Oleh: Agatha Yunita
Di sebuah panggung, duduklah seorang violist yang tak dapat melihat. Matanya buta sejak masih kecil, namun ia punya semangat yang luar biasa. Malam itu, ia diberi kesempatan yang langka untuk tampil di depan orang banyak. Tentu saja ia gugup dan takut.
Setiap hari, ia selalu berlatih dengan keras untuk konser malam tersebut.
Tak sedetik waktupun ia buang untuk melupakan latihan. Ia pernah berkata pada ibunya, bahwa konser itu adalah impiannya. Ia akan sangat bahagia dapat menyuguhkan alunan lagu merdu bagi penonton, hanya itulah keinginannya.
Ia pun mulai duduk, memegang biolanya dengan sangat terampil dan segera memainkan sebuah komposisi lagu. Para penonton ada yang memperhatikan, namun tak sedikit pula yang sibuk dengan ponsel atau berbincang dengan teman di sebelahnya. Sampai di pertengahan lagu, tiba-tiba dua dawai biolanya putus. Lagupun terhenti. Suasana menjadi hening... pandangan semua penonton ada padanya.
Ia kemudian berdiri. Perlahan, diletakkannya kembali biola di antara bahu dan dagunya. Kemudian, dengan sisa dawai yang ia miliki, dimainkannya lagu indah improvisasi dari nada yang ada.
Tentu saja kedengarannya tak seperti komposisi aslinya. Namun, justru lagunya kini membuat semua penonton terdiam, terpaku dan terpukau oleh lagu yang dibawakannya.
Violist itu telah kehilangan dua dawai penting pada konsernya, tetapi ia tak mau impiannya hancur hanya karena hal tersebut. Ia berusaha keras menyelesaikan penampilan dengan sisa dawai yang dimilikinya, dan ia berhasil dengan sebuah keajaiban di dalamnya.
Banyak kehilangan yang juga kita alami, seperti halnya sang violist. Namun, apakah kemudian kita akan membiarkan kehilangan tersebut menghentikan langkah Anda meraih impian? (vem/bee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar