Kamis, 22 September 2011

Pengambilan Plasenta untuk Stem Cell Bahayakan Ibu dan Bayi



Pengumpulan darah plasenta yang mengandung stem cell atau sel punca telah menjadi tren di beberapa negara. Namun para ahli mengingatkan, prosedur ini kadang-kadang bisa meningkatkan risiko kematian pada ibu dan bayi yang baru lahir.

Prosedur pengambilan darah plasenta dilakukan sesaat setelah bayi dilahirkan. Sebelum dipotong, tali pusatnya diikat dengan klem agar darahnya terkumpul lalu disedot untuk disimpan dalam kondisi beku agar bisa dipakai jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Para ahli mengingatkan, kadang-kadang prosedur pengikatan tali pusat dilakukan terlalu cepat sehingga aliran darah ke tubuh bayi belum cukup. Akibatnya bayi kekurangan oksigen dan nutrisi yang seharusnya di dalam darah, sehingga rentan mengalami kecacatan atau bahkan kematian.

Selain itu, pengambilan darah plasenta dikhawatirkan juga dapat mengalihkan perhatian para bidan yang seharusnya fokus memperhatikan pernapasan ibu dan bayi. Dikhawatirkan jika sibuk mengumpulkan darah plasenta, perhatian bidan teralihkan ketika tiba-tiba terjadi perdarahan atau sesak napas.

"Banyak bidan dan perawat dimintai tolong untuk mengambil darah plasenta saat bertugas. Fokusnya harus tetap ke ibu dan bayi, sedangkan darahnya bisa diambil petugas khusus selain bidan," ungkap Sue Macdonald, manajer Royal College of Midwives seperti dikutip dari Dailymail, Kamis (22/9/2011).

Darah plasenta mengandung jutaan sel yang bisa dimanfaatkan sebagai sel punca atau stem cell. Di masa mendatang, sel punca ini bisa dimanfaatkan utnuk mengatasi penyakit-penyakit langka yang berhubungan dengan kelainan pada darah misalnya leukemia.

Stem cell yang dipakai untuk mengatasi leukemia bisa diambil dari plasenta pasiennya sendiri yang diambil saat lahir, maupun berasal dari donor. Saat ini di Inggris tercatat ada sekitar 2.000 donor/tahun yang menyumbangkan darah plasenta bagi penderita leukemia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar