaruhi : emosi, exercise, lingkungan, posisi tubuh
4.      Kondisi thoraks, paru
5.      Tes diagnostik : pemeriksaan kultur, sputum, darah, Rontgen foto
6.      Riwayat penyakit dahulu / riwayat kesehatan keluarga

XI.             Diagnosa Keperawatan
1.      Tidak efekif bersihan jalan nafas berhubungan dengan :
·        penumpukan sekret / sekret kental
·        penyakit paru / infeksi paru
2.      Tidak efektif pola nafas b. d. :
·        obstruksi jalan nafas akibat suatu kondisi paru
·        ekspansi dada yang tidak adekuat akibat nyeri
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. anoreksia / tidak ada nafsu makan
4.      Resiko terjadi penularan b.d. :
·        kontak dengan pasien yang lain
·        droplet infection

Tujuan diagnosa ke-1 dan 2 : jalan nafas efektif
Intervensi diagnosa 1 dan 2 :
1.      Berikan posisi yang ekstensi
2.      Latihan nafas dalam
3.      Latihan batuk efektif
4.      Latihan meniup (Pursedlif breathing)
5.      Latih pasien untuk bernafas melalui hidung dan mengembangkan perut ® tahan ® hembuskan melalui perut dan mengempiskan perut

Tujuan Diagnosa ke 3 : nutrisi terpenuhi
Intervensi :
1.      Bujuk anak agar mau makan
2.      Beri makan porsi kecil tapi sering
3.      Timbang BB pasien setiap hari
4.      Berikan menu yang hangat dan menarik

Tujuan diagnosa ke-4 : penularan tidak terjadi
Intervensi :
1.      Lakukan penyuluhan kesehatan terhadap keluarga untuk mencegah penularan
2.      Lakukan desinfeksi alat-alat makan pasien
3.      Lakukan tehnik aseptik sebelum / sesudah perawatan pasien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar