Rabu, 30 Mei 2012

Penanganan Hernia Seharusnya Lebih Ideal


Ternyata di Indonesia penanganan hernia masih belum seragam. Perlunya suatu penanganan yang ideal untuk meminimalisir angka kambuh, kesakitan, terhindar oleh kasus kematian, dan penderita bisa beraktivitas kembali.


Penanganan hernia yang masih perlu diseragamkan ialah pemanfaatan mesh graft atau jaring sintetis yang digunakan untuk menutup bagian yang lemah pada dinding. Mest graft merupakan jaring sintetis yang berfungsi sebagai tempat jaringan untuk merambat dan menghambat masuknya bagian organ pada rongga.

Menurut dr Sugandi Hardjanto yang juga sebagai ketua PABI atau Ketua Seksi Ilmiah Persatuan Ahli Bedah Indonesia, pada Sabtu (19/11), mengatakan “Pemakaian mesh graft sebenarnya prosedur operasional standar sejak tahun 1990-an, namun ada yang belum memakainya dengan alasan tertentu.”

Risiko kambuhnya hernia dapat diperkecil dengan penggunaan mesh di defek hernia. Bedah terbuka akan mengalami kesulitan untuk mengatasi hernia yang kambuh. Alternatif lainnya gunakanlah laparoskopi pada bedah tertutup. “Jika hanya dijahit saja tanpa mesh, risiko kambuhnya 10-15 persen,” ujar Sugandi.

Menurut dr N Dasa Putra yang bertugas di rumah sakit umum daerah Banyudono sebagai dokter spesialis bedah mengatakan, fungsi dari penggunaan mesh, supaya defek terhindar dari tekanan dan memperkecil rasa nyeri yang muncul. Beberapa dokter dimungkinan masih belum menggunakan mesh dikarenakan beberapa pertimbangan atau alasan harga dan juga masih belum begitu terbiasa.

“Terutama di daerah-daerah kecil. Penting bagi dokter untuk rutin menambah pengetahuan dan keterampilan medisnya,” ujar Dasa.

Dari kasus hernia yang pernah ada kurang lebih 75% terjadi di area lipatan paha. Kemungkinan terkena hernia pada pria lebih tinggi bila dbandingkan dengan wanita, untuk perbandingannya sendiri 26:1. Hernia sering disebut tedun atau burut, penyakit ini harus segera diobati supaya tidak menimbulkan komplikasi, seperti terjepitnya organ yang menimbulkan rusaknya organ atau keselamtan jiwa menjadi terancam.

Di luar dari bedah terbuka, ada juga bedah tertutup dengan metode laparoskopi. Jenis metode masih belum terlalu dikuasai karena terbentur dengan mahalnya biaya peralatan dan tidak dimiliki oleh semua rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar