Sebuah fakta baru dari dua penelitian telah mengungkapkan adanya bahaya mendengkur buat kesehatan. Tidak dapat di abaikan bahwa rasa kantuk yang berlebih dan mendengkur merupakan pertanda dari sleep apnea, risiko seseorang terserang kanker dapat meningkat karena hal ini.
Penelitian terdahulu hanya melihat kaiatannya sleep apnea dengan kanker yang terjadi pada tikus, kedua penelitian ini merupakan penelitian pertama yang meneliti kaitan sleep apnea dengan kanker pada manusia. Ini adalah sebuah terobosan baru dan jangan sampai kita mengabaikannya.
Berhenti nafas sejenak pada saat tidur dapat diartikan sebagai sleep apnea, kejadian ini terjadi karena melemasnya saluran nafas bagian atas. Tersumbatnya saluran nafas dapat mengakibatkan sesak nafas saat tidur dan terjadi tanpa disadari.
Dari penderitanya nampak biasa saja dalam mendengkur, namun diikuti juga dengan keadaan sunyi serta dalamnya gerakan nafas, kemudian seakan-akan tersedak lalu mendengkur lagi. Walaupun pada saat tidur penderitanya nampak merasakan sesak nafas, penderitanya tidak akan sadar bila tidak diingatkan orang lain. Sepanjang malam akan mengalami naik turunnya kadar oksigen dalam darah.
Penderita sleep apnea di Amerika sendiri mencapai hingga 28 juta jiwa, namun sementara ini di Indonesia belum diketahui pasti jumlahnya. Dugaan awal sementara, kemungkinan tidak sedikit jumlahnya. Anda bisa lihat sendiri di sekelilingi kita mungkin di antara rekan dan kerabat Anda ada yang mendengkur pada saat tidur.
Sleep apnea bagi dokter ahli kesehatan tidur merupakan suatu gangguan tidur yang tidak dapat disepelekan. Sudah diketahui bahwa sleep apnea dapat berakibat langsung pada beberapa penyakit seperti kesehatan jantung, hipertensi, pembuluh darah, dapat mengakibatkan diabetes, impotensi serta stroke. Sleep apnea juga dapat menyebabkan kantuk berlebih atau hypersomnia yang bisa berakibat pada kualitas hidup Anda.
Penelitian
Penelitian di Spanyol dilakukan selama 7 tahun dengan mengikuti 5.200 pasien klinik yang mengalami gangguan tidur dan menemukan bahwa 65% dari penderita sleep apnea yang telah parah mempunyai risiko yang lebih besar terserang kanker. Sementara penelitian yang dilakukan di Wisconsin, Negara Amerika, penelitian ini melibatkan 1.500 pegawa negeri, peneliti selama mengikuti partisipan mendapatkan bahwa mereka yang selama tidurnya mengalami gangguan pernafasan yang parah dapat memiliki risiko kematian yang disebabkan kanker hingga 5 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan yang normal. Penelitian dalam kedua kelompok ini tidak berfokus pada satu jenis kanker saja.
Peneliti dari Spanyol telah melihat beberapa kejadian dari kanker yang di derita oleh pasien sleep apnea. Para peneliti menilai kadar oksigen turun berapa kali selama tidur, kemudian dibandingkan dengan angka pada kejadian kanker. Pada awalnya dari penelitian menunjukan bahwa penderita sleep apnea tidak ada yang terdeteksi terkena penyakit kanker.
Para peneliti mengikuti selama tujuh tahun dan mereka yang didiagnosis kanker akan ditinjau kembali berapa angka penurunan oksigennya. Kemungkinan menderita kanker semakin besar di masa depan apabila hasilnya menunjukan angka penurunan oksigen yang semakin parah.
Kadar oksigen saat tidur memiliki batas normal 90%. Apabila mereka mengalami penurunan oksigen sampai di bawah 90%, maka mereka mempunyai risiko menderita kanker 68% lebih besar dari pada mereka yang selama tidur memiliki kadar oksigen yang normal. Risiko terkena kanker semakin besar bila mengalami penurunan kadar oksigen yang semakin sering.
Proyek terbesar mengenai sleep apnea dengan populasi luas yang dilakukan Wisconsin, Amerika, sejak tahun 1989. Para peneliti melihat data tentang kesehatan pegawai negeri. Pemeriksaan tidur telah dijalani oleh semua peserta dengan menggunakan polisomnografi. Fokus dari penelitian ini adalah melihat angka kematian yang disebabkan kanker untuk penderita sleep apnea.
Didapatkan adanya perbandingan antara mereka yang mengalami sleep apnea sedang, memiliki risiko terkena kanker dua kali lipatnya dibanding dengan yang sehat. Untuk penderita sleep apnea yang parah mengalami peningkatan risiko mencapai 4,8 kalinya.
Hasil dari kedua penelitian tersebut telah dipresentasikan dalam pertemuan the American Thoracic Society, penelitian ini telah membuka cakrawala dan pengetahuan baru tentang kaitannya tidur dengan kesehatan. Para peneliti menambahkan, bahwa perlunya penelitian-penelitian baru yang dapat mencerahkan kita semua.
Mekanisme dari mendengkur dan kanker
Lihatlah penelitan terdahulu yang dilakukan pada tikus untuk mengetahui tentang mekanisme hubungan mendengkur dengan kanker. Pengujian pada tikus dilakukan dengan meniru kejadian kekurangan oksigen berulang pada saat tidur, sama halnya yang terjadi dengan penderita sleep apnea. Sehingga mengakibatkan tumbuhnya sel tumor yang semakin cepat di banding dengan tikus yang mempunyai kadar oksigen normal.
Diduga mekanisme yang sama terjadi pada manusia. Terjadinya penyumbatan saluran nafas selama tidur dapat mengakibatkan menurunnya kadar oksigen pada penderita sleep apnea. Tingkat keparahan penderita sleep apnea akan dihitung dari derajat keparahannya, pada saat tidur berapa kali jumlah nafasnya berhenti dalam setiap jamnya. Oksigen akan mengalami drop setiap kali nafasnya terhenti. Semakin nafasnya sering terhenti maka menurunnya kadar oksigen juga semakin sering.
Perawatan sleep apnea
Dimulainya perawatan sleep apnea dari hasil diagnosa yang dilakukan pada laboratorium tidur. Adanya pemeriksaan tidur yang benar, maka dapat diberikan perawatan yang tepat. Ternyata untuk Indonesia, perawatan dan diagnosa sleep apnea kurang begitu diperhatikan, sungguh sangat disayangkan. Padahal untuk akibatnya sendiri dapat berakibat serius dan fatal.
Untuk perawatan sleep apnea yang terbaik dapat menggunakan alat CPAP (Continuous Positive Airway Pressure). Ini adalah sebuah alat yang dihubungkan melalui masker hidung, dengan meniupkan tekanan positif yang berfungsi untuk mengganjal saluran pernafasan supaya selama tidur tetap terbuka.
Terbukti dengan menggunakan CPAP kadar oksigen dalam darah dapat diperbaiki, hingga tekanan darah pun dapat diperbaiki dan juga memperbaiki kondisi kesehatan jantung serta kadar gula dalam darah. Namun penggunaan alat ini masih perlu dibuktikan pada pasien kanker yang mendengkur. Tapi dugaan para ahli, tentunya masih memberikan efek positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar