Senin, 14 Desember 2009

Check Up pra Kehamilan


Banyak pasangan muda ataupun tua yang baru menikah menanyakan penting atau tidaknya medical check up pra kehamilan??

Pre-Pregnancy Check Up sebenarnya merupakan langkah awal yang penting dilakukan pada saat pasangan sedang mempersiapkan kehamilan. Persiapan yang matang akan mempemudah jalan kita menuju kehamilan. Bahkan, di negara-negara belahan barat sana, Pre-Pregnancy Check Up sudah dianggap merupakan suatu keharusan.

Dengan melakukan Pre-Pregnancy Check Up ini, kita dapat mencegah terjadinya kelainan dan ketidaknormalan pada janin yang akan dikandung nantinya, mengingat kondisi kesehatan ibu pada saat mengandung akan mempengaruhi janin yang dikandungnya. Bila memang pada saat Pre-Pregnancy Check Up ditemukan adanya kelainan, maka kondisi ini bisa diperbaiki terlebih dulu sehingga bila saatnya hamil, kondisi kesehatan ibu sudah berada dalam keadaan yang prima. Bila ibunya sehat, bayinya juga bisa dipastikan akan sehat. Di samping itu dengan diketahuinya masalah lebih awal, proses dan usaha untuk mencapai kehamilan pun menjadi lebih mudah dan lebih cepat nantinya.

Tes Apa Saja yang Biasanya Dilakukan pada Pre-Pregnancy Check Up?
Karena Pre-Pregnancy Check Up bertujuan mengevaluasi kondisi kesehatan ibu dan pasangan/suami termasuk gaya hidup yang mempengaruhi kesehatannya, maka tes/cek yang dilakukan umumnya meliputi:

Riwayat Kesehatan Keluarga
Tes dimulai dari cek golongan darah, rhesus, penyakit-penyakit yang pernah diderita, dan kelainan-kelainan bawaan (jika ada) yang dialami pasangan maupun anggota keluarganya. Bila ditemukan adanya penyakit seperti epilepsi, diabetes, dan tekanan darah tinggi, maka dokter akan melakukan perawatan khusus pada ibu selama menjalani kehamilan. Demikian juga dengan adanya kelainan-kelainan bawaan, dokter akan melakukan tes lanjutan untuk melihat kemungkinan menurun tidaknya pada sang calon janin.

Kondisi Kesehatan Pasangan
Tes BMI (Body Mass Index), terlalu gemuk atau sebaliknya terlalu kurus sehingga diperlukan adanya diet khusus. Tes alat reproduksi calon ibu dan pasangannya/ suami, cek kondisi rahim, indung telur, saluran telur, apakah bebas dari myom dan sejenisnya. Cek kualitas sel telur yang siap untuk dibuahi, kualitas dan pergerakan sperma yang memungkinan untuk terjadinya pembuahan.

Obat-Obatan yang Sedang Digunakan
Ada tidaknya obat-obatan atau supplemen yang dikonsumsi secara rutin oleh calon ibu /suaminya yang dianggap berbahaya bagi sang calon janin. Bila memang ada, maka dokter akan meresepkan obat alternatifnya yang lebih aman.

Vaksinasi yang Mungkin Diperlukan
Tes darah untuk melihat kemungkinan terinfeksinya Torch sehubungan dengan gaya hidup yang dijalani (adanya hewan peliharaan, kebiasaan makan sayuran/daging mentah, steak setengah matang, lalap, sashimi). Sebelum hamil, pasangan perlu dipastikan terbebas dari virus ini. Bila memang diperlukan adanya vaksinasi, maka dokter akan melakukannya minimal satu bulan sebelum dipersiapkannya kehamilan.

Berikut ini berbagai jenis pemeriksaan chek up pra kehamilan, yang bisa Anda mintakan ke dokter.

Cek kualitas sperma. Kehamilan adalah hasil usaha bersama antara suami dan istri. Banyak pria yang merasa bahwa ketidaksuburan yang mengakibatkan ketidakhamilan berada di pihak istri, padahal banyak pasangan infertil disebabkan oleh kualitas sperma yang jelek, kualitas sperma hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan sperma.

Pemeriksaan darah rutin. Yang diperiksa meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, sel darah putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah (trombosit). Lewat pemeriksaan ini dapat diketahui apakah Anda mengalami anemia, infeksi, atau ganguan faktor pembekuan darah.
Golongan darah dan Rhesus. Setiap orang terlahir dengan golongan darah (A,B, AB, atau O) dan faktor Rhesus (+) atau (-). Sekitar 90% perempuan Asian memiliki Rhesus (+). Masalah akan timbul bila ibu memiliki Rhesus (-) dan ayah memiliki Rhesus (+), sementara si janin memiliki Rhesus (+). Janin Rhesus (+) pada ibu Rhesus (-) akan menimbulkan inkompatibilitas Rhesus yang bisa mengakibatkan kematian pada janin. Dengan mengatahui Rhesus sebelum hamil, dokter Anda dapat segera mengatasinya.

Hepatitis B (HBsAg). Hepatitis B merupakan penyakit yang ditularkan melalui darah dan kontak seksual. Bisa HBsAg Anda (-), Anda dapat menjalankan vaksinasi yang diberikan 3x sebelum Anda hamil. Penyuntikan dilakukan 3 kali untuk memastikan kadar antibodi yang terbentuk cukup dan bertahan seumur hidup. Sedangkan bila HBsAg Anda (+), Anda tidak boleh malakukan vaksinasi tetapi bayi Anda harus segara divaksinasi setelah lahir.

TORCH. Singkatan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus. Infeksi TORCH sebaiknya diketahui sebelum Anda memutuskan memiliki anak, karena infeksi saat kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi.

Gula darah. Periksa gula darah dilakukan sewaktu puasa dan tidak puasa. Kedua pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa apakah And amengidap diabetes mellitus, atau setidaknya memiliki kelainan yang dapat berkembang menjadi diabetes mellitus, seperti intoleransi glukosa.

VDRL. Pemeriksaan VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory) merupakan screening untuk sifilis, penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual. Janin yang terinfeksi dapat mengalami gejalanya saat lahir atau beberapa bulan setelah lahir. Gejalanya berupa pembesaran hati dan limpa, kuing, anemia, lesi kulit, pembesaran kelenjar getah bening dna gangguan sisten saraf. Pengobatan terhadap sifilis sebelum kehamilan bisa mencegah bayi terkena kongenital.

Urinalisis lengkap. Pemeriksaan urin berguna untuk mengetahui infeksi saluran kemih dan adanya darah, protein, dilirubin atau gula dana urin yang menunjukkan adanya penyakit tententu.

Analisa kromosom. Perlu dilakukan terutama bila ada riwayat di keluarga Anda atau pasangan yang mengalami kecacatan secara genetika, seperti down syndrome, thalassemia dan hemofilia. Untuk mengetahuinya, Anda dan pasangan bisa memeriksakan sample darah masing-masing di laboratorium khusu genetika (di Jakarta terdapat Lembaga Genetika eijckman).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar