Tanpa melihat apakah seorang ibu kelak akan menyusui bayinya atau tidak, buah dada ibu telah dipersiapkan untuk laktasi oleh hormon-hormon yang disekresi selama kehamilan. Selama kehamilan ini jumlah alveoli meningkat dan mengalami perubahan-perubahan guna mempersiapkan produksi ASI.
Agar ASI dapat dikeluarkan, diperlukan hormon oksitosin yang disekresikan oleh glandula pituitaria posterior atas rangsangan isapan bayi. Oksitosin ini menyebabkan jaringan muskuler sekeliling alveoli berkontraksi yang dengan demikian mendorong ASI menuju ductus. Proses ini disebut dengan “let down” reflex.
Berdasarkan waktu diproduksinya, ASI dibagi menjadi 3, yaitu :
A. Kolostrum
1. Disekresi oleh kelenjar mammae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
2. Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.
3. Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur.
4. Merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekoneum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
B. Air susu masa peralihan (masa transisi)
1. Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur.
2. Disekresi dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI matur baru akan terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
C. Air susu matur
1. ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke-3 sampai ke-5 barulah komposisi ASI konstan.
2. Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
Volume Produksi ASI
Volume ASI yang dikeluarkan berkisar antara 0,5 – 1,5 liter/hari, terutama bergantung pada kebutuhan bayi, pola pemberian ASI dan status gizi. Komposisi ASI tidak tergantung pada status gizi ibu, kecuali status gizi ibu malnutrisi berat. Bahkan menyusui hingga 2 tahun pun, kualitas ASI masih dipertahankan meskipun jumlahnya menjadi sangat kurang.
Komposisi ASI
Komposisi ASI terdiri atas berbagai macam faktor proteksi, yaitu :
1. Imunoglobulin : seperti lgA, lgM, lgD dan lgE.
2. Lisozim : Terdapat dalam ASI sebanyak 6 – 300 ml/1.000 ml dan kadarnya bisa meningkat hingga 3.000 – 5.000 kal lebih banyak dibandingkan kadar lisozim dalam susu sapi. Enzim ini mempunyai fungsi bakteriostatik terhadap enterobakteria dan kuman gram (-), juga berperan sebagai pelindung terhadap berbagai macam virus.
3. Laktoperiodase : enzim ini bersama dengan perokdase hidrogen dan tiosianat membantu membunuh streptococcus.
4. Faktor bifidus : merupakan karbohidrat yang mengandung nitrogen. Mempunyai konsentrasi di dalam ASI 40 kali lebih tinggi dibanding dengan konsentrasi yang ada di susu sapi. Fungsi faktor ini untuk mencegah pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti kuman E.coli patogen.
5. Faktor anti stafilokokus : merupakan asam lemak dan melindungi bayi terhadap penyerbuan stafilokokus.
6. Laktdarierin dan transferin : protein-protein ini memiliki kapasitas mengikat Fe / zat besi dengan baik hingga mengurangi tersedianya zat besi bagi pertumbuhan kuman yang memerlukan.
7. Komponen komplemen : sistem komplemen terdiri dari 11 protein serum yang dapat dibedakan satu sama lain dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat seperti antibodi, produksi kuman dan enzim. Komplemen C3 dan C4 terdapat dalam ASI. Dalam kolostrum terdapat konsentrasi C3 lebih tinggi hingga dalam keadaan aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti.
8. Sel makrdariag dan netrdariil dapat melakukan fagositosis itu terhadap Stafilokokus, E.coli dan Candida albicans.
9. Lipase : merupakan zat antivirus.
Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya- upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan sebagai berikut :
a. Pada masa kehamilan (antenatal)
1. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
2. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara / keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Di samping itu perlu dipantau ada kenaikan berat badan ibu hamil.
3. Perawatan payudara mulai usia kehamilan 6 bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
4. Memperhatian gizi / makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat sebelum hamil.
5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini diperlukan keluarga, terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
1. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yaitu tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu.
2. Membantu terjadinya kontak langsung antara ibu dan bayi selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
3. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 S) dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan.
c. Pada masa menyusui selanjutnya (postnatal)
1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi.
2. Perhatikan gizi / makanan ini menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum 8 gelas / hari.
3. Ibu menyusui harus istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
4. Perhatian dan dukungan keluarga penting terutama suami untuk menunjang keberhasilan menyusui.
5. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menyusui seperti payudara banyak disertai demam.
6. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bayi mereka.
7. Memperhatikan gizi / makanan anak, terutama mulai 6 bulan, berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
Cara Pemberian ASI
Ibu hendaknya duduk dengan enak di kursi dengan sandaran, hingga punggung ditunjang oleh sandaran tersebut. Gerakan puting susu di ujung mulut bayi untuk merangsangnya hingga puting akan dimasukkan ke dalam mulutnya dengan bibir menutup aerola, akan tetapi jangan sampai lubang hidung bayi tertutup hingga sukar bernafas. Mungkin ASI belum keluar, akan tetapi pengisapan ini memberi rangsangan bagi pembuatan ASI. Pada hari pertama jangan biarkan bayi menghisap terlalu lama untuk menghindarkan rasa sakit pada puting.
Lama Menyusui
Dalam dua hari pertama produksi ASI belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama, cukup beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari berikutnya bayi dapat menyusui selama 15 – 20 menit tiap kalinya, walaupun sebagian besar ASI keluar pada 5 – 10 menit pertama dari tiap payudara. Sebaiknya harus diperhatikan bahwa bayi yang menangis tidak selalu disebabkan oleh rasa lapar, mungkin juga oleh mulas (kolik, gerakan usus yang berlebihan, sedang sakit dan sebagainya).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi selama enam bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.
Sumber
1.Hadi H. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasi terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Disampaikan dalam pidato Penyuluhan Jabatan Guru Besar FK UGM; 2005.
2.Tumbuh Kembang Anak. Available at http://www.idai.or.id di unduh tgl 12 Nov 2009.
3.Siregar A. Pemberian ASI Ekslusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Bagian Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat USU, 2004. Tersedia dari http://library.usu.ac.id/fkm/fkm-arifinsiregar.pdf diunduh tgl 11 agustus 2009.
4.Asi Eksklusif 6 bulan. Tersedia dari http://bayidananak.com/2008/11/19 diunduh ttgl 15 Agustus 2009.
5.http://myrtus.typepad.com/photos/uncategorized/2007/05/18/breastfeed.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar