Minggu, 13 Desember 2009
MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan pemberian Asi sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan yang lain sampai bayi berusia 6 bulan, walaupun hanya air putih (WHO 2001).
Menurut Depkes (1997), sejak tahun 1990 dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan pemberian makanan pendamping ASI sebenarnya telah memadai dengan dicanangkannya GNPP-ASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan ASI) oleh Bapak Presiden Soeharto pada hari ibu tanggal 22 Desember 1990 bertemakan “Dengan ASI Kaum Ibu Mempelopori Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia (Depkes 1997)”.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah 35/1000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2003) dengan harapan pada tahun 2010 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia turun menjadi 15/1000 kelahiran hidup. Seringkali ibu-ibu kurang mendapat informasi bahkan mendengar informasi yang salah tentang manfaat ASI Ekslusif dan makanan pendamping ASI di berikan pada usia kurang dari 6 bulan, bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesulitan menyusui bayinya.
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi Pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food).
Menurut Depkes (1997) pemerintah sangat mendukung program ASI khususnya ASI Ekslusif, tetapi masih banyak ibu yang kurang memahami dalam memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya dan manfaat pemberian ASI bagi pertumbuhan bayi. Padahal program pemberian ASI Ekslusif telah dicanangkan sejak tahuan 1990.
Menurut Soetjiningsih, pengalaman telah menunjukan bahwa terbentuknya cara pemberian makanan bayi yang tepat serta lestarinya makanan pendamping ASI sangat tergantung kepada informasi yang diterima oleh ibu-ibu. penelitian menunjukan bahwa pemberian makanan pendamping ASI masih banyak diberikan pada bayi kurang dari 6 bulan. Sehingga dapat menimbulkan bayi sering diare karena usus bayi yang belum sempurna menerima dan mencerna makanan dengan baik. Pemberian ASI dengan pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat dalam kualitas dan kuantitas dapat menyebabkan bayi menderita kurang gizi.Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini menurunkan konsumsi ASI dan menimbulkan gangguan pencernaan/ diare. Sedang bila terlambat bisa menyebabkan bayi kurang gizi
Pengertian MPASI
Adalah makanan dan minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi dan anak guna memenuhi zat gizi selain dari ASI.
1. MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang.
2. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak .
3. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode usia 6-24 bulan.
Mengapa umur 6 bulan adalah saat terbaik anak mulai diberikan MPASI ?
1. Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi berusia kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian MP-ASI terlalu dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MP-ASI sebelum berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.
2. Saat bayi berumur 6 bulan keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dsb baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bulan.
3. Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan. Saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap untuk mengolah kandungan dari makanan. Sehingga makanan yg masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
4. Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari.
Cara Pemberian MPASI
1. Berikan dalam bentuk cair dan bertahap menjadi lebih kental.
2. Bila bayi tidak mau jangan dipaksa tetapi bisa diganti jenis lainnya dan pada kesempatan lain bisa diulang pemberiannya.
3. Jangan memberikan makanan pendamping dekat dengan waktu menyusui.
4. Berikan makanan pendamping yang bervariasi supaya tidak bosan sekaligus memperkenalkan aneka jenis bahan makanan.
5. MPASI mudah terjangkau oleh masyarakat luas baik harga dan bahannya, memerlukan pengolahan sebelum di konsumsi.
Awal Memperkenalkan MP-ASI
1. Berikan makanan dalam porsi kecil dulu, cukup 1-2 sendok teh
2. Tingkatkan jumlahnya sampai 3-4 sendok setelah 2-3 hari
3. Tambahkan porsinya secara bertahap dalam kurun waktu 4-5 hari
4. Untuk beberapa hari pertama, beri 1-2 kali sehari, bila bayi sudah terbiasa tingkatkan pemberian MP-ASI hingga 2-3 kali sehari.
Cara Menyuapkan MP-ASI
1. Saat menyuapi, letakkan sedikit makanan pada sendok, kemudian masukkan perlahan kedalam mulut bayi.
2. Suapkan makanan berikutnya setelah bayi berhasil menelan makanan sebelumnya
3. Suapkan makanan secara perlahan kedalam mulut bayi agar tidak tersedak.
Macam-macam MPASI yang baik pada bayi
Sayuran pertama: Wortel, kentang, lobak, labu parang, ubi merah, segala macam ubi-ubian, kacang polong, brokoli, kembang kol
Buah-buahan pertama: Apel, pear, pisang, pepaya, alpukat.
Tepung beras (baby rice): Campurkan tepung beras dengan air/ASI/susu
formula. Tepung beras sangat mudah dicerna dan rasa susu membuat masa
transisi ke makanan padat menjadi lebih mudah. Tepung beras dapat diberikan bersamaan dengan buah atau sayur.
Daging: Daging giling yang dimasak matang dapat diperkenalkan sebagai
makanan pertama bayi. Meski demikian, secara umum, kebutuhan utama
protein dan zat besi anak usia 6 bulan didapatkan dari ASI / susu
formula.
1. Bubur Susu
Bahan : satu sendok makan peres tepung beras, 1 sendok takar susu formula merk apa aja (dicairkan menjadi 30 ml)/ASI, 200 ml air matang.
Cara membuat : tepung beras dan air matang dimasak di atas api sehingga kental, angkat, campurkan dengan susu formula
2. Bubur kacang ijo
Bahan : setengah sendok makan tepung beras, 1 sendok teh tepung kacang ijo, 1 sendok takar susu formula, 200 ml air matang.
Cara membuat : tepung beras dan tepung kacang ijo dimasak dengan air matang di atas api hingga kental, angkat, campurkan dengan susu formula.
3. Bubur beras merah
Bahan : satu sendok makan peres tepung beras merah, setengah sendok makan tepung beras putih, 1 sendok takar susu formula, 200 ml air matang.
Cara membuat : tepung beras merah dan putih dimasak di atas api dengan air matang hingga kental, angkat, campurkan dengan susu formula.
4. Bubur susu saus apel
Bahan : setengah buah apel fuji, satu sendok makan peres tepung beras, satu sendok takar susu formula yang diencerkan menjadi 30 ml.
Cara membuat : kukus buah apel fuji selama 10-15 menit, setelah dingin tumbuk apel sampai kelihatan halus, kemudian disaring dengan saringan kawat. Tepung beras diolah sama seperti resep2 sebelumnya. Campurkan apel yang sudah disaring dengan olahan tepung beras dan susu formula. Siap disajikan.
Cara membuat tepung beras :
Beras dicuci kemudian dikeringkan. Bisa dengan cara disangrai. Setelah kering, beras diblender, lalu diayak. Setelah selesai diayak, tepung beras disangrai lagi agar lebih awet penyimpanannya. Hal ini berlaku pula untuk tepung kacang ijo dan tepung beras merah
5. Nasi Tim Saring Hati Ayam (1 Porsi)
Bahan:
20 gr beras, cuci bersih, 625 cc air, 25 gr hati ayam, 26 gr tempe, 27 gr tomat, 28 gr daun bayam, iris kasar, 1 sdt margarin/ mentega
Cara membuat:
1. Campur beras yang sudah dibersihkan dengan air, hati ayam, dan tempe. Rebus sambil terus diaduk hingga menjadi bubur
2. Masukkan bayam dan tomat, masak hingga sayuran matang. Angkat.
3. Masukkan margarin/ mentega, aduk rata.
4. Setelah dingin, haluskan dengan blender atau saringan kawat.
Tempatkan dalam wadah, siap diberikan pada bayi.
Mengolah Makanan/MP-ASI
1. Merebus
Memasak dengan cara memasukkan bahan makanan ke dalam panci berisi air mendidih. Rebus makanan dengan air secukupnuya yang diperkirakan akan habis dimakan. Lama rebusannya disesuaikan dengan bahan makanannya. Rebus makanan dalam keadaan panci yang tertutup
2. Mengukus
Memasak dengan menggunakan alat kukus. Lama pemasakan tergantung pada jenis bahan pangannya.
3. Mengetim
Memasukkan mangkuk tahan panas yang telah berisi bahan makanan ke dalam panci yang berisi air. Untuk bahan makanan karbohidrat (beras, mi, dsb) dan hewani (daging, ayam), sebelum di tim harus dimasak matang atau setengah matang.
4. Panggang
Memasak dengan memanaskan piring tahan panas yang telah berisi bahan makanan ke dalam oven atau langsung di atas api. Memanggang umumnya dilakukan untuk bahan makanan dari hewani atau jenis bahan pangan sekaligus (one dish meal), seperti makaroni skotel.
Permasalahan dalam pemberian MP-ASI
Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Selain itu ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 6 bulan memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah, sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya.
Beberapa permasalahan dalam pemberian makanan bayi/anak umur 0-24 bulan :
1. Pemberian Makanan Pralaktal (Makanan sebelum ASI keluar) Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu, pisang, yang diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi, dan mengganggu keberhasilan menyusui.
2. Kolostrum dibuang Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-kuningan. Masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayinya. Kolostrum mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.
3. Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan) menurunkan konsumsi ASI dan gangguan pencernaan/diare. Kalau pemberian MP-ASI terlambat bayi sudah lewat usia 6 bulan dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan anak.
4. MP-ASI yang diberikan tidak cukup Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada makanan anak, dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi terutama energi dan protein serta beberapa vitamin penting yang larut dalam lemak.
5. Pemberian MP-ASI sebelum ASI Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI. Dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang, yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi. Seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI.
6. Frekuensi pemberian MP-ASI kurang dalam sehari kurang akan berakibat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.
7. Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang manajemen laktasi pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan konsumsi zat gizi rendah apalagi kalau pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan.
8. Kebersihan kurang Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. MASIh banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa tutup makanan/tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare (mencret) dan lain-lain.
9. Prioritas gizi yang salah pada keluarga Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota keluarga yang lebih besar, seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan untuk anak baduta dan bila makan bersama-sama anak baduta selalu kalah
Air Susu Ibu (ASI) merupakan pemberian Asi sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan yang lain sampai bayi berusia 6 bulan, walaupun hanya air putih (WHO 2001). Makanan bayi yang utama adalah air susu ibu (ASI) karena ASI mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai kebutuhan bayi tetapi kecukupan komposisinya hanya sampai usia 6 bulan.
Cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh bayi yang didapat dari ibu semasa dalam kandungan dan selama usia tiga bulan sejak lahir sudah mulai menurun, sedangkan dari ASI kandungan vitamin A dan C serta zat besi sudah tidak begitu tinggi. Karena itu sejak usia 6 bulan sudah perlu diberikan makanan tambahan yang mengandung vitamin dan mineral, selain tetap memberikan ASI. Pada usia 6 bulan pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian makanan pendamping ASI harus setelah usia 6 bulan, karena jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami gangguan pencernaan atau diare. Sebaliknya bila makanan pendamping diberikan terlambat akan mengakibatkan anak kurang gizi bila terjadi dalam waktu panjang.
Pustaka
10. Departemen Kesehatan, Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI.2000 Jakarta
11. Wiryo H, Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan menyusui dengan Makanan Lokal.2000.Sagung Seto. Jakarta
12. WE, Nelson. Pemberian Makan Bayi dan Anak, dalam : Ilmu Kesehatan Anak,2005. Edisi 15, Vol. 1. EGC:Jakarta.
13. Siregar, SP., dkk. Clinical Features and Specific IgE. In Babies and Children With Cow's Milik Allergy, dalam : Paediatrica Indonesiana-Journal Of The Indonesian Society Of Pediatricians,1999. vol. 39. FKUI:Jakarta
14. Kasdu D. Makanan Sehat untuk Bayi.2005. Batavia Press:Jakarta.
http://www.herdaily.com/blogimg/parenting/baby-eating.jpg
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar