Minggu, 13 Desember 2009
Perawatan Gigi Ibu Hamil
Pada saat ini ibu hamil betul-betul harus menjaga kondisi kesehatan dengan baik, mengonsumsi berbagai jenis makanan dan vitamin demi kesehatan ibu dan bayinya. Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada tubuh wanita, baik fisik maupun psikis.
Keadaan ini disebabkan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Saat kehamilan disertai berbagai keluhan lain seperti ngidam, mual, muntah termasuk keluhan sakit gigi dan mulut.
Kondisi gigi dan mulut ibu hamil seringkali ditandai dengan adanya pembesaran gusi yang mudah berdarah karena jaringan gusi merespons secara berlebihan terhadap iritasi lokal.Bentuk iritasi lokal ini berupa karang gigi, gigi berlubang, susunan gigi tidak rata atau adanya sisa akar gigi yang tidak dicabut. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan ibu pada saat tidak hamil.Pembesaran gusi ibu hamil biasa dimulai pada trisemester pertama sampai ketiga masa kehamilan. Keadaan ini disebabkan aktivitas hormonal yaitu hormon estrogen dan progesteron.
GINGITIVIS/HYPERPLESIA GRAVIDARUM)
Perubahan keseimbangan hormonal dalam kehamilan berakibat pada gigi dan jaringan sekitarnya. Jaringan ikat gigi (gingiva) mengalami pembesaran (hiperplasia) yang berarti sel-selnya bertambah banyak dan pembuluh darah meningkat permeabilitasnya sehingga lebih mudah dirembesi penyakit.
Perubahan di jaringan sekitar gigi ini mirip dengan perubahan akibat radang sehingga keadaan ini disebut gingitivis/ hyperplesia gravidarum atau radang gusi pada kehamilan. Tanda-tanda adanya pembengkakan pada gusi, berwarna merah menyala terang dan mudah berdarah. Daya sanga jaringannya pun berkurang sehingga gigi goyang dan mudah tanggal.
Pembesaran gigi pada ibu hamil ini biasanya dimulai pada trisemester pertama sampai ketiga masa kehamilan. Keadaan ini disebabkan aktivitas hormonal yaitu hormon estrogen dan progesteron. Proses peradangan sendiri karena domi-nannya progesteron. Pembesaran gusi ini akan mengalami penurunan pada kehamilan bulan ke sembilan dan beberapa hari setelah melahir kan. Keadaannya akan kembali normal seperti sebelum hamil. Karena pembesaran gusi dapat mengenai semua tempat atau beberapa tempat. Akibatnya sisa-sisa makanan mudah me-nyelip dan akan mengubah kadar asam basa mulut. Jika terus menerus plak akan terbentuk hingga tercipta lubang pada gigi dan masalahnya sering ditemukan ibu-ibu hamil malas melakukan aktivitas termasuk gosok gigi untuk men-jaga kebersihan mulut dengan alasan bawaan bayi.
1. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB
Faktor penyebab timbulnya gingitivis pada masa kehamilan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu sekunder dan primer.
a. Penyebab Primer
Penyebab primer adalah iritasi lokal seperti plak (kalkulus/plak yang telah mengalami pengapuran), sisa-sisa makanan, tambalan yang kurang baik dan gigi tiruan yang kurang baik. Saat kehamilan terjadi perubahan dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang bisa disebabkan oleh timbulnya perasaan mual, muntah, takut ketika menggosok gigi karena timbulnya perdarahan pada gusi atau ibu terlalu lelah dengan kehamilannya sehingga malas menggosok gigi.
b. Penyebab Sekunder
Penyebab sekunder merupakan keadaan fisiologis yang menyebabkan perubahan keseimbangan hormonal terutama perubahan hormon estrogen dan progesteron.Peningkatan konsentrasi hormon pada kehamilan ini mempunyai efek bervariasi pada jaringan, di antaranya pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah sehingga gusi menjadi lebih merah, bengkak, mudah mengalami perdarahan. Jika kebersihan mulut terpelihara dengan baik selama hamil maka perubahan mencolok pada jaring an gusi jarang terjadi.
2. KEADAAN KLINIS
Keadaan klinis jaringan gusi selama kehamilan tidak berbeda jauh dengan jaringan gusi wanita yang tidak hamil, di antaranya;
a. Warna gusi, jaringan gusi yang mengalami peradangan berwarna merah terang sampai kebiruan, kadang-kadang berwarna merah tua.
b. Kontur gusi, reaksi peradangan lebih banyak terlihat di daerah sela-sela gigi dan pinggiran gusi terlihat membulat.
c. Konsistensi, daerah sela gigi dan pinggiran gusi terlihat bengkak, halus dan mengkilat. Bagian gusi yang membengkak akan melekuk bila ditekan, lunak, dan lentur.
d. Risiko perdarahan, warna merah tua menandakan bertambahnya aliran darah, keadaan ini akan meningkatkan risiko perdarahan gusi.e. Luas peradangan, radang gusi pada masa kehamilan dapat terjadi secara lokal maupun menyeluruh. Proses peradangan dapat meluas sampai di bawah jaringan periodontal dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada struktur tersebut.
3. PENCEGAHAN
Sebagai tindakan pencegahan agar gingivitis selama masa kehamilan tidak terjadi, setiap ibu hamil harus memperhatikan kebersihan mulut di rumah atau pemeriksaan secara berkala oleh dokter gigi sehingga semua iritasi lokal selama kehamilan dapat terdeteksi lebih dini dan dapat dihilangkan secepat mungkin, Pada kehamilan bulan ketiga, ibu harus cukup vitamin yang mengandung zat kapur, karena gigi anak dalam kandungan mulai dibentuk pada bulan ketiga kehamilan. Jangan minum sembarang obat tanpa perintah dari dokter, karena ada obat-obat jenis tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan gigi. Misalnya antibiotik jenis tetracyclin dapat menyebabkan gigi anak yang sedang dikandung menjadi berwarna kuning atau keabu-abuan dan rapuh. Maka obat yang harus diminum seijin dokter yang merawat.
4. PENANGGULANGAN
Tindakan penanggulangan atau perawatan radang gusi pada ibu hamil dibagi menjadi empat tahap.
a. Tahap jaringan lunak yaitu menghilangkan semua jenis iritasi lokal yang ada seperti plak, kalkulus, sisa ma-kanan, perbaikan tambalan dan perbaikan gigi tiruan yang kurang baik.
b. Tahap fungsional yaitu melakukan perbaikan fungsi gigi dan mulut seperti pembuatan tambalan pada gigi berlubang, pembuatan gigi tiruan dan lain-lain.
c. Tahap sistemik yaitu memperhatikan kesehatan ibu hamil secara menyeluruh, melakukan perawatan dan pencegahan gingivitis selama kehamilan.
d. Tahap pemeliharaan dilakukan untuk mencegah kambuhnya penyakit jaringan penyangga gigi (gusi) setelah perawatan. Tindakan yang dilakukan adalah pemeliharaan kebersihan mulut di rumah dan pemeriksaan secara periodik atau check up ke dokter.
Setiap wanita menikah yang bersiap hamil periksa gigi minimal sekali dalam setahun. Namun lebih baik jika sekurangnya dua kali dalam setahun paparnya. Sedangkan untuk pencegahan gingitivis selama kehamilan dapat dilakukan langkah-langkah seperti menyikat gigi minimal dilakukan dua kali sehari, misalnya sesudah makan dan menjelang tidur. Membersihkan sela-sela gigi yang tidak terjangkau oleh sikat gigi dengan benang gigi (dental floss) sehari sekali. Namun jika ibu hamil sering mengalami mual muntah di pagi hari, disarankan agar memperbanyak kumur dengan air untuk menetralisir rasa asam akibat muntahan atau dengan mengunyah permen karet tanpa gula. Selain itu jika menyikat gigi menyebabkan mual dan muntah bisa dilakukan kumur-kumur dengan air lalu menyikat tanpa pasta gigi lalu diringi berkumur menggunakan obat kumur yang bersifat antiplak dan mengandung fluor.
5. PENTINGNYA PERAWATAN GIGI
Seandainya terjadi kasus gigi berlubang bahkan hingga infeksi, disarankan tidak dilakukan tindakan mengkonsumsi minum obat pereda nyeri atau antibiotik sebab bisa membahayakan pertumbuhan janin. Bila gigi tersebut (yang rusak) sampai harus dicabut, pada umumnya dilakukan setelah bayi lahir. Karena pencabutan gigi bisa mengakibatkan risiko pada kehamilan. Pasalnya anestasi lokal yang diperlukan untuk pembiusan sebelum pencabutan dapat menyebabkan kandungan ber-kontraksi. Padahal pada usia kehamilan tiga bulan pertama dan tiga bulan terakhir kontraksi dapat menyebabkan keguguran atau lahir prematur.
Ibu hamil yang mengalami sakit gigi kronis atau berat berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena pertumbuhannya terganggu, demikian menurut Heather Jaret, dari University of North Carolina di Chapel Hill, Amerika Serikat dalam presentasinya di Asosiasi Internasional untuk penelitian gigi. Sementara Dr. Steven Offenbacher, Direktur Center of Oral and Systemic Diseases di Universitas yang sama menjelaskan bahwa risiko tersebut sama kuatnya dengan risiko akibat merokok atau pemakaian alkohol.
Para ahli mencari hubungan antara penyaki di gusi dengan bayi beral lahir rendah, dengan melihat kejadian selama 5-6 tahun belakangan. Penelitian dilakukan dengan memeriksa kesehatan gigi dan mulut pada 850 wanita hamil, dengan usia dua puluh tahunan, sebelum usia kehamilan 26 minggu. Setelah itu diperiksa kembali dalam waktu 48 jam setelah persalinan. Penelitian ini juga memperhitungkan kontrol dan berbagai risiko, seperti umur, status merokoknya serta persalinan dini yang pernah dialami sebelumnya.
Penelitian itu menemukan bahwa peningkatan risiko dari bayi berat lahir rendah dan hambatan pertumbuhan janin terlihat kurang jika gangguan di gigi dan gusi memang ringan. Risiko itu menjadi signifikan jika penyakit giginya lebih berat.
Hubungan langsung antara penyakit gusi dan gigi mempengaruhi bayi memang belum diketahui dengan jelas, namun diperkirakan hal ini berhubungan dengan adanya respons terhadap bengkaknya gusi. Juga belum ada penelitian untuk membuktikan bahwa perawatan penyakit pada gusi dapat mengurangi efek negatif pada janin. Sekalipun begitu, dengan penelitian ini sebaiknya kita lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut.
Bobak, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. EGC. Jakarta
Derek Llewellylyn-Jones, 2005, Setiap Wanita (panduan Terlengkap Tentang Kesehatan, Kebidanan & Kandungan, PT Delpratasa Publishing
Varney, Kriebs, Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
http://www.beginnerbaby.com/blog/images/smile.jpg
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar