Menurut dr. Budiharja, DTM&H, MPH, selaku Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak, mengatakan bahwa banyak sekali dampak positif yang dapat diambil ibu dan anaknya jika memberikan ASI secara dini. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan dengan menyusui adalah terjalinnya hubungan kasih saying yang baik antara ibu dan anak. Tidak hanya itu, tetapi juga dapat mengurangi perdarahan ketika selesai melahirkan, membantu kesembuhan kesehatan ibu, menunda terjadinya kehamilan, meminimalisir risiko terserang penyakit kanker payudara dan ibu merasakan kebahagiaan tersendiri.
Memberikan ASI yang dilakukan dalam dekapan ibu dapat membantu untuk membentuk perkembangan emosional, bayi akan merasakan kehangatan, rasa aman, kasih sayang karena langsung bersentuhan dengan sang ibu, tambah dr. Budiharja.
“Delapan puluh persen perkembangan otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode emas, oleh karena itu diperlukan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan mineral yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang seimbang”, kata dr. Budiharja.
Pada tahun 2010 data yang didapat dari Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa saat ini di Indonesia pemberian ASI sangat memperihatinkan, persentasenya hanya 15,3% yang melakukan aktivitas menyusui sampai usia bayi 6 bulan. Penyebabnya sendiri adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI. Padahal ASI mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem imun bayi untuk mencegah dari serangan penyakit, karena di dalam ASI terdapat kandungan karotenoid dan selenium. Kandungan lain yang terdapat dalam ASI adalah mineral dan enzim yang sangat berguna untuk mencegah tubuh dari serangan penyakit dan antibodi yang lebih baik dari pada kandungan yang ada dalam susu formula.
Faktor-faktor utama yang menentukan rendahnya pemberian ASI di Indonesia ialah kurangnya pemahaman dari ibu hamil, keluarga serta masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI, dukungan yang diberikan jajaran kesehatan dalam Peningkatan Pemberian ASI atau PP-ASI belum sepenuhnya dilakukan, faktor sosial budaya juga turut mempengaruhi.
Masalah tersebut semakin menjadi parah dengan semakin gencarnya promosi dari susu formula serta warga masyarakat banyak yang kurang mendukung, dan banyak sekali kantor atau institusi yang belum memberikan ruang khusus untuk menyusui. Perlunya dukungan dari berbagai pihak supaya program ini dapat berjalan dengan baik sehingga ibu dapat terus menyusui bayinya.
Masih rendahnya ibu yang menyusui dapat menjadi suatu ancaman yang serius pada pertumbuhan anak dan kualitas dari SDM anak. Bayi dapat mengalami kekurangan gizi bila setelah usia 6 bulan tidak diberikan ASI dan beberapa makanan pendamping dengan baik, teratur dan tepat.
“Pemberian ASI secara baik, benar dan makanan pendamping yang diolah sendiri merupakan upaya untuk cegah tangkal yang utama dalam mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak”, ujar dr. Budiharja.
Pada 22 Desember 2008 yang bertepatan dengan Peringatan Hari Ibu ke-80, dengan disaksikan oleh Presiden RI dilakukan penandatangan peraturan yang berhubungan dalam peningkatan pemberian ASI, peraturan tersebut ditandatangani oleh Menteri Kesehatan, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, dan Menakertrans. Peraturan ini juga menganjurkan untuk menyediakan ruang khusus menyusui di kantor atau instansi pemerintah ataupun swasta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar