Lumba-lumba adalah salah satu hewan yang memiliki kecerdasan tinggi dan sangat bersahabat dengan manusia. Kecerdasan ini ditandai dengan kemapuan mereka untuk mengenali diri mereka sendiri dalam cermin, sadar penuh dan memiliki bahasa yang kompleks dibandingkan dengan hewan lain. Dipercaya bahwa lumba-lumba memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai macam masalah neurologis seperti depresi, sindrom down, autis dan berbagai masalah psikologis lainnya.
Terapi dengan menggunakan hewan peliharaan pada anak autis dapat menurunkan tekanan darah, meringankan insomnia, dan sakit kepala. Saat ini terapi lumba-lumba untuk anak autis dapat di temukan di Bali dan pulau Bidadari. Lumba-lumba yang digunakan dalam terapi ini adalah lumba-lumba yang sudah jinak dan terlatih serta bisa bermain dan berinteraksi dengan anak.
Mamalia laut ini memiliki kemapuan sonar, yakni mendeteksi benda-benda disekitarnya dengan mengirimkan suara berfrekuansi tinggi melalui moncongnya kemudian diterima kembali dan diterjemahkan untuk mengenali lingkungan sekitar, mirip radar. Selain sebagai radar, suara berfrekwensi tinggi ini juga digunakan untuk berkomunikasi dengan lumba-lumba lainnya. Sonar inilah yang disebut-sebut memiliki kemampuan penyembuhan untuk anak penderita autis, meningkatkan kemampuan wicara dan motorik anak.
Proses terapinya dengan cara anak berinteraksi langsung didalam kolam renang. Dengan dibantu instruktur lumba-lumba, anak akan diajak untuk berinteraksi, menyentuh, memberi makan, dan bermain-main dengan hewan pintar ini. Banyak anak-anak yang terlihat senang bermain dan berinteraksi dengan mereka.
Menurut Dr Michael T. Hyson, pakar terapi lumba-lumba dan autisme, 1973 adalah awal dari lahirnya terapi ini, ketika sekelompok anak-anak autis dibawa ke Seaquarium Miami untuk bertemu lumba-lumba. Anak-anak autis yang biasanya memiliki rentang perhatian hanya lima menit atau kurang, bisa bermain dan mengembangkan ikatan dengan lumba-lumba selama lebih dari satu jam. Hasil yang menggembirakan ini menjadi awal lumba-lumba untuk program terapi dan penelitian di Florida.
Karena terapi lumba-lumba ini masih sangat jarang di Indonesia, beberapa pihak mencoba merekam suara yang ditimbulkan oleh lumba-lumba dalam bentuk CD sehingga bisa diperdengarkan dirumah.
Meskipun terapi ini populer dan semakin banyak dilakukan oleh para orang tua tetapi masih belum ada bukti klinis yang menyatakan bahwa terapi ini dapat meringankan gejala autis, tetapi terapi lumba-lumba untuk anak autis ini masih memberikan manfaat kesehatan sebagai "terapi hewan peliharaan" yang menurunkan tekanan darah, meringankan insomnia, dan sakit kepala seperti disebutkan diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar